Setelah beberapa menit berjalan, kami sampai pada sebuah stand untuk anak lomba. Panitia pada saat itu tengah mengabsensi semua tim peserta lomba.
Tim kami mendapat nomer undi 14 dari 19 regu. Emm sangat melelahkan untuk menunggu.Â
Dari nomer urut 1-13 mereka masih bisa menunggu, namun dengan penuh kesabaran juga tentunya sebagai orang tua, bagaimana tidak kami harus menjaga mood mereka, biar gak ngambek.
Anak-anak itu mudah jenuh, serta selalu memiliki keinginan yang berbeda setiap saatnya, pola pikir yang melompat-lompat kalau saya amati.
Bahkan beberapa anak dari tim kami ada sudah tertidur, karena lelahnya menunggu. Tak jarang pula yang baru beberapa menit yang lalu bertanya kapan mulainya, bertanya lagi di menit selanjutnya.
Barulah setelah itu sampai saatnya kami dipanggil untuk bersiap- siap. Kami segera menata dan mempersiapkan mereka, membreafing mereka mengingatkan kembali poin-poin yang penting.Â
Ahirnya sampailah giliran tim anak-anak kami, dihadapan juri mereka sudah terlihat tidak fokus. Hingga ahirnya mereka beberapa kali melakukan gerakan yang menurut kami orang dewasa fatal.Â
Dalam hati kami perasaan kecewa ada, karena ekspektasi kami terhadap mereka adalah mereka tampil maksimal tanpa ada kesalahan sedikitpun, sesuai juknis perlombaan dan kami pasti menang.
Diluar kendali kita, mereka tetaplah anak-anak. Mereka melakukan kesalahan tanpa merasa gugup maupun rasa bersalah.Â
Kami para pendamping tak bisa berbuat banyak hanya berharap mereka mampu menyelesaikan kekacauan tersebut.Â
Ahirnya terjawab sudah mereka mampu mengatasi masalah di tim mereka, itupun menjadi kelegaan tersendiri bagi kami.