Sejak Jumat kemarin, saat libur Hari Buruh. Keluarga kami mendapatkan Broadcat messege dari WA Group orang tua siswa anak-anaka kami mengenai Upacara Online dalam rangka hari pendidikan Nasional tahun 2020.
Upacara yang memang biasa dilakukan di seluruh sekolah di Indonesia ini, memang bertujuan mulia sekali. Untuk mengenang dan menghargai perjuangan Ki Hajar Dewantara (Raden Mas Soewardi Soerjaningrat), seorang pendiri Perguruan Taman Siswa; suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.Â
Selain tentunya untuk menghargai seluruh jajaran pengajar baik tingkat dasar, menengah, atas, bahkan Tinggi, dan tidak lupa pula termasuk pengajar-pengajar non-formal, bahkan orang tua kita di rumah yang juga ikut andil tentunya dalam mendidik dan membentuk kita saat ini sebagai insan manusia berpendidikan.Â
Hari, dimana bukan hanya menghargai mereka selama 1 hari  penuh, tapi juga terus mengingat sebagaio simbolisme karena sejatinya setiap saat kita pasti ingat dan terus mendoakan mereka yang dikenal sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa" sampai kapanpun.
Ki Hajar Dewantara sendiri, yang melahirkan semoboyan Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mbangun karso, Tut Wuri Handayani (dijadikan semboyan pendidikan Nasional kita).Â
Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998, dan dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Sukarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
===
Sore itu, Jumat 1 Mei 2020; sebuah Broadcast Messege masuk lewat Group Orang Tua siswa sekolah anak kami, dimana isi beritanya adalah siswa diminta untuk mengikuti Upacara Bendera yang dipimpin langsung Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, melalui aplikasi Goole Meet, dengan disertai 1 buah file *.CSV yang ketika dibuka berisi nama-nama siswa di sekolah anak kami dengan user name dan password untuk menggunakan Google Meet tersebut.Â
Hebohlah jagat Group WA, karena setelah saling kroscek di kerabat yang juga anaknya bersekolah di sekolah negeri sama juga mendapatkan pemberitahuan tadi plus user name dan passwordnya dengan lengkap.Â
Bukan upacaranya yang memang "kekinian", tapi proses menggunakan aplikasi Google Meet inilah yang sedikit dirasa "menyulitkan". Kita tahu, orang tua siswa itu tidak "standar", baik dalam penguasaan teknologi maupun gadget yang dimiliki.Â
Kasus-kasus yang muncul di gruop kami sendiri yakni beberapa orang tua tidak paham apa itu google Meet, dan walau sudah menginstallnya sekalipun tidak "bersahabat" dalam penggunaannya.
Atau sudah disiapkan broadcast system layaknya kantor berita dengan menggunakan switcher multicam ? tapi itupun sebagus apa switcher broadcastnya, mengingat jumlah sekolah tadi dikalikan per sekolah minimal 100 orang yang "wajib" ikut upacara ?
Ah, positif thingking saja, kalau sudah melakukan hal tadi, terlebih bagi-bagi username dan password, artinya semua sudah siap tinggal eksekusi 3 hari kemudian.Â
Belum lagi, tidak ada link apapun yang dibagikan terkait koneksi pada saat nanti akan join meeting saat upacara dilaksanakan, karena biar bagaimanapun, link event harus tetap diberikan agar para peserta bisa kumpul di "lokasi" yang sama untuk ikut upacara ini.
Tapi tiba-tiba keesokan harinya, beredar lagi pengumuman di group lain sekolah lain yang orang tuanya berkomunikasi dengan saya, bahwa mereka tidak mendapatkan akun GMeet, tapi menggunakan aplikasi lain yakni Zoom.Â
Makin heboh saja group orang tua sekolah kami, karena memang juga beberapa orang tuanya mendapatkan "curhatan" yang sama mengenai aplikasi yang juga "jaga jarak" layaknya kegiatan yang harus dilakukan selama masa wabah Corona.
Selain free tentunya, Youtube tidak membebani pelaksana upacara untuk server, peralatan "njelimet" , serta SDM pelaksana upacara online tadi, toh kita sedang melakukan PSBB dan physical distance yang jika ke"jlimetan" tadi dibiarkan akan rusak pelaksanaan pencegahan penyebaran COVID-19 nantinya.
Pihak sekolah yang juga ada di group juga mengyakinkan bahwa pengumuman inilah yang ter-valid dalam pelaksanaan upacara HARDIKNAS DKI Jakarta ini nanti, yakni via Youtube LIVE di channel "radiodisdikjakarta", di hari Senin, 4 Mei 2020 mulai pukul 8 pagi.Â
Para orang tua tinggal mengirimkan foto anak-anaknya ke pihak sekolah sebagai bukti absensi kehadiran mengikuti upacara tadi. Alhamdulillah, seisi group menjadi tenang seperti biasanya kembali.
Walau sempat berfikir, kalau tidak ada wabah Corona, apakah murid-murid se-Jakarta ini akan upacara di Kantor Gubernur atau di Monas kah? Karena Kemendikbud saja, beberapa hari lalu upacara langsung secara sederhana dengan peserta terbatas, dipimpin Mendikbud Nadiem Makarim yang disiarkan juga di TVRI dengan pelaksana siar TV Edukasi.
===
Senin yang ditunggu pun tiba, anak-anak semangat sekali melakukan hal yang masuk kategori "luar biasa" ini. Saat mereka sedang mandi, semangat tadi sedikit terganggu, karena ada pembagian ulang password dan user name Google Meet dengan judul berbeda di group WA, tanpa kejelasan untuk apa penggunaan user name dan password tadi oleh pihak sekolah yang membagikan kiriman tadi.Â
Sedikit ramai, para orang tua melakukan putusan masing-masing karena banyak sekali yang sudah "stress released" karena sudah merasa siap menggunakan Youtube, justru jadi kembali terbebani jika menggunakan Google Meeet atau Zoom. Kebanyakan sepakat tetap akan menggunakan Youtube untuk pelaksanaan Upacara Online tadi.
Jadi mikir lagi akhirnya, effort kehebohan ini kok kayaknya gak harus terjadi ya? Apa sebenarnya yang mau dikejar dengan "wajib nonton" upacara Hardiknas Pemprov DKI kali ini ?
===
Alhamdulillah, akhirnya anak-anak kami yang sudah siap dengan seragam sekolah lengkapnya (gak ada yang nyuruh sih, biar keren aja kayak upacara beneran) mengikuti upacara dengan baik, selama 1 jam 30 menit lebih kurang. Kehebohan pun usai dan terbayarkan.
Untuk look on-airnya sudah lumayan lah, karena memang dikemas bukan oleh Stasiun TV manapun; sehingga tidak terlihat "wah" dan kaya akan grafis-grafis yang biasa memanjakan mata penonton ataupun kualitas suara yang mumpuni disana.
Yang penting, berbagai pesan terkait pendidikan, menuntut ilmu, dan kondisi wabah Corona yang berdampak pada proses belajar mengajar, tersampaikan dengan baik dan dimengerti oleh anak-anak di rumah.Â
Belum lagi berbagai capaian selama proses ini juga ikut ditampilkan dari berbagai sisi murid di rumah, orang tua, guru, dan pejabat pemegang regulasi di DKI bisa dilihat dengan jelas.
Satu do'a yang sama dari seluruh kegiatan yang ditampilkan...semua tetap ingin wabah ini berlalu dan kembali melakukan proses belajar mengajar seperti biasanya.
Amiinn...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H