Tidak ayal, seringkali tangisan, penyesalan, yang diakhiri permohonan maaf dan pelukan mereka menjadi penutup "sidang". Dan yang juga mungkin menjadi nilai lebih dalam melakukan hal tadi, anak2 ini belajar bagaimana bercerita, bagaimana menjadi jujur, dan bagaimana bisa menilai apa arti dan efek "keretakan" yang terjadi jika berselisih dengan orang yang seharusnya kita jaga dan sayangi.
Lega banget kalau sudah begini. Saya pun sebagai "hakim" ikut meminta maaf dalam menengahi konfik dan banyak berpesan buat bekal mereka, plus mendengar ikrar janji mereka untuk tidak mengulangi hal yang sama kedepannya.
Ah...memang kadangkala sayapun kelepasan membentak, kadang memukul sebagai peringatan, atau bahkan hukuman fisik dengan mengeluarkan mereka dari rumah sebagai tanda saya tidak suka ada family member yang berbuat buruk di keluarga kami. Dan jujur...tapi saya tidak pernah samasekali refleks melakukan pukulan, cubitan, jeweran, atau sejenisnya lho...
Ngomong2, anakku 1 lagi Rashad Moenandir kemana pas kejadian ini ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H