Mohon tunggu...
Ru Irdhani
Ru Irdhani Mohon Tunggu... -

Seorang gadis belia, itu saja dulu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pondok di Ujung Kolam (1)

18 Desember 2011   03:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:07 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 02.45 PM

Di luar hujan turun rintik - rintik, membasahi tiap senti jalan. Sebuah Porsche putih berhenti tepat di depa alun - alun kota. Dari dalamnya keluar seorang pria berjubah hitam membuka payung merahnya. Dia berjalan mendekati kolam air pancur, di tengah alun - alun. Pria itu merogoh sakunya, diambilanya sebuah korek gas berbentuk kereta, menyulut sebatang rokok dan menghisapnya dalam - dalam.

Take lama kemudian, seorang wantita dengan jubah merah dipadu topi baret hitam berjalan di bawah naungan payung hitamnya ke arah si pria. Wanita tersebut berdiri di samping pria itu. Tanpa menoleh, si wanita mengulurkan tangannya yang dibalut sarung tangan kulit bewarna hitam, pria itu menyambutnya hangat. Mereka bersalaman.


"Freut mich, Herr Bonn - senang bertemu Anda, Pak Bonn-"

Sapa wanita itu dengan aksen bavarianya yang kental , ditariknya tangannya dari genggaman Bonn.


"Mich auch, danke. Wie geht's? - Begitu juga dengan saya, terima kasih. Apa kabar Anda?"

Wanita itu tersenyum hangat, membisikan sesuatu di telinga Bonn, yang membuatnya tersenyum kecil. Bonn memberi isyarat pada tamunya itu untuk menuju mobilnya yang basah terguyur hujan.

Bonn menawarkan sekaleng susu hangat dari kulkas mini di mobilnya. Si wanita tersenyum dan menikmati susu tersebut. Dia tidak bisa hidup tanpa susu.


"Danke für das Milch, schmeckt mir sehr gut.  Also, das Buch ist im rotten Koffer, und Sie sind verpflichtet, mich um 8 Uhr morgen anzurufen. Geht das?" - Terima kasih susunya sangat enak. Buku itu ada di dalam koper merah, dan Anda wajib menelpon saya jam 8 besok pagi. Jelas?

"Kein Problem. Vielen Dank Frau Krumm." - Tidak masalah, terima kasih banyak Ibu Krumm.

Di persimpangan jalan, tujuh blok dari alun - alun kota, Porsche putih itu merapat, dan Frau Krumm melangkah keluar mobil. Berjalan menjauh, berbelok dan menghilang dari pandangan mata. Porsche putih kembali menyalakan mesinnya dan berjalan ke arah utara kota.


"Fred, sepertinya aku ingin makan steak iga sapi, bagaimana kalau di pinggir sungai Seine?"


Bonn bertanya pada rekannya Fred, yang berada di belakang kemudi mobil. Fred mengangguk dan tersenyum,


"Ide yang bagus, déjeuner tardif" - late lunch-


Fred memarkir mobilnya itu di taman parkiran kota, dan berjalan menyusuri Avenue de New York menuju kedai di pinggir sungai Seine. Bonn berjalan di sampingnya, dia menjinjing buku yang diambilnya dari koper merah pemberian Krumm.

Fred menikmati aktifitas sungai Seine, yang selalu penuh dengan turis. Bonn menatap Fred, setelah menikmati pemandangan menara besi yang merupakan simbol kota tersebut. Fred memberi isyarat untuk membuka buku yang diletakan Bonn di atas meja. Bantalan roti sudah tersaji, sebagai makanan selingan selagi menu utama dimasak. Fred mengambil sepotong roti, memotongnya menjadi dua bagian dan mulai mengoleskan mentega. Bonn membuka buku, dan mulai membacanya.

Steak iga sapi sudah tersaji di atas meja. Bonn menutup buku tersebut. Fred yang sudah mulai memotong steaknya, bertanya apa yang ditemukan Bonn dari buku tersebut.

"Alamat pondok tersebut. Besok kita akan ke sana, sebelum fajar menyingsing."

"Baiklah, sekarang mari kita nikmati steak ini. Bon appétit." - selamat makan-

"Bon appétit, Fred!"

******************

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun