Rame banget yah akhir pekan kali ini dengan status-status KAFIR di sosial media kita.
Emang ni NU (Nahdhatul Ulama) kita kali ini terlihat lebih "hidup" dibanding NU jaman-jaman kita masih naik becak kemana-mana.
Jaman berkembang, NU pun berkembang, sesuai tuntunan bahwa Islam itu Rahmatan lil 'alamim (Islam sebagai Rahmat bagi sekalian alam).
Saya sendiri bukan ada di barisan NU dalam berislam, Muhammadiyah juga bukan (pinjem 2 organisasi ini aja deh yah, kan 2 terbesar di tanah air). Saya terlahir dari 2 kubu, NU dan PERSIS, dimana saya pribadi sejak kecil bermadrasah sebagian di madrasah milik NU dan sebagian milik MUHAMMADIYAH mengikuti kepindahan tugas kerja orang tua. Beranjak dewasa, saya mengenal ISLAM tanpa embel-embel organisasi, islam yang merupakan milik semua orang, islam yang merupakan bagian dari seluruh sendi kehidupan yang harus bisa menaungi semua tanpa terkecuali. Bukan hanya sebagai agama yang dianut secara pribadi, namun agama yang bisa memberikan berkah untuk semua.
====
Kita sering lupa, betapa kita berbangga-bangga dengan Islam yang Maha Lengkap dan Maha Kaya ini. Al Qur'an dengan pendamping As Sunnah yang melahirkan banyak sekali ilmuawan-ilmuwan besar Islam kelas dunia yang hasil-hasil teorinya menjadi landasan banyak ilmu yang masih dipakai hingga saaat ini. Kita pasti ingat banyak sekali ilmuwan diluar sana yang bukan beragama islam menyatakan bahwa dasar penelitiannya saat menemukan virus, obat, teori fisika, dll mengatakan bahwa ia menemukan ini dari dalam kitab suci al Quran.
Kenapa para KAFIR itu yang selalu justru memeluk erat Al Quran sebagai pegangannya? kenapa para KAFIR itu pulalah yang selalu menguasai dunia dan ummat islam hanya menjadi konsumen setianya?
====
1. Soal Sampah plastik
Munas Alim Ulama NU turut menyoroti masalah banyaknya sampah plastik. Indonesia menjadi negara terbesar kedua penyumbang sampah plastik setelah China. Sampah plastik ini disebabkan oleh faktor industri dan rendahnya budaya masyarakat menyadari bahaya sampah plastik.
Oleh karena itu NU meminta penanganan sampah plastik harus memasukan elemen budaya. "Sehingga membangun secara panjang dan prilaku masyarakat terhadap pentingnya menghindarkan diri dari bahaya sampah plastik," tutur Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj