Pertama kali mencoba mampir kesini, alasan utamanya adalah ada kata "BETAWI"nya.
Maklum saja, saya yang bertistrikan orang betawi asli ini masih saja merasa "kuper" dengan masakan betawi. Baik nama, maupun rasa...gimana yah, citarasa betawi itu menurut saya kaya sekali. Perpaduan antara sunda, jawa, eropa, cina, dan arab makin memperjelas bahwa BATAVIA adalah pusat perpaduan budaya akibat menjadi sentral perdagangan antar bangsa saat itu.
====
Tapi, "kejanggalan" tadi, terbayar setelah masuk kedalam. Look outdoor area sangat kental nuansa betawi, dan ketika masuk didalam, juga terasa sejuk layaknya rumah-rumah betawi yang biasa kita lihat di televisi maupun di anjungan betawi TMII (Taman Mini Indonesia Indah).Â
Selain meja, kursi sebagai tempat kita menyantap menu yang akan kita pilih, ornamen-ornamen seperti lampu gantung, dekorasi dinding, dan pajagan serta foto-foto betawi jaman dahulu, memperkuat nuansa dan identitas restoran sebagai restoran Tradisional bertema betawi. Sempurna !!
====
Senyum dan sapaan ramah juga saya terima dengan baik dari pelayan yang membawakan menu restoran, walau saat itu terbilang sudah agak larut saat saya tiba. Maklumlah, jakarta kalau hujan justru akan makin bertambah macet...untungnya memang tidak separah dulu ketika Jakarta masih belum diurus gorong-gorong dan kali-kali kotor yang berakibat genangan-genangan air di jalan-jalan raya, kali ini sudah jauh lebih sedikit paling-paling hanya terhambat oleh tumpukan sepeda motor yang parkir dipinggir jalan sementara sang bikers berteduh di tempat yang cukup untuk menaungi selama hujan mengguyur deras.
Setelah dibaca, ternyata tidak hanya menu makanan dan minuman betawi saja yang tersedia disini, menu-menu masakan nusantara juga lengkap untuk diorder pelanggan yang mencari menu-menu tradisional nusantara. Selain itu, meneu-menu cemilan berupa kue atau minuman khas daerah juga tersedia disini. Hm...malah jadi kurang "greget" menurut saya dengan jajaran menu pilihan nusantaranya, padahal kesan betawi sudah sangat kental terasa di awal.
Bahkan ditilik-tilik, ada beberapa menu betawi yang pernah saya makan justru tidak ada dalam list menu, dan dari yang tertera justru saya merasa kurang cocok untuk dipilih sebagai pelepas rasa lapar di jam dan suasana yang masih basah dan dingin sisa-sisa hujan tadi.
Akhirnya, pilihan jatuh kepada Nasi Goreng Kambing, Tongseng Kambing, dengan minuman Wedang Ronde dan Teh Jeruk Nipis panas. Banyak ya makannya ? hehehehehe....
====
Ternyata restoran ini memiliki 2 lantai indoor, dan 1 lantai outdoor yang cukup luas. Kalau urusan parkir kendaraan, jelas besar. Bagian depan diprioritaskan untuk kendaraan roda 2, sedangkan kendaraan roda 4 bisa parkir paralel didepan dan samping restoran yang kebetulan merupakan pintu masuk cluster perunahan yang cukup luas.
Yang juga keren dari restoran ini adalah tombol wireless di masing-masing meja untuk memanggil pelayan jika kita membutuhkan sesuatu, plus jaringan koneksi internet gratis kecepatan tinggi juga bisa kita gunakan selama kita didalam jangkauan restoran.
====
Menu yang dihidangkan lebih dahulu adalah minuman. Harumnya wedang ronde sangat segar terasa, terlebih karena memang suasana yang cukup dingin lepas hujan. Kemudian Teh Jeruk nipisnya yang terlihat butek dan diberika irisan utuh jeruk nipis mengambang makin meyakinkan kalau minuman ini asli hasil perasan bukan seduhan. Sayapun langsung mencoba dan....ENAK !! betul-betul rasa asli, sama ketika kita membeli dari gerobak-gerobak atau abang-abang yang sering lewat depan rumah. ORIGINAL !!
Tidak lama berselang, makanan pesananpun tiba. Nasi goreng kambing dan Tongseng Kambing, menu "pemanas" malam ini.
Jujur saja, porsi-porsi yang tersaji cukup memuaskan, karena porsinya kurang lebih sama dengan kalau kita membeli di pedagang-pedagang tradisional. Padahal, jika melihat kesan restoran pertama kali dengan suasana yang rapi, bersih, besar, sedikit mewah, dan pelayan yang berseragam baik, perkiraan saya di awal adalah menu yang akan tersaji adalah sedikit "borjuis" alias porsi bangsawan yang 4 sendok sudah habis.
Agak kurang pas dengan tongseng kambingnya. Karena agak encer, sehingga bumbu yang seharusnya terasa pekat menjadi kurang "nendang". Padahal isinya sudah cukup lumayan, tidak sedikit juga tidak sebanyak seperti kita membeli tongseng di penjual tongseng asli. Sayang sekali.
Yaaahhh...mungkin lain kali mampir lagi kesini untuk mencoba menu-menu betawinya. Karena jelas untuk menu-menu betawi seperti Asinan Betawi, Mie Goreng Nyemek, Soto Betawi yang di daftar menu dibuat gambar lebih besar dibanding menu lainnya, justru belum saya coba karena dirasa kurang pas timingnya.
So, semoga dilain waktu deh ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H