Makan siang hari ini agak berbeda dari hari biasanya.
Normalnya, saya selalu menggunakan waktu istirahat siang, dengan mencari kulineran makan berat di sekitar tempat aktivitas setelah melaksanakan Sholat Dhuhur. Namun hari ini, rasanya cuma pengen ngemil aja. Mungkin karena tadi dibekali istri tercinta sarapan tapi dimakan di jam nanggung, jadinya perut masih agak terisi, tapi perlu energi lebih untuk aktivitas setelah makan siang sampai sore nanti.
Diputuskanlah untuk mengunjungi kedai Bakso, yang sudah beberapa bulan terakhir ini memang ada rencana untuk disambangi, namun terkendala padatnya jadwal, jadi lagi-lagi rencana tadi batal terlaksana.
Lokasinya lumayan nge-tren dan berkelas, KEMANG !! Bukan Kemang Pratama di Bekasi, tapi betul-betul daerah Kemang Jakarta Selatan tempat nongkrong berkelas sepanjang masa  !! (lebay mode: ON)
Sudah kebayang, harus menyiapkan budget extra buat jajan makan bakso kali ini, maklum aja daerah Kemang memang terkenal "agak mahal" untuk menu-menu restoran atau sekedar kedai/kafe disekitarnya. InsyaAlloh dompet aman lah hari ini untuk hal satu itu.
====
Setelah cek-cek Google Maps untuk antisipasi jalanan yang macet karena jam makan siang, akhirnya saya meluncur dari wilayah Tendean ke Kemang. Alhamdulillah, jalanan lancar, hanya tersendat sedikit setiap resto/ kafe tempat makan, karena mobil parkir atau keluar dari lokasi-lokasi tadi.
Tepat 20an menit kemudian sampai di lokasi, walau agak sedikit "berbeda" dengan foto yang ada di Google Maps tadi, karena di Google Maps, depan lokasi belum terpasang Neon Sign Kedai Bakso tujuan saya, namun di lokasi aslinya sudah terpasang dengan baik dan cukup besar, sehingga dari jarak cukup jauh, saya sudah bisa melihat, dan yakin kalau lokasi yang saya tuju sudah di depan mata.
====
Kedai bakso nan cantik tujuan saya ini terletak di pojokan gedung GRAHA 63 Kemang. Kendaraan bisa  langsung masuk ke dalam kawasan gedung dan tersedia parkir cukup luas baik untuk Mobil ataupun Motor, jadi jangan khawatir kendaraan kita akan ditinggal jauh, atau berada di pinggir jalan raya ketika kita makan. Aman, bahkan parkirannya dijaga Security dan ber-CCTV lho...
====
Lepas melakukan Sholat, saya langsung menuju kedai cantik tadi, dan baru tersadar kalau sejak diluarpun kita sudah disambut rumput "sintetis" hijau sebagai alas kedai. Jadi serasa lebih adem dan makan di kampung halaman :)
Walaupun di setiap meja terlihat "menu", tapi saya memilih untuk langsung menuju meja kasir, yang disampingnya ada etalase tempat menaruh bahan mentah dan mangkok bakso untuk melihat, dan bertanya langsung apa saja menu yang ditawarkan, namanya juga baru pertama kali...rasa penasarannya masih terlalu besar untuk sekedar menanyakan hanya dari meja pelanggan.
====
Lihat saja kata-kata "N'dut" untuk bakso besar, "Kicik" untuk bakso berukuran kecil, "'Leh" untuk boleh dan "Bomb" untuk baso isi cabai pedas.
Saya pun tergitur untuk mencoba paket yang berisi Bakso N'dut, dan Bakso Kicik saja, jadi total 2 mangkok sekaligus saya pesan, plus 2 Es Teh Manis seperti biasa.
Dan....yang paling menarik adalah HARGAnya yang MURAH SEKALI, sama persis dengan seporsi Bakso yang dijual di abang-abang bakso yang sering wara wiri disekitar kita. Ini nilai plus banget buat saya lho.
====
Aroma khas bakso menyebar, dan memang kuah yang ada didalam mangkok lebih banyak daripada kuah bakso yang biasa diberikan jika kita membeli bakso di tempat lain. Sepertinya ini kelebihan Bakso Qu'ah, sehingga dinamai sesuai "kelebihannya" tadi.
Potongan pertama saya adalah bakso telor, karena seringkali bakso telor ini menjadi "penyakit" yang merubah kuah bakso menjadi menguning karena bagian telurnya mudah sekali hancur. Tapi kali ini, kuning telurnya begitu solid, well cooked, sehingga ketika sudah dipotongpun, bentuknya kokoh tidak langsung larut padahal kuah di mangkok lebih banyak dari biasanya.Â
Berikutnya bakso Urat, lumayan alot dipotong dan banyak "grunjul-grunjulnya"...artinya sukses sekali menjadi bakso urat, karena biasanya banyak menyebut bakso urat, tapi ketika disantap terlalu halus karena uratnya kecil-kecil atau sudah terlalu hancur sehingga teksturnya tidak "berurat" lagi.Â
Berikutnya lagi, bakso Bomb yang disebut bakso pedas...untuk yang ini ketika dimulut memang terasa lebih pedas, karena sebelumnya, seperti biasa, saya jika makan bakso tidak mencampur bumbu apapun seperti kecap, garam, saos, atau cuka, saya hanya menambahkan sambel karena memang sangat suka makanan pedas, sukses lagi bakso Bomb ini membuat lidah saya panas dan minta disiram es teh manis.
Harumnya kuah bakso ketika pertama diantar ke meja, masih tercium jelas, walau bakso sudah hampir habis, dan sudah "terkontaminasi" oleh 3 sendok sambal di mangkok. Irisan-irisan bawang goreng yang cukup banyak sepertinya bisa mempertahankan keharuman kuah bakso tadi.Â
Potongan potongan daun sawi sebagai pelengkap pun menjadi nilai lebih, karena daun yang tersaji, dimasak dengan perkiraan waktu yang pas, tidak layu seperti biasanya, namun masih tetap segar dan "nyakrek" kalau kata orang sunda.
Tidak terasa 1 mangkok berisi 3 bakso 'Ndut habis ludes beserta kuahnya.
Giliran "membantai" paket Bakso Kiciknya yang sama-sama berendam di kuah harum yang berlimpah.
Seperti pada paket Bakso "Ndut, 3-4 sendok sambal terlebih dahulu saya campur ke mangkok. Lepas itu, bakso dengan bentuk "normal" ini saya potong. Lagi-lagi saat digigit, kenyalnya pas dan rasa daging sapinya sangat terasa. Perfekto.
Tidak ketinggalan, setiap gigitan bakso saya lanjut dengan seruputan-seruputan kuah yang akhirnya juga habis tandas dari mangkok bersamaan dengan 5 bakso Kicik tadi.
====
Agak sedikit "tidak rela" sebetulnya dengan HARGA yang ditawarkan karena TERLALU MURAH, padahal tidak ada diskon atau promo yang sedang dijalankan, kecuali memang program CASHBACK dari penyedia jasa Cashless yang terpampang lumayan besar di depan pintu masuk.
Namun menurut saya, ada juga sedikit PR yang harus dibenahi oleh kedai bakso yang baru hadir kurang dari 6 bulan ini (menurut pemiliknya yang kebetulan kemarin ada di lokasi ).
Juga Blek kaleng Kerupuk dekat Kasir agak sedikit menggangu nuansa interior kedai. Seandainya kerupuk tadi dipindah tempatkan ke Toples-toples besar Transapran, atau kaleng-kaleng krupuk model "chrome" sepertinya akan lebih menarik dan menjadi penopang desain ruang, selain fungsi sebagai tempat kerupuk tentunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H