Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhirnya Saya Bertemu Prabowo (Part 1)

24 Januari 2019   18:11 Diperbarui: 24 Januari 2019   19:11 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nasional.kompas.com/read/2014/05/25/2142430/Di.Antara.Seratusan.Kuda.Kesayangan.Prabowo

https://nasional.kompas.com/read/2019/01/18/11524911/hidayat-nur-wahid-debat-pilpres-2014-lebih-greget-ketimbang-semalam
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/18/11524911/hidayat-nur-wahid-debat-pilpres-2014-lebih-greget-ketimbang-semalam
"Saya ini prajurit, tugas saya membela bangsa. Darah saya mengalir merah putih, di dada saya ada Pancasila. Kalau ada yang meragukan itu, aneh sekali...Saya hanya berniat membangun bangsa ini, saya tidak ingin Indonesia tumpah darah saya ini hilang dari peradaban. Tanda-tandanya sudah banyak, kita jangan sampai hancur. Sekarang saja Indonesia sudah seperti terpecah belah, tidak ada kekuatan didalam, apalagi untuk keluar", tambahnya
"Pak, bangsa itu sebuah tatanan sebetulnya kan? ada sistem didalamnya. Presiden pun rasanya tidak semua bisa dijangkau oleh kekuasannya. Itu yang kemarin menjadi blunder juga pak dalam pidato bapak soal Chief Of Law Enforcement kan?" aku lanjut lagi
"Ya itu, Presiden bisa menekan ke semua arah dong, dia kan kuasa tertinggi? Kok Saudara tidak setuju dengan itu sih?", kali ini ia agak naik nada bicaranya.
"Maksud saya, bukankah dalam trias politica, masing-masing pegang fungsi tertentu? Dan masing-masing harus bisa berkolaburasi, saling mengingatkan, dan menjadi pembatas atas segala kebijakan yang berhubungan dengan negara?", tanyaku lagi
"Pokoknya, negara ini lemah di semua sisi kenegarannya!! Miris saya dengan itu semua", sambungnya
"Tapi Bapak bukannya memuji dan kagum atas pencapaian pemerintahan sekarang (baca disini), 4 tahun terakhir ini?", potongku lagi
"...   ...   ...   ya", katanya singkat setelah sebelumnya terlihat berpikir keras

Kembali kami berhenti berbicara, seiring angin kencang yang agak lama membawa butiran kecil air hujan membasahi kami berdua.
Kemudian kamipun melanjutkan memakan pisang goring yang sudah mendadak dingin akibat terkena percikan air hujan...Pak Prabowo pun sambil bercerita bagaimana ia dan masyarakat sekitar akrab dan sering berinteraksi. Lalu kemudian...

"Pak, maaf kalau saya agak lancang. Kenapa bapak kalau berbicara mengenai kepribadian bapak, baik agama ataupun kasus HAM (baca disini)yang membuat bapak sempat meninggalkan Indonesia, Bapak selalu diam ? Bukankah bapak seharusnya berusaha membersihkan nama Bapak, apalagi bapak akan maju lagi pilpres ini. Kan bisa menjadi amunisi lawan untuk meyerang toh?  sekali lagi maaaa...",
"Ah, sudah sudah, saya tidak suka bahas ini", ia memotong kalimatku yang belum sempat selesai
"Atau mungkin bapak bisa menjelaskan kenapa sepertinya juga bapak agak tertutup soal permasalahan keluarga (baca disini)?" sahut saya cepat.
"Itu lagi...saya tidak suka bahas hal pribadi", Prabowo semakin kesal.
"Tapi apakah nantinya tidak akan berpengaruh terhadap kebijakan Ba...."
Pak Prabowo bangkit dari duduknya sambil mengepalkan tangannya, "Arrrrgghhhhh, Saudara ini....."

*sepertinya tidak akan ada PART 2, karena saya akhirnya terbangun dari tidur lelap saya di saung  tadi. Kini hujan sudah reda, waktunya untuk kembali ke lokasi shooting untuk sholat Maghrib dan makan malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun