Nilai etika dan budaya di sekolah mengalami pergeseran. Khususnya kalangan anak-anak di sekolah menengah kejuruan (SMK), dimana jati diri anak sudah mulai terbentuk.. Pergeseran ini meliputi perilaku anak dengan gurunya yang kurang menghargai.Â
Mengabaikan tugas sekolah yang diangkap biasa, bahkan diluar jam sekolah banyak meniru perilaku anak yang lebih dewasa yang tidak sesuai dengan tingkat umurnya yang pada umumnya mereka melupakan  nilai luhur yang telah ditanamkan sejak kecil. Permasalah tersebut merupakan bagian kecil menurunnya etika, moral, dan budaya saat ini.Â
Sebagai dampak dari mem- banjirnya era teknologi dan informasi yang bebas sehingga anak terkadang meniru perilaku yang mereka lihat dan senangi tanpa berfikir panjang akan dampak yang nantinya akan mereka terima.
Inilah tantangan yang dihadapi oleh guru Bahasa Jawa, yang memiliki peran sangat penting bagi tumbuh kembangnya perilaku anak. Beberapa ranah pendidikan yang lebih ditekankan adalah Pendidikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, keterampilan, serta Pendidikan karakter.Â
Pendidikan karakter seharusnya semakin digalakkan. Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi diharapkan dapat membendung kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa.
Melalui pendidikan  karakter diharapkan anak memiliki sifat jujur, cerdas, peduli, tanggungjawab, berani, kerja keras dan peduli sosial.Â
Menurut Muhamimin Azzet (2014:37) pendidikan karakter merupakan suatu sistem dalam penanaman nilai-nilai karakter yang baik kepada seluruh warga sekolah sehingga memilki pengetahuan dan tindakan yang sesuai dengan nilai kebaikan.
Berbagai cara ditempuh untuk meningkatkan nilai karakter dari peserta didik.
Salah satu program yang dapat diterapkan pada peserta didik yaitu dengan pembiasaan budaya senyum, salam, sapa , sopan dan santun atau disingkat 5 S. Program ini sangat sederhana namun memiliki peranan dalam pembentukan karakter anak lebih efektif.Â
Senyum adalah gerak tawa tanpa suara tercemin pada bibir yang mengembang sedikit. Salam adalah menyatakan hormat, selamat, damai, terntram yang digunakan untuk mengomunikasikan hormat kepada orang lain, sapa secara sederhana memiliki makna kata-kata untuk menegur.
Disini Guru Bahasa Jawa memberikan  pencerahan kepada guru, agar karakter mereka mampu menunjukan bahwa pendidik dan tenaga Pendidikan di sekolah merupakan teladan bagi peserta didik yang mencerminkan 5 S dengan cara : Â
Pendidik (guru) setiap hari jika bertemu dengan peserta didik bersikap dengan penuh keramahan, menyapa dengan sopan dan berperilaku santun.Â
Pendidik yang masuk kelas mengucapkan salam, menyapa dengan sopan dan berperilaku santun kepada perserta didik.Â
Ketika pembelajaran apabila ada peserta didik melakukan kesalahan , maka guru menasehati dengan ramah, sopan dan santun.Â
Guru dan tenaga pendidik lebih berhati-hati dalam bersikap, berperilaku dan berucap.Â
Tanamkan sikap teladan bagi siswa.Â
Jika semua guru dan tenaga pendidik sudah menerapkan 5 S,  niscaya suasana  kerja terasa lebih nyaman dan menyenangkan.
Antara peserta didik harus terus dibangun 5 S Â agar keberadaannya lebih dapat dirasakan. Sikap toleransi dan peduli sosial akan terwujud nyata antar siswa.Â
Keteladanan adalah kunci utama dalam penanaman karakter. Sebab baik atau buruknya siswa tidak serta merta terbentuk dengan begitu saja, tetapi harus ada pembiasaan karakter yang dimulai sejak usia dini . Peran keluarga dan lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap sikap siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H