[caption caption="sya di acara hari Tani Nasional 2015"][/caption]dalam skala nasional, jasa petani Banten dlm memajukan kesejahteraan petani nasional telah diakui oleh komunitas-komunitas serikat tani di selururuh daerah di Indonesia. Hal ini ditgaskan oleh ketua SPI (Srikat Petani Indonesia), Hendry Saragih di dalam acara “Hari Tani Indonesia” pada hari Muinggu, 26 Sptmber 2015. ia mengatakan, alasan diadakannya perayaan Hari Tani Indonesia di Cibaliung-Banten di desa Cihanjuang yg sngat terisolir adalah karena, desa ini mrupakan desa yg paling semangat dalam perjuangan reforma agraria sajak puluhan tahun.
“Prjuangan petani di Banten itu sangat keras. Oleh karenanya, tdk heran kalau petani di Banten merupakan petani yg paling rajin lakukan demonstrasi tiap 6 bln sekali di DPR-RI dan Istana Presidn, shingga lahirkan UU yg pro petani. Contoh’y: UU no 19 thn 2000—yg membahas pmbrsayan petani. Lalu, UU no 18 thn 2012—ttg kedaulatan pangan. Smua UU hasil dorongan dari para petrani Banten. Khusus’y petani di Cihanjuan yg lahan leluhurnya dirampas Perhutani sbnayak 3500 hektar, smntara penduduk Cihanjuan masih miskin dan berada di desa terisolir,” kata Hendry.
Dan ia menyayangkan ketidakhadiran Jokowi yg telah diundang dalam acara. Padahal, ia mengatakan, Jokowi akan diminta ketegasannya terkait janji pemerintah dlm bagikan lahan 9 juta hektar utk petani.
Smntara itu, Ketua Umum WAMTI (Wahana Masyrakat Tani nelayan Indonesia) Agustin Pulungan mengatakan, Indonesia itu harus belajar dari sejarah terbentuk persatuan negara-negara di Eropa pada tahun 1958. “Pada saat itu nama persatuan dari negara-negara di Eropa dinamakan ‘Eropa Barat’. Syarat utama untuk lakukan persatuan Eropa adalah dgn mwujudkan kedaulatan pangan di tiap-tiap negara di Eropa. Maka itu, program pemrintah disana selalu nomersatukan nelayan & petani. Agar bisa produktif & menjamin kedaulatan pangan di negaranya. Nelayan & petani selalu diberikan insentif oleh pemerintah di sana, apapun bentuknya” kata Agustin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H