Persaingan dengan Baja Impor: Produksi baja Indonesia yang hanya mencapai 6-7 juta ton per tahun tidak sebanding dengan produksi China yang mencapai 1 miliar ton per tahun. Baja impor dari China dengan harga murah membanjiri pasar Indonesia, menghancurkan daya saing PT Krakatau Steel.
PHK dan Restrukturisasi: Akibat tekanan finansial dan persaingan yang tidak sehat, PT Krakatau Steel terpaksa melakukan PHK dan restrukturisasi. Ini tidak hanya berdampak pada ekonomi perusahaan, tetapi juga pada kesejahteraan karyawan dan keluarga mereka.
Peran Industri Baja dalam Kemandirian Nasional
PT Krakatau Steel, bersama dengan BUMN strategis lainnya seperti PT PAL, PT DI, PT INTI, PT Pindad, PT KAI, PT Dahana, PT Boma Bisma, dan PT LEN, memainkan peran vital dalam menunjukkan kekuatan dan kemandirian bangsa. Industri-industri ini tidak hanya menyangkut hajat hidup orang banyak, tetapi juga menghasilkan nilai tambah sumber daya alam serta berkaitan langsung dengan pertahanan dan keamanan nasional.
Kebijakan Pemerintah dan Masa Depan Industri Baja
Saat ini, pemerintah lebih condong mendukung industri baja swasta dengan mengundang investasi asing, seperti yang terlihat di Batu Licin, Kalimantan Selatan, dan Morowali, Sulawesi Tengah. Perusahaan patungan dengan mayoritas saham China mendominasi pasar baja, mengancam eksistensi PT Krakatau Steel.
Indonesia membutuhkan pemerintahan yang peduli dan memiliki nasionalisme tinggi dalam membangun industri baja. Pemerintah harus melihat pengelolaan negara bukan hanya dari kacamata bisnis semata, tetapi juga mempertimbangkan kesejahteraan rakyat dan kemandirian ekonomi jangka panjang.
Penutup
PT Krakatau Steel, sebagai salah satu industri strategis Indonesia, seharusnya mendapatkan perhatian dan dukungan penuh dari pemerintah. Kebijakan yang mendukung industri dalam negeri dan melindungi dari serangan baja impor murah sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan industri ini. Hanya dengan dukungan yang tepat, Indonesia dapat membangun kemandirian ekonominya dan memastikan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H