Ketika masuk ke ruang utama, kesan luas makin terasa. Dengan tata letak kursi dan meja makan yang cukup renggang, membuat kita tidak perlu menggeser-geser kursi ketika ada orang yang akan keluar masuk melewati belakang kita, yang biasanya kondisi ini akan sangat mengganggu kenyamanan kita saat bersantap.
Fasilitas lainnya seperti wastafel, toilet dan musholla juga tersedia disini, bahkan seluruh pelayan wanitanya menggunakan jilbab lho !!
====
Saya yang kebetulan pencinta pempek dan pernah tinggal lebih dari 6 tahun di Palembang ini, rasanya cukup paham betul bagaimana rasa pempek "sejati". Karena baik pempek yang dibawa mbok-mbok penjual keliling, warung, atau restoran pempek, lumayan paham standar pempek yang enak dan sesuai dengan harga itu seperti apa.
Ketika pesanan saya hadir, sayapun baru sadar kalau "catatan" yang biasa saya sampaikan saat memesan pempek tadi belum disampaikan. Pempek saya DIGORENG, padahal saya hampir bisa dibilang tidak pernah mau pempek digoreng (apalagi biasanya malah digoreng sangat kering).
Saya menikmati pempek cukup hanya dikukus ulang sampai sedikit panas... Yah, mungkin memang agak terkesima dengan lokasi yang cukup nyaman ini ditambah mungkin suhu diluar tadi yang lumayan panas, penyakit lupa itu mampir di kepala.
Walhasil, sepertinya saya akan kurang enjoy menikmati dan menilai rasa pempek di sini.
====
Untuk rasa, pempek yang digoreng ini tetap terasa lembut karena tidak digoreng sampai kering. Jadi rasa ikan dan nikmatnya adonan pempek masih terasa dengan baik (apalagi kalau gak digoreng nih). Cuka yang disajikan pun cukup otentik, dari warna, kepekatan asam, manis, dan pedasnya segar ditenggorokan.