Aksi kemarahan atas tragedi yang terjadi di Universitas Trisakti yang menewaskan 4 orang mahasiswa dan ratusan korban luka-luka, menjadi pemicu besar pergerakan mahasiswa se Indonesia. Hampir setiap hari setelah meredanya kerusuhan di Jakarta tanggal 13-15 Mei 1998, juga membuat masyarakat tidak tinggal diam, mereka juga ikut bergabung dengan rombongan-rombongan mahasiswa yang mencoba melakukan aksi di senayan.
Saya yang saat itu juga membawa sekitar 1000 orang bersama 2 rekan mahasiswa Trisakti, memang agak "kewalahan". Jalan raya yang menuju arah gedung MPR/DPR diblokir. Sehingga akhirnya saya dan teman-teman mensiasati dengan gerakan cepat alias berlari "melawan arus" arah kanan depan Mall Citraland saat itu. Ribuan massa yang sudah dikoordinasikan lewat masing-masing korlapnya pun serempak merubah arah perjalanan.Â
Kejadian "repot" justru terjadi di depan "mall Taman Anggrek". Mall yang dipercaya milik Keluarga Cendana ini, memancing massa kami untuk merangsek kedalam mall. Untungnya, kejadian ini bisa diantisipasi dengan baik, sehingga baru beberapa pagar kawat saja yang sudah mulai ditergulingkan dan dibuang kedalam kali depan mall, dan beberapa baru saja yang meyang ke arah mall.
Saat itu, kami sepekat mengembalikan lagi massa ini ke jalur normal, meningat jika kami tetap di jalur tadi, akan bertemu 1 mall lagi, yakni Slipi Jaya yang memang sudah terjarah saat kerusuhan kemarin. Tapi keputusan bulat, demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan terkait makin dekatnya kami ke gedung MPR.
Sayangnya, kejadian awal Mei lalu terulang, kami dihadang di depan gedung JDC. Alasan saat itu adalah, massa sudah terlalu banyak yang terkonsentrasi di depan gedung MPR/DPR, dan aparat akan segera mengevakuasi seluruh isi gedung. Kami yang diancam akan terkena dampak proses evakuasi jika meneruskan perjalanan, lebih memilih bergabung dan meneruskan perjalanan. Diskusi yang sedikit alot karena tarik ulur ini, akhirnya deal kami diijinkan lewat dengan catatan tidak memotong jalan tol, jadi memutar di flyover senayan.
Sesampainya di depan seberang Gedung DPR/MPR kami berhenti sejenak dan berkorrdinasi dengan korlap-korlap untuk memecah massa yang terdiri dari masyarakat 3 wilayah di jakarta barat, 2 sekolah SMA di jakarta barat, dan 2 kampus lainnya selain Trisakti yang mantap dan lengkap dengan jaket almamater masing-masing.
Janji tinggal janji...untuk mempersingkat waktu mengingat sudah hampir pukul 19.00 wib, kami kompak masuk ke jalan tol yang kebetulan sudah di blokade, sehingga hanya mobil-mobil aparat dan "mungkin" bis-bis dan kendaraan yang membawa massa saja yang masih hilir mudik dengan kecepatan sangat rendah.
Satu  malam berlalu di gedung DPR/MPR, isu-isu, gerakan-gerakan teknis, dan sedikit "kenalakan" mahasiswa yang mengeksplorasi seluruh sudut gedung, terasa "terjaga" oleh kehadiran ibu-ibu dan bapak-bapak tadi. Sedangkan "adik'adik" kami sibuk membersihkan sampah, membagikan makanan dan minuman untuk "kakak-kakak"nya yang berjaket almamater. Terlihat jelas beberapa dari "adik-adik" tadi menggunakan identitas kaos olahraga sekolah mereka.
Pagi harinya, kami sedikit terkejut, karena beberapa tenda besar sudah berdiri di samping pelataran rumput gedung DPR/MPR. tenda yang secara sigap dibangun oleh beberapa bapak-bapak yang juga sibuk menyiapkan kompor layaknya dapur umum, lumayan cepat beridiri, dan berjejer kotak-kotak makanan sarapan untuk temen-teman yang menginap malam itu. Kondisi lingkungan pun, lumayan bersih dengan plastik-plastik sampah yang juga disiapkan para "orang tua" ini.