Mohon tunggu...
Ruli Mustafa
Ruli Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

THE TWINSPRIME GROUP- Founder\r\n"Jangan lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikannya" (Ali bin Abi Thalib ra). E-mail : hrulimustafa@gmail.com. Ph.0818172185. Cilegon Banten INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gimik, Strategi Mengemas Dusta

20 Maret 2018   08:38 Diperbarui: 20 Maret 2018   11:24 17142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu apa itu marketing gimmick ? Ini strategi penjualan dengan menyiasati produk, baik dari sisi kemasan, maupun dalam iklan iklan produksinya. Gimmick dalam dunia bisnis dewasa ini kadang menjadi kontroversial agar produk jualan seseorang laku di pasaran, maksudnya sih agar lebih kreatif dan inovatif, namun terkadang malah menjadi aksi dusta

Di era medsos sekarang, banyak "aktor-aktor" dadakan yang melakukan "gimmick" alias  berpenampilan pura-pura untuk merebut pangsa pasar agar jualannya laku. Ada juga yang "sambil menyelam minum air". Menjadi mesin politik partai tertentu sambil melakukan penetrasi pasar bagi produk jualannya, kegiatan politik praktis plus ekonomi juga, wah multi tasking rupanya !.

Alih-alih bikin status atau posting kontroversial di medsos, padahal sebenarnya dia sedang berupaya keras menasarkan produknya, entah berupa novel, buku buku populer, atau produk jasa konsultansi serta jasa layanan ghostwriter misalnya. Dalam sebuah iklan produk, gimmick digunakan umumnya karena kualitas produk relatif rendah dalam persaingan yang ketat. Marketing Gimmick dilakukan  bila produk atau jasa yang dijual berkualitas rendah, mulai sepi peminat, atau cenderung tenggelam dalam persaingan.

Istilah gimmick kian populer karena digunakan pula dalam ranah politik praktis hingga pergaulan sosial. Dalam politik praktis, tudingan gimmick politik biasanya diarahkan kepada kepada para politikus atau pejabat publik yang lebih mementingkan pencitraan daripada fakta kerja. Lebih banyak janji janji ketimbang bukti, dan tentu saja istilah tersebut lebih bernuansa negatif, yakni sebagai strategi propaganda saling serang dalam perebutan kursi kekuasaan.

Presiden AS Donald Trumph misalnya, di tuding oleh lawan politiknya sebagai orang yang melakukan aneka gimmick politik sehingga mengantarkannya sukses melenggang ke gedung putih. Tentu saja tudingan ini perlu sebuah basis pembuktian dan analisis yang mendalam, guna membuktikan kebenarannya. Namun faktanya memang gimik politik selalu digunakan untuk menarik suara konstituen pada pemilu di berbagai negara di dunia dewasa ini. Selain juga siasat "playing victims" untuk meraih simpati publik, memerankan seseorang yang seolah olah terdzolimi padahal hanya acting semata. Gimmick dalam politik kadang kadang digunakan untuk pengalihan isu.

Simpulnya, gimmick adalah strategi "kebohongan yang direkayasa" sedemikian sehingga mencapai tujuan yang diharapkan oleh pelakunya. Gimmick yang awalnya digunakan oleh para pemasar untuk mencapai target penjualan serta para artis di panggung seni, kini semakin meluas dipakai di dunia politik serta pergaulan sosial. Media, baik media mainstream maupun media sosial adalah lahan subur beragam aksi dusta yang seolah olah dianggap lumrah oleh masyarakat.

Akhirnya, gimmick tetaplah gimmick, menurut saya kebohongan tetaplah kebohongan, gimmick adalah penipuan dalam kemasan, sehingga jangan pernah digiring menjadi sebuah kebenaran. Budaya gimmick akan melanggengkan kebiasaan berbohong di tengah masyarakat. Didalam hati mereka tertanam penyakit, dan bertambah tambah penyakitnya oleh sebab mereka selalu berdusta.

Kebiasaan menganggap sebuah kelakuan itu lumrah meski tak jujur, lama lama bisa mengikis karakter jujur hanya karena dianggap tidak lumrah, aneh bukan ? (*)

____

*Saat mengakhiri tulisan ini, saya jadi ingat lagu Panggung Sandiwara, yang dipopulerkan oleh Ahmad Albar tahun 80an..dunia inni, panggung sandiwara, ada peran wajar dan ada peran berpura-pura...

Semoga jangan ada 'gimik' diantara kita. Ingatlah, sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang takkan percaya !.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun