Beda dengan penjual dagangan lain seperti tukang bakso, ketoprak yang memukul mangkok/ kentongan/ botol, atau bahkan penjual getuk lindri yang menggunakan musik bersuara keras (baca disini), penjual tahu gejrot saya bisa sebut sebagai pedagang yang sangat percaya dengan nasib.Â
Tanpa suarapun, rejeki sudah mengalir dari pembeli yang sudah setia menunggu atau pembeli yang memang sengaja mencari dan mendatangi sang penjual untuk membeli dagangannya. Hehehehehe...
Okelah, segitu dulu sedikit cerita soal tahu gejrot yang nikmat walau tahunya kopong. Dan jangan lupa... ayo, kita lestarikan penganan tradisonal kita, sekaligus terus membantu pedagang kecil dengan membeli barang dagangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H