Hal paling menyebalkan adalah kena macet...apalagi kalau menyandang WARGA wilayah JABOTABEK, rasanya, kalau pergi keluar kota untuk mengisi waktu akhir pekan untuk beristirahat, terus kena macet.... kok rasanya gimanaaaaaa....gitu :)
Minggu lalu, kami sekeluarga mengunjungi kota Sukabumi karena ada keperluan keluarga, kota yang baru denger namanya saja sudah bikin otak menyimpulkan....MALES BANGET DAH AH. Kenapa? Karena setiap akhir pekan ketika mengunjungi kota ini...cuma ada 2 pilihan, pertama, jalur bogor tembus sukabumi langsung yang normalnya memakan waktu 8-10 jam perjalanan dari jakarta dengan track lurus menanjak dengan pemandangan pabrik2....atau, lewat puncak tembus cianjur, dengan waktu 7-8 jam (irit 1-2 jam) dengan harapan bisa ikut rombongan satu arah (sistem buka tutup), dengan track berkelok dengan pemandangan villa dan kebun2 teh. CUMA ITU.
Tapi minggu kemarin, kami mencoba 1 moda transportasi lain yakni KERETA API, yang dulu pernah ada, namun sempat vakum karena kondisi rel yang sudah banyak kerusakan karena pergeseran2 tanah akibat seringnya bencana alam, dan diaktifkan kembali sekitar November 2013 oleh Bapak Dahlan Iskan, Menteri BUMN saat itu. Dengan trayek sama, Bogor-Sukabumi pp. dan denger-denger Presiden Jokowi pun sudah menginstruksikan untuk menambah track baru trayek ini agar bisa dilalui 2 kereta sekaligus lho...
Karena tempat tinggal kami dekat sekali dengan stasiun KRL, maka keputusan berangkat ke Sukambumi adalah dengan menggunakan Commuter Line (KRL Jabodetabek) lalu lanjut KA Pangrango dengan trayek tadi.
Dan benar saja, ketika kami cek di H-7, semua kelas tiket online sudah terjual ludes...Walhasil, keluarga kami harus membeli langsung ke stasiun Bogor untuk membeli 17 tiket ke Sukabumi di hari sabtu minggu berikutnya, alhamdulillah, untuk kelas Ekonomi AC masih tersedia, lain halnya dengan kelas Eksekutif yang sudah lama ludes terjual.
Nah, perjuangan bermula sejak kami tiba di Stasiun Bogor, kami yang rata-rata adalah anak kecil umur 4-5 tahun plus 2 bayi dengan berbagai macam gembolan karena rencana menginap, lupa bahwa stasiun transit ke Sukabumi bukan di stasiun yang sama. Yaaaaaa....memang tidak jauh lokasinya, hanya di seberang stasiun bogor, sekitar 200-300 meter, yang jika tidak terhalang bangunan, stasiun Bogor-Paledang pasti terlihat dari stasiun besar Bogor.
Perjuangan naik turun tangga penyebrangan dengan gembolan dan anak-anak plus saya sendiri yang harus menemani adik yang membawa anaknya menggunakan stroller yang tidak mungkin diajak naik ke jembatan penyebrangan, mengharuskan saya untuk menentukan 2 pilihan, berjalan ke arah kanan sampai bundaran yang kemacetannya parah yang agak sulit untuk menyebrang dengan stroller, atau berjalan ke kiri, jalan ke arah kebun raya lalu menyebrang dengan kondisi jalan yang cukup lengang untuk menyebrang dengan stroller berisi anak kecil. so...i choose the left track then :) Pokoknya, untuk kondisi seperti keluarga saya, atau kondisi orang tua bahkan disabilitas...SULIT LAH.
Hal menarik juga terjadi ketika sudah mulai masuk kawasan Stasiun...gang menyempit (lebih sempit dari jalanan disamping ruko-ruko tadi) dengan panjang sekitar 50 meter makin "mengaburkan" kalau kita sudah sampai dilokasi yang benar. Untungnya tulisan STASIUN BOGOR-PALEDANG sudah terlihat dari jauh, jadi kita bisa yakin kita sedikit lagi sampai, jika tidak, maaf saja...serem ah lewat situ, apalagi kalau keretanya belum terlihat, dan susana agak gelap.