Mohon tunggu...
Rully Mufarika
Rully Mufarika Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Jogjakarta

Pengais Aksara

Selanjutnya

Tutup

Financial

PARJO Menjadi Payung di Tengah Badai Covid-19

28 April 2020   12:30 Diperbarui: 28 April 2020   12:33 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PARJO-Menjadi Payung Ditengah Badai Covid-19

(Program Jualan Bersama UMKM Pasar Online  oleh Komunitas UMKM Jogja Kita)

            Belum juga menang melawan kemiskinan dan pengangguran, kini Indonesia perlu mengerahkan tenaga ekstra untuk melawan wabah Covid-19. Sektor perkomonian dan ketenagakerjaan turut menjadi korban ganasnya wabah yang mulai menyeruak pada akhir 2019 ini. Lebih dari 400.000 buruh di PHK atau dirumahkan per April 2020[1], perekenomian lesu, banyak perusahaan gulung tikar. 

 

Sudah jatuh, jangan sampai tertimpa tangga juga!

 

Sudah profit usaha berkurang, kini masyarakat juga harus menghadapi pahitnya hidup dengan keterbatasan. Terbatas mengakses layanan publik, terbatas melakukan interaksi, hingga terbatas dalam upaya memenuhi kebutuhan diri sendiri. Miris, tapi ini adalah kondisi yang harus dilawan, bukan?

 

Ditengah ketidakpastian badai Covid-19, ada tiga tipikal masyarakat dalam menghadapi wabah. Ada tipikal masyarakat santuy, masyarakat panik, hingga masyarakat kreatif.  Masyarakat pada umumnya mengalami kepanikan, hal ini umumnya terwujud dalam aktifitas panic buying. Panic Buying pada dasarnya adalah kebingungan yang terjadi sebelum bencana tiba yang  didasari ketidakpastian dan kebingungan. Justru, aksi mereka tumbuh menjadi aksi solidaritas untuk meringankan beban sesama ketika bencana sedang terjadi. [2]

 

Pembatasan Sosial Tak Halangi Aksi Solidaritas!

 

Bertolak dari pembatasan, terwujud dalam aksi kreatif! Bukan rahasia lagi bahwa masyarakat kita dikenal nomor wahid dalam hal tolong menolong dan saling membahu. Ikatan sosial masyarakatnya mampu menjadi pionir dan tiang tumbuhnya perkonomian dan kesejahteraan[3]. Seperti yang dilakukan oleh UMKM Komunitas Jogja Kita. Sadar akan sulitnya masyarakat mengakses barang dan kebutuhan pokok, berbanding lurus dengan sulitnya para pedagang menjual barang dagangan. Komunitas UMKM Jogja Kita melalui Program PARJO (Program Jualan Bersama UMKM Pasar Online) menjadi angin segar ditengah sesaknya nafas perekonomian akibat Covid-19.

 

Komunitas UMKM Jogja Kita adalah kumpulan pedagang yang memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah yang berlokasi di Yogyakarta. Tidak jauh berbeda dengan UMKM pada umumnya, kelompok ini menjual barang dan jasa yang diproduksi sendiri dan dipasarkan secara mandiri. Namun, ditengah wabah, kominitas UMKM ini menjelma menjadi payung ekonomi baik anggota maupun bagi masyarakat sekitar. Memanfaatkan teknologi informasi, anggota dalam kelompok ini mulai mempertemukan permintaan dan penawaran barang secara online baik melalui Instagram, Whatsapp atau SMS.

 

Metode yang digunakan dalam memasarkan produk para pedagang cukup sederhana. Pada pedagang tergabung dalam satu grup obrolan Whatsapp dan saling menawarkan barang dagangan antara satu dengan yang lain. Mereka juga mengunggah jualan pada fitur Status Whastapp, ini memungkinkan untuk dilihat siapapun yang menyimpan kontak/nomor Whatsapp mereka.

 

Lalu, bagaimana  memperluas jangkauan pasar?

 

Terdapat beberapa kelebihan yang diperoleh dalam keanggotaan pedagang dalam komunitas UMKM Jogja Kita tersebut. Tujuan berdagang yang sama, penjembatanan kepentingan yang berdampingan, serta membangun jaringan dengan sistem yang ada adalah modal untuk mencapai hasil yang lebih optimal.[4] Banyaknya pedagang yang tergabung dapat menjadi wadah untuk satu sama lain untuk belajar, baik belajar dari segi produksi hingga pemasaran. 

 

Demografi pedagang yang tersebar di beberapa wilayah berbeda dapat saling memberikan informasi terhadap ketersediaan barang yang tidak disediakan sendiri, namun juga anggota komunitasnya. Saling tukar menukar informasi menjadi langkah utama yang perlu digencarkan untuk meningkatkan jangkauan pemasaran. Kepedulian dan guyup menjadi modal[5] antar pedagang dalam bentuk jasa promosi/jasa tawar barang dagangan. Melalui Program Jualan Bersama Online UMKM Jogja Kita ini, diharapkan masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan para pedanga dapat menjual barang dagangan secara aman tanpa perlu khawatir gulung tikar.

Referensi:

[1] Hamdani, T. “450.000 Buruh Kehilangan Kerja gara-gara Wabah Corona”, detik (online), https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4968264/450000-buruh-kehilangan-kerja-gara-gara-wabah-corona, diakses pada 08 April 2020

[2] Kulemeka, Owen. "Us Consumers and Disaster: Observing “Panic Buying” During the Winter Storm and Hurricane Seasons." ACR North American Advances (2010).

[3] Ancok, Djamaludin. "Modal sosial dan kualitas masyarakat." Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi 8, no. 15 (2003): 4-14.P: 8

[5] Abdullah, Suparman. "Potensi dan kekuatan modal sosial dalam suatu komunitas." SOCIUS: Jurnal Sosiologi 12, no. 1 (2016): 15-21.

[5] Putnam, Robert. "Social capital: Measurement and consequences." Canadian journal of policy research 2, no. 1 (2001): 41-51.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun