Mohon tunggu...
Rully Larasati
Rully Larasati Mohon Tunggu... -

baru setahunan ini menjajal dunia freelancer - yang ternyata menyenangkan dan penuh kejutan!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PRT, Asisten, Staf....

3 Mei 2010   11:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:26 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

dah lama nggak nulis, sekalinya mau nulis soal... keluhan. ah, tak apa2lah. belakangan ini saya dapat sejumlah kabar sejenis: beberapa teman kehilangan prt alias pembantu rumah tangga mereka. mulai dari mantan rekan kerja, teman sealmamater di SMA (saya tau dari milis yang minta rekomendasi prt yang bagus, nggak neko2, sayang sama anak, dll, karena dia lagi hamil besar dan masih punya anak balita, sementara doski juga mesti kerja), sampai sahabat juga terkena masalah yang sama. dan dari situ, mulailah bergulir segelintir keluhan, kalau prt sekarang tuh yaaa... banyak tingkahnya. pas lagi ngobrol2 sama sesama ortu murid di skul, beberapa ibu sepakat kalau yang jadi biang kerok PRT bertingkah adalah... PONSEL. karena murah banget kali y pulsanya, para prt ini nggak bisa lepas dari ponsel selama bekerja. nungguin anak skul mainan ponsel. lagi nyapu ponsel nggak lepas dari telinga. bahkan tengah malam hingga dini hari bela2in begadang demi nelpon gratis. akibatnya, pagi - siang hari ngantuk melulu dan kerja jadi lelet abis karena ngantuk.

tadinya saya lega karena prt di rumah- yang tadinya saya banggakan, nggak main2 ponsel. stelah kerjaan kelar, barulah dia telpon2an sambil cekikikan. pernah tengah malem saya mau ambil minum di bawah, dengerin orang bisik2 dan cekikikan, ternyata dia lagi telpon2an (sama siapa saya nggak tau deh!). tetapi setelah ikut saya kurang lebih dua tahun, mulai terjadi perubahan2 kecil namun berarti (bikin sebel tapi berusaha tutup mata aja). prt yang nginep di rumah satu orang, tugasnya beres2 rumah, cuci setrika, dan masak (ini tandem bareng saya, dia nyiapin bahan2, saya yang masak). soal anak, saya urus semua sendiri, kecuali lagi ada kerjaan, dia yang jagain. soal dia nyapu kurang bersih, rada jorok di beberapa bidang, saya coba untuk maklum aja, nggak marahin dia. paling kasih tau, lain kali mesti begini2, tapi nggak pernah tu marah besar. tetapi entah kenapa, belakangan ini, saya mulai merasakan hal yang sama dengan teman2 lain keluhkan, kalau prt itu mulai bertingkah yang nggak asik.  misalnya aja cemberut2 seharian dari pagi sampe besoknya tanpa ada alasan. saya tadinya termasuk yang rajin nanyain kenapa, tetapi karena pernah superkecewa sama dia (janjinya pulang tiga hari, ternyata molor jadi 10 hari, ditelp nggak bisa, disms nggak bales, di kala dah pasrah dia nggak balik dan mulai hunting prt baru, doski muncul dengan wajah tak berdosa), saya jadi males tegur2. kalau nggak mau ngomong, ya udah.

dan sampai kemarin malam. mendadak, minta hari ini pulang karena sodaranya yang meninggal di luar negeri, dah dibawa ke kampung dan akan ada pemakaman). namanya musibah, masa nggak dikasih pulang (pas diingat2, dia dah pernah cerita soal sodaranya yang meninggal ini skitar sebulan yang lalu). ditanya, mau balik berapa lama, bilangnya tiga hari. oke deh, tadi pagi kasih gajinya. pas pulang, saya dah curiga, kok tasnya guedhe banget, dengan kardus di tangan -soalnya pas pulang lebaran aja nggak kayak gitu, pas pulang ada acara nikah sodaranya juga bawaannya nggak seheboh itu.  saya cuma ngomong, " Yeile, pulang tiga hari aja, bawaannya banyak bener." dia cuma senyum2 nggak jelas. saya mbatin, ini kayaknya nggak balik lagi deh. pas dia pulang, saya cek kamarnya, bener aja, lemarinya dah kosong, semua barang dah dibawa. oke deh....

saya mulai berefleksi - tapi nggak mau lama2 juga, buang2 energi dan waktu, kalau kata temen saya. apa yang salah y? selama ini, seminggu sekali dapet 1-2 hari libur, dalam arti dia nggak usah masak atau nggak nyuci dulu karena kami sekeluarga nginep di tempat lain atau pergi seharian sampe malem. trus, dia mau beli pulsa atau apa, dibayarin. begitu pula segala toiletris -ini dah biasa y, ditanggung. makan juga sama lauknya, nggak dibedain. kadang2 kalau dia bikin camilan sendiri -tanpa diminta, ya udah, biarin aja. mau masak suka2 dia, sok aja. kontak fisik yang mukul atau sejenisnya nggak pernah. pokoknya dijadiin temen aja dah. tapi ternyata tetap nggak mempan buat bikin dia betah di rumah.

yang saya sesalkan adalah, kenapa dia nggak mau berkata jujur? dalam arti, kalau emang mau keluar, ya bilang aja mau keluar, misalnya karena ada tawaran gaji yang lebih baik atau mungkin aja ada sikap saya dan keluarga yang bikin dia bete dan nggak betah, dan sebagainya. jadi, masih bisa dibicarakan.  kalau emang ternyata saya nggak bisa kasih gaji sesuai keinginan dia, ya sudah, silakan aja keluar dan mencari yang lebih baik. atau dia mungkin mau berwirausaha di kampungnya, ya nggak akan melarang juga. masa orang mau berkembang dihalang2i? tapi ya itu, balik lagi, kenapa sih nggak ngomong yang sebenernya ajaa??

saya juga dengar dari teman2 yang sangat2 baik memperlakukan prt mereka, tetap aja si prt keluar tanpa alasan yang jelas dan ini tentu saja menjengkelkan.  dengan kata lain... dibaik2in kok ngelunjak. oh well, ngadepin prt yang kayak gini, emang terus jadi PR yang nggak pernah selesai untuk para majikan yang mempekerjakan mereka....

dan... selalu ada sisi positif di segala hal. (mudah2an) saya bisa lebih langsing karena banyak melakukan aktivitas fisik plus anak bisa lebih mandiri. semoga! :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun