Mohon tunggu...
Ruli Mustafa
Ruli Mustafa Mohon Tunggu... wiraswasta -

THE TWINSPRIME GROUP- Founder\r\n"Jangan lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yang disampaikannya" (Ali bin Abi Thalib ra). E-mail : hrulimustafa@gmail.com. Ph.0818172185. Cilegon Banten INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggapai Ahsanu 'Amala

13 Desember 2017   09:06 Diperbarui: 13 Desember 2017   10:32 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman : "Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya" (QS. Al Mulk ayat 2).

KETIKA dilahirkan ke muka bumi, manusia tidak bisa memilih lahir dimana, kapan dan dari orang tua yang mana, karena itulah ketentuan Allah Ta'ala. Namun ketika tumbuh dan berkembang, barulah mereka diberikan beragam pilihan hidup.

Karena hidup ini hakikatnya adalah ujian Allah bagi orangf beriman, guna mencapai derajat yang paling baik amalnya, atau dalam konteks Qur'ani disebut sebagai "Ahsanu 'Amala". Posisi itu hanya bisa dicapai bagi mereka yang tekun beribadah, yakni menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangannya.Ada dua ungkapan paradoksal, yang pertama ialah ; "Apa yang tampaknya mudah dilakukan orang lain dalam penilaianmu, belum tentu kau bisa melakukannya". Sedangkan ungkapan yang kedua berbunyi ; "Jika orang lain bisa melakukannya, mengapa kamu tidak ?"

Dua kutipan bijak tersebut tampaknya berbeda terminologi motifnya, mengapa demikian ?. Ungkapan yang pertama  mengandung nasehat baik, sebuah falsafah agar kita jangan punya mental meremehkan karya orang lain, sekalipun itu kita anggap sesuatu yang sangat sederhana, kita belajar respek atau menghormati prestasi orang lain. 

Setidaknya karya orang lain tersebut sudah merupakan sebuah langkah maju, selangkah di depan (one step ahead) dan kita tertinggal di belakangnya. Sikap seperti ini mengajarkan kepada kita makna kesederhanaan, tawadhu, kebersahajaan dan sikap sikap membumi (down to the earth), tidak jumawa apalagi sombong dengan mengungkapkan bahwa kita juga pasti mampu melakukan prestasi yang setara, padahal belum tentu bukan ?. 

Sementara ungkapan yang kedua adalah "jika orang lain mampu melakukannya, mengapa saya tidak ?". Pernyataan demikian selayaknya hanya ditanamkan di dalam hati sanubari, tidak lain maksudnya adalah justru menjadi penyemangat, menjadi cambuk agar kita tergerak, termotivasi untuk juga berprestasi, terinspirasi untuk melakukan aktifitas karya yang lebih baik daripada yang kita lihat dari orang lain. 

Nah, dengan penyemangat seperti ini, niscaya kita akan mampu dan diberi kekuatan oleh Tuhan untuk mengembangkan diri sendiri dengan pencapaian gemilang, tanpa harus takabbur. Dua ungkapan diatas memberikan pelajaran bagi kita agar menyikapi prestasi orang lain dengan beragam seni kehidupan yakni seni bersikap, seni mengamati, seni meniru hal-hal baik, dan seni memodifikasi-atau membuat prestasi yang lebih baik daripada orang lain, atau yang disingkat sebagai "ATM" atau Amati-Tiru-Modifikasi.  

Sehingga terbentuklah karakter baik dalam berkreasi dan berinovasi, yakni menjadikan karya dan atau prestasi orang lain sebagai pemacu, sebagai sebuah inspirasi dan motivasi, kemudian jangan lupa untuk disisi lain mengapresiasi karya tersebut dengan cara yang elegan, jangan mencela seolah-olah kita lebih baik daripada orang lain. 

Karena kesombongan niscaya tak mendatangkan manfaat apa-apa bagi kita dan hanya akan merugikan diri sendiri, dilain pihak kesombongan akan pencapaian prestasi juga niscaya akan menjadi beban mental yang menghambat proses kreatifitas seseorang, kontra produktif dan malah menjerumuskan !. Disitulah letak seni mengubah hingga melanggengkan karakter baik yang potensinya dimiliki semua manusia. 

Dua hal yang menjadikan potensi karya manusia itu tidak terwujud adalah  yang pertama adalah sombong alias takabbur, dengan segala derivatifnya  seperti sikap gengsi, ujub, merasa bisa, merasa lebih baik dari orang lain dan yang kedua adalah sikap malas (indolent, futur) dengan segala manifestasinya seperti putus asa, merasa tak ada gunanya, merasa sia-sia serta tak menggunakan waktu dengan berikhtiar sebaik-baiknya.

 Ya, seni kehidupan senantiasa meliputi kita. Karena itulah mereka yang alergi terhadap hal-hal yang berbau seni dengan segala manifestasinya, niscaya akan sulit memahami seluk beluk kehidupan ini. Seni menjadi pilar penting dalam keseharian hidup manusia. 

Suara burung di pagi hari yang cerah adalah seni suara, keindahan ciptaan Tuhan yang sangat selaras dengan aktifitas alam, demikian juga suara gemericik air sungai, suara ombak di pantai, suara binatang di malam hari hingga suara guntur di langit, semuanya adalah seni dan keindahan yang mengharmoniskan semua ciptaan Tuhan di muka bumi. 

Oleh karenanya fahami seni tertinggi di alam semesta ini, yaitu ayat-ayat Allah, baik yang tersurat di dalam kitab suci (Al-Qur'an) maupun  ayat-ayat yang tersirat (beragam mahluk di bumi dan di seluruh jagat raya) dimana seharusnya menjadi bagian pelajaran yang dapat dipetik oleh umat manusia agar hidup dengan baik dan selamat, dunia-akhirat. 

Hidup ini adalah seni, seni merencanakan sesuatu, seni melakukan sesuatu, seni memperhatikan alam semesta, seni merenungkan proses penciptaan, seni menyikapi fenomena sosial, seni memperbaiki kualitas diri, seni berprestasi, seni mengamati, seni mengambil keputusan, seni menghadapi segala kemungkinan, dan seni-seni lainnya yang bisa kita gali sendiri ragamnya.  

Karena itulah Allah mewajibkan manusia untuk terus belajar merenungkan hakikat penciptaan alam semesta ini sebagai sebuah cara mendekatkan diri dan meningkatkan kualitas beribadah padaNya, Setiap manusia berpotensi untuk menjadi pemikir yang handal atau Filsuf. 

Tapi untuk menjadi yang demikian terlebih dahulu harus membangun cara berpikir yang sistematis. Input pemikiran merupakan pengayaan yang didapat dari pengalaman hidup dan proses belajar. Outputnya merupakan 'mozaik' (serpihan-serpihan) yang jika dirangkai, akan menghasilkan pemikiran baru yang bermanfaat bagi umat setelahnya. 

Hasil dari pemikiran yang maju merupakan peninggalan yang sangat berharga bagi kemanusiaan. Hal ini merupakan sesuatu yang terbukti dalam kehidupan kita sekarang. Bagaimana pemikir-pemikir zaman dahulu, seperti Ibnu Sina, Al-Farabbi, Aristoteless, Plato, Talles, Einstein dan lain-lain meninggalkan catatan sejarah penting bagi perkembangan dunia. 

Sebaliknya bagi orang-orang yang malas berfikir, enggan melakukan pencerahan, niscaya hanya akan menjadi catatan pinggir sejarah atau bahkan hilang dalam buku kehidupan. 

Karena itu berpikir merupakan persoalan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini banyak dibahas dalam firman-firman Allah Ta'ala dalam Kitab suci Al-Qur'an, ayat-ayat open ended seperti "Afalaa Ta'qilun, Afalaa Tatafakkarun" (Apakah engkau tak gunakan akalmu ?, apakah engkau tidak berfikir ?). Tuhan menganugerahkan otak kepada manusia untuk berpikir. 

Berpikir yang inovatif untuk kesejahteraan dalam hubungannya sebagai khalifah di muka bumi. Tidak ada ketakutan lagi bagi orang-orang yang mengenal konsep berpikir yang benar dalam filsafat. Berpikir sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan Hadist adalah cara berpikir yang di anjurkan. 

Sehingga dengan menekuni dunia berfikir dalam keilmuan filsafat manusia itu tidak menyimpang dari persoalan kebenaran, asalkan berbasis keimanan, bukan logika liar. Proses berpikir niscaya membentuk manusia menjadi manusia khalifah yang bermanfaat bagi peradaban manusia. 

 Ya, hidup ini adalah seni menghimpun mozaik filosofi kebaikan dalam hidup agar menjadi manfaat bagi orang lain, seperti kata pepatah Minangkabau yang terkenal ; "Alam takambang jadi Guru" atau alam berkembang menjadi guru yang dinamis, dimana kita bisa memetik banyak pelajaran dan hikmah didalamnya tentang bagaimana merangkai mozaik kehidupan ini guna meraih predikat "Ahsanu 'Amala", manusia yang paling baik amalnya. Wallahu a'lam bisshowab .(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun