Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Taman Piknik yang Tak Bisa Dipakai Piknik

24 Februari 2019   00:45 Diperbarui: 24 Februari 2019   19:08 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai warga DKI Jakarta, sudah seharusnya senang dan mendukung apa yang dilakukan pemimpin dan jajaran pemerintahannya. Terlebih sebagai warga DKI yang sebelumnya rasanya sumpek dan menyerah dengan kondisi ibukota, ketika dimulainya "percepatan" perbaikan oleh Gubernur Joko Widodo yang dilanjutkan oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) plus Gubernur Djarot Saiful Hidayat ini, Jakarta mengalami perubahan yang benar-benar signifikan.

Ketika tingkat stress dinilai tinggi, mereka yang mengaku sebagai "pelayan masyarakat" ini juga membuat berbagai terobosan, dengan membuat banyak sekali taman yang dikenal dengan RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak), sebuah konsep taman yang terintegrasi dengan berbagai fasilitas publik didalamnya. Umumnya RPTRA memiliki fasilitas olahraga, bermain anak, ruang serbaguna untuk segala kegitan warga disekitarnya, dan keunikan masing-masingnya, misal teknologi, kebugaran, skateboard friendly, dll.

Kehadiran RPTRA ini juga tidak tanggung-tanggung. Sampai selesai masa jabatan Gubernur Djarot, sudah dibangun 186 buah taman dengan rincian 123 menggunakan APBD dan 63 diantaranya merupakan CSR perusahaan yang beroprasi di Jakarta, bahkan terakhir berdasar laman Dinas Pariwisata PemProv DKI jumlah tadi mencapai angka 290 buah dari target yang hanya 260 buah saja.

Transportasi, Banjir, Tempat Tinggal, dan obat kesemrawutan kota yakni taman, semua saling berkaitan satu sama lain, dan dilakukan secara bersamaan, massal, dan sistematis saat itu.

====

dokpri
dokpri
Khusus mengenai taman, Gubernur Anies Baswedan pun yang awal hanya terlihat meresmikan proyek-proyek yang sudah selesai dikerjakan saja di masa transisi pemerintahan, kini mulai "unjuk gigi".

Ketika proyek Rumah DP NOL yang merupakan jagoan dalam kampanyenya mengalami "ketersendatan", serta program OK OCE yang dianggap masyarakat masih "tak kasat mata", masih ada sebenarnya yang berhasil dipersembahkan kepada warga Jakarta.

Walau sebelumnya gagal, seperti unggahan "instagram" beliau, setidaknya ada 2 TAMAN MAJU BERSAMA (TMB) sudah selesai dibangun dan diresmikan sampai Februari 2019, sebagai pengganti RPTRA yang distop-nya karena dinilai sudah cukup banyak dan merata penyebarannya.

1. TMB Skatepark Flyover Slipi

2. TMB Taman Piknik Kalimalang

====

Taman yang dibangun diatas tanah hampir seluas 1,3 Hektar ini awalnya merupakan tempat pembuangan sampah liar diatas tanah milik Pemda DKI Jakarta. Taman yang merupakan pengembangan taman yang ada sebelumnya (taman lama masih ada dan dibiarkan berdiri, namun tidak terawat), berlokasi di dalam kompleks perumahan Jatiwaringin, pinggir Kalimalang.  

Tangkapan Layar Instagram @AniesBaswedan (dokpri)
Tangkapan Layar Instagram @AniesBaswedan (dokpri)
Warga yang datang sangat antusias, karena penasaran dengan postingan Gubernur Anies Baswedan di media sosialnya saat meresmikan taman pada tanggal 13 Januari 2019 lalu, yang menurut penjaga taman diperkirakan 100-200 orang per hari datang sejak peresmian, untuk menikmati taman yang dibangun menghabiskan dana sekitar 3 Miliar rupiah (data LPSE DKI JAKARTA).

Ketika kami sekeluarga datang (kami memang penikmat rekreasi taman sejak banyak dibangunnya RPTRA), kami sedikit takjub dengan apa yang ada di depan mata.

Taman yang agak menurun lokasinya seperti lembah ini sangat cantik. Warna hijau rumput yang mendominasi, bercampur dengan warna kuning dan ungu yang diatur sedemikian rupa agar semakin enak dipandang.

dokpri
dokpri
Dari depan kita sudah disambut dengan Tulisan nama taman di area parkir, namun sayang parkiran yang tersedia cukup sempit untuk ukuran luas taman sebesar ini (sepertinya kedepannya akan lebih dari 100-200 orang per hari yang datang). 

Walau demikian, pengunjung bisa juga memarkirkan kendaraannya dipinggir jalan atau depan taman lama, karena ini merupakan wilayah perumahan dan tidak mungkin ada kendaraan besar lalu lalang sehingga akan menggangu kendaraan lain yang akan lewat.

Dokpri
Dokpri
Setelah kita melewati pos keamanan yang cukup besar dan unik bentuknya, kita dihadapkan 2 pilihan jalan untuk masuk ke area utama taman, apakah melewati kolam dengan lintasan model jembatan putus-putus, atau lintasan menurun landai memutar yang juga bisa digunakan untuk penyandang disabilitas, dengan kondisi tidak licin dan desain yang bagus tentunya. Mantap

Memasuki area Taman, kita disambut Desain atap dengan model sun shade yang modern. Sayangnya, di ujung kait tenda besar, sudah sobek. Terlihat sekali kondisinya hanya tinggal menunggu "nafas terakhirnya" saja, lalu putuslah tenda tadi sehingga keseluruhannya harus dilepas agar tidak berbahaya melambai-lambai dan mengenai pengunjung. Kalau sudah dilepas, jadi berkurang dong ya salah satu unsur keindahannya tadi, karena aksen modern ini menjadi pemanis taman juga lho.

dokpri
dokpri
Kalau di awal menurut beberapa media yang hadir saat meliput peresmian mengatakan di Taman Piknik ini tidak tersedia Toilet dan tempat sampah, padahal merupakan ruang publik yang mengusung nama "piknik", sehingga beresiko akan munculnya sampah dan tingginya kebutuhan toilet...Saat kami disana, sudah ada toilet di sisi kanan taman, dengan desain bata exposed yang bagus. Namun sayang, taman yang baru berumur sekitar 2 bulan ini washtafelnya sudah mengalami kerusakan, krannya patah, dan pipa air serta pembuangannya pun sudah tidak ada, sedangkan toiletnya yang merupakan toilet duduk lumayan kotor dan hanya difungsikan 1, sedangkan lainnya diperuntukkan untuk penjaga taman.

dokpri
dokpri
Dan untuk tempat sampah, sudah terlihat dibeberapa titik, dengan 2 desain tempat sampah yang berbeda, serta "kurang bersahabat" bagi warga DKI yang selama ini diperkenalkan dengan tampat sampah yang mengelompokkan sampah menjadi 3 jenis (sampah basah, sampah kering, dan sampah limbah B3). Di taman piknik hanya ada 2 pilahan sampah yakni recycle-not recycleable dan organik-non organik, lengkap dengan logo internasionalnya di masing-masing tempat sampah tadi. 

Sedikit melangkah kedepan, terdapat tulisan PIKNIK yang cukup besar dan unik sebagai landmark taman ini. di tengah-tengah taman ditanami pula beberapa jenis pohon berwarna kuning dan ungu. Sedangkan untuk "calon" pohon besar ditanami banyak sekali pohon ketapang kencana dan tabebuya, yang kemarin sempat menghebohkan karena di Surabaya pohon tabebuya sudah mulai berkembang bak pohon sakura. Kedepannya, taman ini pasti akan seperti ladang pohon sakura layaknya di Shinjuku Gyoen National Garden, Tokyo Jepang. Bakalan keren pastinya.

Sayangnya, pohon-pohon tadi kami ukur tingginya baru 3 jengkal orang dewasa, dan beberapa diantaranya terlihat patah dan mati.

dokpri
dokpri
Oya, lagi-lagi kami tidak menemukan lokasi untuk melaksanakan Sholat di setiap TMB yang sudah dipromosikan Gubernur Anies di instagramnya. Jika kemarin di TMB Skatepark Slipi juga tidak tersedia musholla, toilet dan parkiran kendaraan bermotor baik roda 2 maupun roda 4 (baca disini)... kondisi sama juga terjadi di Taman Piknik, dimana pengunjung yang ber"piknik" dan biasanya durasinya panjang ini kesulitan untuk melakukan ibadah saat tiba waktu sholat.

====

Tidak sampai seperempat taman kami berjalan, kami baru sadar bahwa ketiadaannya pohon besar untuk kami bisa duduk-duduk untuk menggelar tikar dan membuka makanan dan minuman yang sudah kami bawa dari rumah, layaknya orang Indonesia memaknai kata "piknik". Terlebih juga tulisan "dilarang menginjak rumput" yang disebar dimana-mana , sepertinya justru mensiratkan warga untuk tidak "berpiknik" diatasnya.

dokpri
dokpri
Sampai akhirnya kami mendekat ke area bermain anak, dan melihat sedikit juntaian pohon dari luar taman yang menjorok kedalam dan menaungi sebagian spot area bermain tadi.

Hanya saja, ketika mendekati area tadi yang lebih tinggi sekitar 1,5-2 meter dari track pejalan kaki, kami sedikit kebingungan untuk naik keatas, karena hanya tersedia 2 perosotan sebagai koneksi antara track pejalan kaki dengan area bermain.

Tidak tersedia tangga untuk naik ke area bermain anak membuat seorang ibu yang sedang hamil awalnya membiarkan anaknya naik ke area bermain sendiri dengan memanjat "wahana panjat" disisi perosotan. Sulit sekali untuk ibu hamil tadi hingga akhirnya bisa mencapai area bermain anak.

Agak sedikit aneh, ketika ketiadaan tangga disini. Anak kecil yang akan bermain dan perlu diawasi orang tuanya ini, harus berhadapan dengan kondisi perosotan yang licin dan larangan menginjak rumput. 

Karena untuk naik lewat wahana panjat sekalipun, PASTI HARUS MENGINJAK RUMPUT begitupun posisi perosotan kedua yang langsung turun menuju area rumput, karena hanya 1 perosotan saja yang terkoneksi dengan track pejalan kaki. Agaknya desainer lanscape taman ini lupa, atau kontraktor pengerjaan taman yang agak missed saat pembangunan taman. Entahlah.

dokpri
dokpri
Yang pasti kami akhirnya berhasil naik ke arean bermain melalui perosotan (padahal biasanya kami sebagai orang tua, selalu melarang anak kami naik dr depan perosotan yang miring dan licin, pasti menyuruh lewat tangga belakang perosotan yang pasti tersedia). 

Tanpa ba-bi-bu, kamipun menggelar tikar dan makanan yang sudah kami bawa dari rumah, yang tidak lama, apa yang kami lakukan juga diikuti oleh pengunjung lain yang sepertinya juga sudah muter-muter mencari spot makan bersama yang cukup teduh dan nyaman, namun tidak ketemu.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Sambil anak-anak bermain, kami menikmati sekali pamendangan yang agak tinggi tadi (tidak setinggi area jalan kompleks di pintu masuk taman). Track yang naik turun, membuat tantangan tersediri untuk yang melakukan jogging disini.

Dari sini ini, terlihat jelas view taman berupa rumput dan "calon" pepohonan, serta kolam yang dipenuhi bungan teratai yang sedang mekar...indah sekali.

====

dokpri
dokpri
Selesai makan dan berkemas, kamipun melanjutkan penjelajahan taman ini, sambil ber wefie tentunya di beberapa spot menarik. Dan kali ini, selain akan berfoto di sekitar kolam taman teratai yang bermekaran, kamipun akan menyambangi gedung di ujung taman yang bangunannya lebih besar dari toilet tadi, namun terlihat tanpa ruang dan teduh, yang sebetulnya cocok untuk tempat kami tadi gelar tiker, dan jangan-jangan merupakan Musholla yang sedari tadi kami cari-cari, karena waktu Ashar sudah hampir masuk.

dokpri
dokpri
Sayangnya, sekitar 2-3 meter sebelum kami tiba di bangunan tadi, bau tidak sedap sangat menyengat masuk ke hidung. Dan setelah sampai di bangunan tadi, yang juga tersedia tangga untuk penyandang disabilitas, terlihat jelas dibelakang bangunan tadi masih berupa rawa dengan kondisi air hitam sangat kotor dan berbau. 

Kami tidak habis pikir kenapa kondisi ini dibiarkan, sedangkan bangunan tadi sangat bagus untuk lokasi duduk-duduk karena tersedia kursi beton dan posisi tangga yang lebar bisa untuk beristirahat setelah berjalan menngelilingi taman, atau gelar tiker tentunya.

dokpri
dokpri
Tidak lama kami memperhatikan sekeliling karena baunya sangat menyengat, kami melanjutkan ke arah pulang lewat sisi lain kolam teratai, dan kejanggalan lain juga menghampiri pikiran ketika melihat pagar taman yang tidak sepenuhnya mengelilingi area taman. Ada bagian yang lumayan panjang yang tidak tertutup pagar, yang biasanya dikhawatirkan jadi pemicu timbulnya tindakan kriminal atau asusila ketika taman mulai gelap.

Kami ingat betul ketika di depan oleh penjaga diberitahu kalau taman dibuka pukul 6 pagi dan ditutup pukul 6 sore, lalu jika kondisi "bolong" seperti ini bagaimana ?

Belum habis kami berandai-andai, tiba-tiba seekor anjing hitam berlari masuk kedalam taman secara cepat dan membuat beberapa pengunjung panik dan berteriak ketakutan, walau sang anjing tadi tidak menggonggong. Alhamdulillah, pihak kemanan cepat tanggap dan menghalau anjing tadi untuk kembali keluar area taman.

Tapi dipikir-pikir, jadi makin riskan juga soal pagar yang tidak sempurna ini, jika tadi berfikir hanya manusia, sekarang jadi bertambah dengan masuknya binatang (anjing) yang pasti kotorannya akan mengganggu pengunjung jika bertebaran plus kehigienisan lokasi untuk gelar tiker (tiker melulu mikirnya nih).

Sedangkan, menurut Kepala Dinas Kehutanan DKI Djafar Muchlisin, Taman Maju Bersama (TMB) berbeda dengan RPTRA. Jika RPTRA berisi berbagai fasilitas seperti gedung serba guna, kantin, perpustakaan, dll dan bisa digunakan warga yang perawatannya ditanggung pemda/skpd terkait, sedangkan TMB isinya memang lebih ke arah taman dengan minim bangunan sebagai tempat masyarakat berinteraksi yang pemeliharaan dan penggunannya pun ditanggung bersama oleh masyarakat.

Jadi agak gimanaaaa gitu kalau ingat soal hal tadi. Pemda hanya bangun, dan perawatan dan penggunaan dilepas ke warga. Hm...

====

Akhirnya, kami berkesimpulan "Taman Piknik" ini belum siap untuk jadi tempat piknik warga, atau ada usaha dari Gubernur Anies dan pemda untuk  merubah kebiasaan"piknik" masyarakat kita kah?

Atau mungkinkah diganti saja judul tamannya menjadi TAMAN JALAN-JALAN ?

sumber 1       sumber 2        sumber 3       sumber 4       sumber 5 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun