Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Memori

20 Oktober 2016   22:08 Diperbarui: 20 Oktober 2016   22:18 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tono! Kenapa kamu kembali ke dalam rumah itu lagi?!”

Aku menengok, mencari sumber suara. Kudapati itu adalah salah satu tetua petani yang baru kubantu di sawah sebelumnya. Aku tersenyum di antara remang-remang cahaya lampu minyak, berjalan mendekatinya. Berjalan memang agak susah di sekitar sini karena landasan yang tidak begitu kokoh dan beralaskan pasir.

“Eh mbah, ada apa?” Dia menggelengkan kepalanya melihatku, menepuk-nepuk pundakku, menunjukkan raut wajah yang terlihat kasihan terhadapku. Kedua tangannya menggenggam pundakku dengan erat. Matanya menatap tajam ke arahku. Dia beberapa kali menghela nafas, hendak mengatakan sesuatu. Akhirnya dia terdiam, mengucapkan kata-kata penuh kesedihan.

“Tono, kamu tidak ingat? Ayah ibumu sudah meninggal dua tahun yang lalu dibunuh oleh para koloni.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun