Mohon tunggu...
Muhammad Amrullah
Muhammad Amrullah Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda Lamongan

Manusia biasa yang Lahir di Bumi dan Mencoba hidup yang tidak hanya Mengukur Jarak namun juga Mengukir Jejak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan dan Kultur yang Mengikat

14 Januari 2023   21:15 Diperbarui: 14 Januari 2023   21:37 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari masa ke masa pastinya mempunyai polemik tersendiri. Dan perempuan selalu menjadi persoalan dari setiap masanya. Persoalan yang dimaksud disini ialah tentang posisi, dan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki. Memang, isu feminisme rasanya tidak akan habis diperdebatkan dan diperbincangkan. Mulai dari sudut pandang agama, maupun budaya.

Feminisme jikalau ditelisik lebih mendalam mempunyai makna yang berbeda dengan emansipasi. Jikalau emansipasi wanita didefnisikan sebagai pandangan yang mengusung peran serta wanita di ruang publik. Sedangkan definisi dari feminisme lebih dari itu.

Feminisme adalah sebuah gerakan yang memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik. Feminisme pun bukan sebuah ideologi yang menebar kebencian pada kaum pria. Feminisme sering dicap sebagai paham yang melemahkan posisi perempuan karena orang awam menganggap bahwa penganut feminisme selalu menuntut sesuatu yang lebih dan spesial daripada pria.

Hakikt peran perempuan

Dalam suatu tatanan kehidupan, perempuan memiliki peran yang dianggap penting bagi suatu kehidupan. Pertama, perempuan sebagai istri. Dalam menjalani peran sebagai istri, perempuan dituntut agar bisa memposisikan dirinya sebagai ibu, teman, dan kekasih bagi suami. Mampu berbagi rasa suka dan duka serta memahami tanggung jawabnya sebagai istri kepada suami. Kedua, perempuan sebagai sosok ibu. Seorang perempuan selalu dijadikan cerminan bagi anak-anaknya. 

Anak-anak cenderung meniru apa yang ia lihat dan temukan dalam keluarga. Perempuan yang menjadi salah satu unsur dalam keluarga merupakan penentu dari arah dn sikap anak pada masa mendatang. Ketiga, perempuan sebagai anggota masyarakat. 

Posisi dan kedudukan perempuan dalam kehidpan bermasyarakat sudah sangat jelas yakni sebgai anggota masyarakat yang memiliki sejumlah hak dan kewajiban tentunya. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Dalam sudut pandang agama pun dijelaskan untuk menegakkan keadilan dalam berbagai bidan kehidupn, baik ranah domestik maupun publik.

Feminisme

Pada dasarnya asumsi tentang kesetaraan gender yang diusung oleh paham feminis berangkat dari teori nurture. Menurut paham feminis, gender itu hanya berasal dari kontruksi social (Nurture) semata, dan bukanlah sebuah hal Kodrati, sehingga bisa dipertukarkan. Dengan begitu, peran gender pada hakikatnya adalah setara dan bisa diletakkan pada posisi laki-laki maupun perempuan. Keduanya tiada perbedaan, keduanya sama.

Inilah yang digagas oleh para kaum feminis, dimana kesamaan atau kesetaraan atas kondisi laki-laki dan perempuan. Jika kesetaraan ini dilanggar, maka dalam sudut pandang mereka (kaum feminis) akan menimbulkan ketimpangan social, yakni diskriminasi terhadap kaum hawa. Pada umumnya kaum feminis memakan ukuran kuantitatif dalam menentukan suatu ketimpangan yang terjadi seperti melihhat out come atau keberhasilan yang telah dicapai oleh kaum laki-laki dan perempuan di dunia publik.

Perempuan dalam budaya

Pemahaman masyarakat dalam berbudaya yang menyangkut tentang perempuan, status, dan posisinya dalam hidup social sangat beragam sesuai dengan perkembangan waktu dan keadaan. Namun tergantung pada pemahaman-pemahaman tersebut berhubungan dengan posisi kaum hawa di berbagai komunitas. 

Para antropolog sekalipun, dalam menyelidiki posisi perempuan dalam perkembangannya dimasyarakat seceara tidak sadar ikut dalam perdebatan tentang asal-usul dan polemic tentang keterpinggiran kaum perempuan. Dengan begitupun kajian terhadap hubungan hirarki antara laki-laki dan perempuan menjadi penting.

Diawali dari beberapa pemahaman tetentu terhadap perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang terisolaasi dalm waktu yang cukup panjang, berpaky oada terbentuknya sistem niali. Sistem nilai yang menjadi sebuah pola, tuntutan bahkan mengikat masyarakat dalam bersikap padda proses kehidupan sosialnya. Sistem nilai yang membentuk sebuah kultur tertentu dalam mempossikan dan memberi peran pada kaum hawa dalam pergaulan hidup bermasyarakat.

Pada hakikatnya, adanya perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, sesungguhnya tidak menjadi sebuah masalah dan oleh karena itu seharusnya tidak perlu dipermasalahkan. Secara hakikatnya kaum hawa dengan organ reproduksinya bisa hamil, melahirkan dan menyusui, dan kemudian memiliki sebuah peran gender sebagai perawat, pengasuh dan pendidik adalah hal yang alamiah. 

Pada hakikat persoalannya adalah ternyata peran gender perempuan dinilai dan dihargai jauh lebih rendah dibandng peran gender laki-laki. Peran gender ternyata melahirkan sebuah ketidakailann, diskriminasi dan penindasan tehadap kaum perempuan. Hal ini pada dasarnya adalah sebuah kontruksi sosial buda yang dibangun oleh komunitas tertentu.

Polemik dan Modernisasi

Seiring berkembangnya zaman, pola pikir masyarakat pun mulai berkembang. Perempuan tidak harus dan tahu tentang urusan dapur saja, tapi juga harus cerdas agar dapat mendidik anaknya dengan baik. 

Tetapi, dalam beberapa pola pikir masyarakat masih mempunyai pandangan pada perempuan dan menempatkan perempuan di dalam pekerjaan yang bersifat domestic sehingga adanya pandangan dalam sebuah tatanan kebudayaan yang berekembang dalam  masyarakat yang bersifat patriarki, dirasa tidak adil dan bersifat misoginis, sehingga perempuan terbelunggu dalam tatanan kebudayaan.

Namun sebagian perempuan yang mempunyai pandangan dalam melawan budaya patriarki dan misoginis, mereka pun mulai melakukan penetrasi terhadap budaya yang membelenggu mereka. Perempuan-perempuan mulai maju secara progresif menuju moderniasasi. 

Mulai dari berkembangnya pola pikir, kebebasan dalam bermasyarakat, menjadi seorang perempuan karir, sampai pada cara berpakaian dan berpenampilan didepan umum. Sebagian masyarakat menganggap modernisasi ini menyimpang dari peraturan dan stigma yang tumbuh sejak lama dalam kebudayaan masyarakat, dan tidak lagi bersifat konservatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun