Bermula dari sebuah permintaan pendapat dari seorang ikhwan kepada saya, begini redaksi aslinya:
----------
Afwan, ana ada sdkt pertanyaan..
Hari ini hari Jumat 25 Des 2015,
Umat Muslim ke Masjid untuk Sholat Jumat
Umat Kristiani ke Gereja merayakan Natal
Umat Hindu ke Pura bertepatan Purnama Kepitu (bulan penuh) untuk memuliakan Hyang Widhi Wasa
Umat Budha ke Wihara juga dalam rangka bulan penuh / Lunar.
Selamat memuliakan Tuhan untuk Kedamaian dan Kesejahteraan alam semesta.
Mnrt antm gmn?
----------
Mari kita bahas secara singkat, karena saya menduga kuat kebablasan dalam bertoleransi kepada agama lain (selain islam) bermula dari salah paham kita terkait 2 istilah ini.
Pluralisme dan Pluralitas sejatinya punya akar kata yang sama, yaitu kata 'plural' yang artinya jamak; lebih dari satu (Apss Android KBBI Offline). Kemudian setelah mendapat imbuhan di bagian akhir, makna keduanya menjadi berbeda.
Pluralisme, mendapat imbuhan -isme yang pada akhirnya mengacu kepada makna yang khas yaitu sebuah 'pemahaman'. Maka Pluralisme dalam hal agama menjadi sebuah 'pemahaman' yang menganggap agama-agama yang ada (jamak, lebih dari satu agama) semuanya benar, karena meskipun nama Tuhannya berbeda, cara menyebah Tuhannya berbeda tetapi hakikatnya Tuhan yang disembah tetap satu, Tuhan yang sama.
Pluralitas, mendapat imbuhan -itas (bagi yang jurusan bahasa saya menerima koreksi kalau salah di bagian ini) yang kemudian maknanya mengacu kepada 'kondisi atau realitas' yang terjadi. Maka pluralitas dalam hal agama mengacu pada kenyataan / kondisi bahwa manusia memiliki berbagai macam agama dan keyakinan yang berbeda-beda.
Kita lanjutkan....
Dari definisi kedua istilah tersebut, maka dapat kita tarik benang merah bahwa Pluralisme Agama dari sudut pandang islam adalah salah, karena bertentangan dengan aqidah islam. Islam tidak hanya mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Allah swt, namun Islam juga menuntut kita mengingkari Tuhan-Tuhan selain Allah swt (sebagaimana Tuhan yang diyakini agama lain). Dalam hal ibadah, pun juga demikian, kita hanya diperintahkan beribadah sesuai dengan tuntunan syara', selain dari itu maka tertolak, karena kaidah ushul nya untuk masalah ibadah, seluruhnya adalah haram, kecuali ada dalil yang memerintahkannya, maka konsekuensinya semua tata cara ibadah agama lain harus kita yakini tidak akan diterima oleh Allah swt.
Lain halnya dengan Pluralitas Agama, ia (pluralitas agama) hanya sebatas fakta realita yang terjadi di tengah-tengah masyarakat atas izin Allah swt (sunnatullah). Maka Pluralitas mau tidak mau harus kita akui keberadaannya, karena sekali lagi ia hanya sebatas realita yang terjadi.
Lantas, bagaimana pendapat saya tentang sebuah pernyataan yang ditanyakan ikhwan tersebut? Jawabannya tentu pernyataan tersebut keliru kalau kita lihat dari sudut pandang islam / aqidah islam (catatan: seorang muslim harus melihat segala sesuatu dari sudut pandang islam) karena pernyataan tersebut syarat akan paham Pluralisme, baik disadari ataupun tidak, terutama di bagian kalimat terakhir yang berbunyi 'Selamat memuliakan Tuhan....dst" yang diawali dari pernyataan tanpa pengingkaran terhadap ritual-ritual ibadah agama yang lain.
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (QS 3:19)
Allahuma tsabit qulubana ala diinik...
Referensi:
al Quran al Karim
Pertanyaan seorang ikhwan via WhatsApp
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H