[caption caption="PLTS di Saerbeck, Jerman."][/caption]Panel surya atau sel surya adalah suatu alat yang dapat mengubah cahaya matahari menjadi listrik melalui efek photovoltaic. Kita dapat menjumpai aplikasi dari sel surya ini pada kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah kalkulator, mainan anak-anak, lampu penerangan jalan hingga ke aplikasi yang lebih besar seperti panel surya untuk perumahan, perkantoran bahkan pembangkit listrik tenaga surya seperti PLTS di Kupang, Nusa Tenggara Timur yang pada Desember 2015 lalu telah diresmikan Presiden Joko Widodo [1].Â
Perkembangan sel surya sendiri terbilang cepat. Saat ini bahkan ada panel surya portable berkapasitas 100 kWp, atau dengan kata lain PLTS yang dapat dimobilisasi. Lalu, apa kaitannya panel surya portable ini dengan situasi krisis listrik di Indonesia? Apakah teknologi ini dapat membantu PLN dalam mengemban tugasnya sebagai penyedia tenaga listrik di Indonesia, bahkan dalam kondisi bencana?
Pada umumnya, krisis listrik dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana kebutuhan listrik di suatu daerah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ketersediaan listriknya. Penyebabnya antara lain adalah akibat terjadinya bencana alam yang menyebabkan pasokan listrik menuju daerah tersebut terputus (tiang listrik rubuh, gardu listrik rusak, pembangkit listrik tidak dapat beroperasi, dll) atau kendala non-teknis yang menyebabkan pembangkit listrik tidak beroperasi seperti yang baru-baru ini terjadi di Nias [2].Â
Terganggunya pasokan listrik tersebut berdampak pada berbagai aspek kehidupan seperti telekomunikasi, kesehatan, transportasi, pendidikan dan lain sebagainya. Dalam konteks bencana, terputusnya aliran listrik dapat menyebabkan tidak beroperasinya jaringan telepon seluler sehingga korban bencana tidak dapat memberi kabar kepada kerabat keluarga mengenai kondisinya. Begitu pun dengan pelayanan kesehatan maupun unit gawat darurat yang dapat lumpuh akibat lumpuhnya pasokan listrik.
Bayangkan jika kita memiliki pembangkit listrik yang dapat ditransportasikan dengan relatif mudah dan dapat dioperasikan dalam waktu singkat pasca sebuah bencana terjadi. Semakin cepat listrik pulih tentu akan semakin cepat pula tindakan penanganan pascabencana yang dapat dilakukan. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang panel surya, Renovagen, membuat sebuah rangkaian panel surya yang dapat digulung dan ditempatkan di dalam sebuah kontainer.Â
Kontainer tersebut berisi gulungan panel surya, baterai, inverter serta komponen PLTS lainnya dan diklaim dapat menghasilkan listrik hingga 100 kWp (kilo Watt peak) [3]. Inovasi ini memungkinkan PLTS untuk ditransportasikan ke daerah bencana ditambah dengan keunggulan PLTS yang relatif lebih mudah dioperasikan jika dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga diesel (genset). Video dari PLTS portable ini dapat dilihat di link berikut Roll Out Solar Panel.Â
[caption caption="Sumber: http://www.renovagen.com/"]
[caption caption="Sumber: http://www.renovagen.com/"]
Penanganan yang efektif dan efisien terhadap krisis listrik merupakan harapan kita semua, mengingat pentingnya listrik dalam kehidupan kita. Pemulihan listrik di daerah bencana dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, akan mempercepat penanganan korban di daerah bencana tersebut, karena tidak dapat dipungkiri bahwa listrik merupakan aspek penting untuk menunjang kehidupan yang lebih baik.
Sumber:
1. www.len.go.idÂ
2. Â www.esdm.go.id
4. www.pln.co.id Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H