Mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia menjelaskan tentang perjalanan Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia sudah ada sejak zaman kerajaan dimana pasa masa tersebut Pendidikan di Indonesia masih berorientasi pada agama yang dianutnya. Kemudian, kedatang Portugis untuk mencari rempah-rempah ke Indonesia membawa paham agama Katolik degan ditandai adanya pendirian sekolah pertama di Ternate. Selanjutnya, Zaman Kolonial Belanda di Indonesia sangat mempengaruhi Pendidikan di Indonesia dengan cukup masif. Berdirinya sekolah yang didirikan oleh pemerintah colonial Belanda untuk pribumi yang digunakan untuk mendidik warga pribumi menjadi ppegawai pemerintahan colonial Belanda seperti sekolah kabupaten, sekolah kelas 2 yang diperuntukkan bagi anak anak biasa pribumi. Pada zaman colonial Pendidikan di Indonesia masih belum merata, perserta didik didominasi oleh laki-laki.
Muncul pergerakan dari tokoh-tokoh yang memihak pribumi untuk kemajuan pendidikan bagi pribumi seperti organisasi Indische Partij, Muhammadiyah dan Budi Utomo. R.A. Kartini merupakan salah satu tokoh Wanita yang memprjuangkan Pendidikan bagi kaumnya ditandai dengan pendirian sekolah kartini untuk kaum wanita. Kemudian ada bapak pendidikan Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara dengan gagasan gagasan beliau yang membawa dunia pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik dan berpihak pada pribumi salah satunya dengan didirikannya Sekoalah Taman Siswa.
Ki Hadjar Dewantara mengemukakan gagasan mengenai Pendidikan yang memperhatikan kodrat peserta didik dan mempertimbangkan aspek keseimbangan cipta, rasa, dan karsa. Yaitu pendidikan yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan, namun juga mengembangkan keterampilan berpikir dan kecerdasan batin. Lepas dari zaman kolonial Belanda kemudian adanya pendudukan jepang dimana terjadinya perubahan dalam sistem pendidikan nasional dengan hadirnya sekolah rakyat, sekolah menengah Cu Gakko dan Zyu Gakko, serta sekolah kejuruan untuk mendidik calon guru. Kemudian pasca kemerdekaan pendidikan di Indonesia masih mengalami fase dualisme.( pengaruh kolonial Belanda dan pemerintah republik Indonesia ). Namun seiring berjalannya waktu perubahan ke arah positif dalam dunia pendidikan di Indonesia semakin baik.
Meski saat ini sudah bisa dikatakan mendapatkan kemerdekaan dalam dunia pendidikan tetapi bukan berarti tidak ada belenggu kepada peserta didik dan guru. Peserta didik terkadang masih dituntut untuk memahami setiap materi dengan cepat dan terasa di buru buru, guru juga terkadang masih belum bisa fleksibel dalam memberikan materi yang seharusnya karena adanya aturan dan tuntutan dari pihak pemerintah. Tentunya hal tersebut harus diperbaiki demi kemajuan pendidikan di Indonesia, setiap stakeholder harus saling berkoordinasi dan berkomunikasi agar selaras dalam mendukung tujuan pendidikan nasional.
Refleksi Diri
Dari pemahaman materi yang saya dapat dari mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia saya mendapatkan pengalaman dan wawasan baru mengenai perjalanan pendidikan nasional dan peran saya sebagai seorang guru di masa mendatang. Ini memicu perubahan cara berpikir saya dan menjadi refleksi diri bagi saya sendiri dimana pendidikan tidak hanya berfokus pada pengetahuan saja tetapi juga keterampilan berpikir peserta didik serta kecerdasan batin. Karateritik peserta didik perlu dipahami supaya kita dapat menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi yang berpihak pada peserta didik dan memerdekakan peserta didik. Hal ini yang nantinya akan saya terapkan saat di sekolah dan di kelas setiap pembelajaran berlangsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H