Lain lagi  ketika kicauan sang CEO di Twitter ini dianggap kontroversial karena ada kalimat yang dirasa "tidak enak" di akhir cuitannya.
"Presiden Baru" yang muncul dianggap bagian dari tagar #2019GantiPresiden, karena menurut kubu pendukung Jokowi justru mereka TIDAK INGIN GANTI PRESIDEN atau tidak ingin adanya PRESIDEN BARU untuk Indonesia hingga 2024.
Achmad Zaky juga dinilai sudah "bermulut manis" di HUT Bukapalak kemarin dan dianggap "durhaka" dengan ayahnya sendiri, sehingga lahirlah istilah "LUPABAPAK".
Dan hari inipun, secara spesial, ia mengunjungi Jokowi di Istana Negara untuk menurunkan kondisi yang terus memanas, terlebih reaksi nietizen yang terus menuninstall salah satu aplikasi asli kebanggan bangsa.
Sejak tagar #UninstallBukalapak review aplikasi ini memang merosat, bahkan jika dilihat secara detail, seperti sudah tidak terkontrol, cacian dan makian baik kepada kinerja aplikasi dan terutama CEOnya menghiasi layar Appstore maupun PlayStore tempat aplikasi ini paling banyak diunduh.
Kekhawatiran tadi pun menjadi sorotan penting bagi Gibran Rakabuming Raka, anak kandung Presiden Joko Widodo yang hidup dari bisnis yang juga memanfaatkan marketplace sebagai tmpuan mencari pelanggannya. "Saya pikir #unistallbukalapak itu tll berlebihan (dan norak). Pelaku UMKM seperti saya sangat terbantu dgn adanya @bukalapak. Brand jas hujan saya gak akan bisa seperti skrg kl gak dibantu mas @achmadzaky," tweet Gibran lewat akun Twitter @Chilli_Pari, dan "Saya pun pernah dibantu juga oleh pak william @tokopedia. Intinya semua platform jual beli online ada kelebihan dan kekurangannya masing2. Dan pedagang kecil seperti saya sangat terbantu," serta "Tau gak @bukalapak itu unicorn kebanggaan Indonesia? Tau gak @bukalapak itu ngasih makan banyak orang? Ayo kalian belajar untuk memaafkan,", sebagai penutup cuitannya.
Memang dana riset kita masih rendah...sangat rendah, walaupun dibandingkan di tahun terakhir ini. Namun demikian, pertumbuhannya, kenaikan budgetnya, patut dihargai seberapapun besarnya. Bukan untuk direndahkan, bukan untuk disindir dihinakan, karena PR (Pekerjaan Rumah) bangsa ini masih banyak dan besar.
Jika bangsa yang sudah maju, saat ini hanya perlu mengembangkan, tapi bangsa ini justru masih harus membangun. Membangun baik infrastruktur, membangun mental, membangun kelengkapan lainnya demi bisa bersaing dengan bangsa-bangsa diluar sana, ditengah waktu yang sudah tidak memungkinkan kita untuk berhenti sejenak untuk beristirahat.
Mari kita kesampingkan dulu ego dan "toleransi" kita yang sedikit kebablasan, demi terjaganya Indonesia kita tercinta.
Yuk, sekali lagi, kita cintai produk-produk Buatan anak bangsa.
sumber 1Â
sumber 2Â
sumber 3Â
sumber 4Â