Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ke Sukabumi? Naik Kereta Saja Lah

23 Oktober 2017   22:21 Diperbarui: 24 Oktober 2017   10:15 53013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal paling menyebalkan adalah kena macet...apalagi kalau menyandang WARGA wilayah JABOTABEK, rasanya, kalau pergi keluar kota untuk mengisi waktu akhir pekan untuk beristirahat, terus kena macet.... kok rasanya gimanaaaaaa....gitu :)

Minggu lalu, kami sekeluarga mengunjungi kota Sukabumi karena ada keperluan keluarga, kota yang baru denger namanya saja sudah bikin otak menyimpulkan....MALES BANGET DAH AH. Kenapa? Karena setiap akhir pekan ketika mengunjungi kota ini...cuma ada 2 pilihan, pertama, jalur bogor tembus sukabumi langsung yang normalnya memakan waktu 8-10 jam perjalanan dari jakarta dengan track lurus menanjak dengan pemandangan pabrik2....atau, lewat puncak tembus cianjur, dengan waktu 7-8 jam (irit 1-2 jam) dengan harapan bisa ikut rombongan satu arah (sistem buka tutup), dengan track berkelok dengan pemandangan villa dan kebun2 teh. CUMA ITU.

Tapi minggu kemarin, kami mencoba 1 moda transportasi lain yakni KERETA API, yang dulu pernah ada, namun sempat vakum karena kondisi rel yang sudah banyak kerusakan karena pergeseran2 tanah akibat seringnya bencana alam, dan diaktifkan kembali sekitar November 2013 oleh Bapak Dahlan Iskan, Menteri BUMN saat itu. Dengan trayek sama, Bogor-Sukabumi pp. dan denger-denger Presiden Jokowi pun sudah menginstruksikan untuk menambah track baru trayek ini agar bisa dilalui 2 kereta sekaligus lho...

Karena tempat tinggal kami dekat sekali dengan stasiun KRL, maka keputusan berangkat ke Sukambumi adalah dengan menggunakan Commuter Line (KRL Jabodetabek) lalu lanjut KA Pangrango dengan trayek tadi.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Nah, karena kami baru pertama kali niat menuju ke Sukabumi dengan kereta, maka mulailah kami mencari informasi sekitar 10 hari sebelum keberangkatan, dan alahkah terkejutnya, ketika tahu kalau tiket kereta api ini SANGAT MURAH namun SULIT DIDAPAT. Untuk kelas Eksekutif seharga 50.000 rupiah, dan kelas ekonomi AC seharga 20.000 rupiah saja sekali jalan. Sayangnya, pembelian tiket secara online untuk Eksekutif DIJAMIN SUDAH HABIS rata-rata H-20, sedangkan kelas ekonomi SUDAH HABIS jika dipesan kurang dari H-7, baik pembelian via web PT KAI maupun via penyedia jasa pemesanan tiket online lainnya.

Dan benar saja, ketika kami cek di H-7, semua kelas tiket online sudah terjual ludes...Walhasil, keluarga kami harus membeli langsung ke stasiun Bogor untuk membeli 17 tiket ke Sukabumi di hari sabtu minggu berikutnya, alhamdulillah, untuk kelas Ekonomi AC masih tersedia, lain halnya dengan kelas Eksekutif yang sudah lama ludes terjual.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Seminggu kemudian, perjalanan pun dimulai....seperti biasa, kami memang sering mengunakan transportasi umum baik itu bis TransJakarta, maupun Commuterline Jabodetabek jika ingin berjalan-jalan di akhir pekan (kalau hari kerja jarang, karena masih gak kuat sama antri lama dan penuhnya). Seperti biasa kami transit di Stasiun Duri, lalu meneruskan ke Stasiun Bogor yang hanya memakan waktu sekitar 1 jam termasuk transit.

Nah, perjuangan bermula sejak kami tiba di Stasiun Bogor, kami yang rata-rata adalah anak kecil umur 4-5 tahun plus 2 bayi dengan berbagai macam gembolan karena rencana menginap, lupa bahwa stasiun transit ke Sukabumi bukan di stasiun yang sama. Yaaaaaa....memang tidak jauh lokasinya, hanya di seberang stasiun bogor, sekitar 200-300 meter, yang jika tidak terhalang bangunan, stasiun Bogor-Paledang pasti terlihat dari stasiun besar Bogor.

Perjuangan naik turun tangga penyebrangan dengan gembolan dan anak-anak plus saya sendiri yang harus menemani adik yang membawa anaknya menggunakan stroller yang tidak mungkin diajak naik ke jembatan penyebrangan, mengharuskan saya untuk menentukan 2 pilihan, berjalan ke arah kanan sampai bundaran yang kemacetannya parah yang agak sulit untuk menyebrang dengan stroller, atau berjalan ke kiri, jalan ke arah kebun raya lalu menyebrang dengan kondisi jalan yang cukup lengang untuk menyebrang dengan stroller berisi anak kecil. so...i choose the left track then :) Pokoknya, untuk kondisi seperti keluarga saya, atau kondisi orang tua bahkan disabilitas...SULIT LAH.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Perjuangan tidak sampai disitu, jalanan menuju stasiun Bogor-Paledang pun tidak mulus alias berlubang. Jalanan pinggir ruko-ruko tadi beraspal namun sudah rusak dan banyak lubangnya, bahkan kemarin dengan kondisi bekas hujan, meninggalkan lubang2 berair degan kondisi becek disekitarnya...Seru memang kalau kita suka offroad atau tracking, tapi kalau tidak, pasti bikin kesel nih, setelah "dikerjain" naik turun tangga atau memutar cukup jauh dengan berjalan kaki.

Hal menarik juga terjadi ketika sudah mulai masuk kawasan Stasiun...gang menyempit (lebih sempit dari jalanan disamping ruko-ruko tadi) dengan panjang sekitar 50 meter makin "mengaburkan" kalau kita sudah sampai dilokasi yang benar. Untungnya tulisan STASIUN BOGOR-PALEDANG sudah terlihat dari jauh, jadi kita bisa yakin kita sedikit lagi sampai, jika tidak, maaf saja...serem ah lewat situ, apalagi kalau keretanya belum terlihat, dan susana agak gelap.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sampai di lokasi, kami lebih takjub lagi...karena terbiasa dimanja dengan pemandangan Stasiun Commuter Line yang sudah modern sejak Presiden Jokowi memimpin, dan beberapa Stasiun di daerah juga sudah dipugar (termasuk Stasiun besar Bogor), rumah tua dengan jejeran kursi yang diberi peneduh atap sederhana (tanpa AC ataupun kipas besar), penumpang yang duduk-duduk di emperan peron karena tidak kebagian tempat duduk, membuat kami bertanya-tanya...GAK SALAH NI STASIUN? Ah tapi ya sudahlah, mungkin karena ini stasiun dengan 1 trayek pendek, maka penyempurnaannya juga cukup seperti itu tidak perlu berlebihan. Cuma pertanyaanya, kalau sekarang seperti ini, gimana dulunya sebelum dibenahi ya?

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Namun penilaian tadi tidak berhenti dengan 2 bintang saja, jika melihat fasilitasnya dengan musholla yang cukup luas, toilet yang bersih, air yang banyak, free charging dock, kantin yang bersih dan beragam menunya, kerahaman dan kesigapan petugas, plus fasilitas pendukung elektronik yang sudah sama modern-nya dengan stasiun lain, sepertinya 1 bintang lagi patut disandang stasiun ini, so...kami kasih 3 bintang deh buat stasiun Bogor-Paledang.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sekitar 1 jam kami menunggu di stasiun, kereta yang di jadwal berangkat pukul 13.10, sudah datang pukul 12.45 wib dengan membawa penumpang dari Sukabumi tentunya. Setelah interior kereta sepertinya dibersihkan selama lebih kurang 10 menit, kemudian speaker informasi memberitahukan kereta akan berputar di stasiun Bogor, penumpang harap bersiap-siap...DAAANGGGGG....berputar di stasiun bogor?? lalu kenapa penumpang tidak naik saja sekalian di stasiun bogor ya??? kenapa "perjuangan" tadi harus terjadi ya??? Bukankah lebih simple jika semua penumpang naik kereta Pangrango ini juga di stasiun bogor, yang lebih luas, nyaman, dan datar kondisi tanahnya?? Ah....

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
15 menit berselang, speaker stasiun kembali berbunyi memberitahukan kereta sedang menuju kembali ke Stasiun Bogor-Paledang, penumpang diharap bersiap-siap. Layaknya kehidupan "normal" di Indonesia, penumpang langsng berdiri dan mengantri di pintu masuk peron...Antrian panjang dan posisi penumpang yang berdersakan di jalur tunggu yang sempit makin memperburuk pandangan. Padahal, semua penumpang ini sudah punya tiket dengan nomor duduk yang pasti, kondisi ini seharusnya bisa dihindari, toh kereta belum tiba di stasiun, dan waktu berjalan kembali pun masih cukup jika kita memberikan cukup ruang, yang hasilnya bisa lebih enak dilihat dan lebih "selamat", dibanding berdesakan di jalur tunggu kereta.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Setelah masuk, kondisi kereta normal layaknya kereta api di Indonesia sejak tahun 2014-2015, kereta Eksekutif dengan segala kenyamanan dan Kereta Ekonomi yang kini sudah dilengkapi Pendingin Udara (AC) dan dibenahi penunjang lainnya seperti colokan listrik di masing2 jendela, dan kaca hitam untuk meminimalisir sinar matahari yang masuk ke kompartemen gerbong. Untuk Kereta Pangrango, tersedia 1 gerbong Kelas Eksekutif, dan 4 gerbong Kelas Ekonomi plus 1 gerbong restorasi.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Selama lebih 2 jam perjalanan dengan jarak tempuh sekitar 50 km, pemandangan yang tersaji di jendela penumpang rasanya kurang menarik jika dibanding menggunakan kereta dengan rute bandung, atau wilayah jawa tengah lainnya. Selama perjalanan lebih banyak disuguhi perumahan padat penduduk dan kebun-kebun saja, belum lagi kereta yang selalu berhenti di setiap stasiun yang dilewati dengan kecepatan rata-rata yang saya ukur dengan GPS hanya sekitar 30-50 km/jam.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tibalah kami di Stasiun Sukabumi yang juga merupakan bangunan Cagar Budaya, dengan senyum, mengingat waktu tempuh normal 8-10 jam dari jakarta, ditambah biaya bensin, jajan berkali-kali, serta nilai kesabaran dan lelah yang sulit jika dikonversi dengan uang. Kali ini kami hanya menghabiskan sekitar maksimal 4-5 jam saja, dengan pengorbanan naik tangga penyebrangan atau jalan berputar yang agak jauh, serta kondisi jalan berlubang sekitar 200-300 meter menuju stasiun yang cukup "sederhana" Bogor-Paledang.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
So, jujur saja....kami sarankan untuk ke Sukabumi, lebih baik dengan transportasi Kereta Api, jika direncanakan jauh-jauh hari. Sangat menghemat waktu, biaya, dan kesabaran tentunya. Terlebih bagi warga JABODETABEK yang sehari-hari berkutat dengan kemacetan. Masa sih sehari-hari kena macet, terus mau liburan akhir pekan rela kena macet juga?

Terima Kasih buat saudara2ku di Sukabumi, dan sahabatku Dhita yang sempat kami titipkan membeli tiket kereta walau batal, karena jadinya kami sendiri yang memutuskan beli langsung ke Bogor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun