Mohon tunggu...
RUINA NUR FITRIA
RUINA NUR FITRIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajabatan Gel. 2 Tahun 2023

Mathematics teacher and soon to be professional

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengembangan Kurikulum Understanding by Design (UbD)

16 Februari 2024   08:33 Diperbarui: 16 Februari 2024   08:50 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerapan UbD dalam pembelajaran memiliki tujuan atau hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran. Suatu pemahaman akan ditunjukkan melalui suatu bukti. Bukti seorang siswa memahami dalam pendekatan UbD ditunjukkan melalui 6 aspek sebagai berikut:

  • Mampu Menjelaskan (Explanation) menunjukkan bahwa siswa dapat menjelaskan konsep dan keterampilan yang diajarkan dengan jelas dan tepat.
  • Mampu Menginterpretasikan (Interpretation) menunjukkan bahwa siswa dapat menafsirkan informasi dan memahami makna dalam situasi nyata.
  • Mampu Mengaplikasikan (Application) menunjukkan bahwa siswa dapat mengaplikasikan konsep dan keterampilan dalam situasi nyata dan memecahkan masalah.
  • Memiliki Sudut Pandang (Has Perspective) menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis dan memahami berbagai sudut pandang dan perspektif.
  • Mampu Berempati (Empathy) menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk berbaur dan memahami perasaan orang lain.
  • Memiliki Pengetahuan Diri (Has Self-Knowledge) menunjukkan bahwa siswa memiliki pemahaman tentang dirinya sendiri, kekuatan dan kelemahan, dan bagaimana mereka mempengaruhi pemahaman dan aplikasi konsep dan keterampilan.

Dengan memahami dan mengaplikasikan konsep dan keterampilan melalui 6 aspek tersebut, siswa dapat memperoleh pemahaman yang kuat dan menjadi lebih siap untuk situasi nyata.

Peran Guru dalam Implementasi UbD

         Menurut Grant Wiggins and Jay McTighe dalam ASCD Book Understanding by Design, desain yang efektif adalah backward design, hal tersebut dikarena banyak guru mulai dengan buku teks, pelajaran favorit, dan waktu kegiatan lebih dihormati daripada tujuan atau standar yang ditargetkan. Grant Wiggins and Jay McTighe menganjurkan sebaliknya, pertama dimulai dengan hasil akhir yang diinginkan (tujuan atau standar) dan kemudian kurikulum dari bukti belajar yang dibutuhkan untuk membekali siswa untuk melakukan. Berikut beberapa alasan mengapa menggunakan backward design, yaitu: Memulai perencanaan dengan hasil yang ingin dicapai, sehingga guru dapat mengatur kelas lebih efektif. Tujuan pembelajaran, hasil dan langkah-langkah untuk penilaian, guru memiliki struktur yang jelas saat guru merencanakan kegiatan pembelajaran. Pada kurikulum UbD ini pendidik berfokus mencari tahu atau merumuskan cara terbaik peserta didik untuk memahami suatu hal. Tentunya mengacu pada tujuan dan output yang diinginkan.

          Guru sangat berperan penting dalam memajukan pendidikan, guru adalah perancang profesional sama halnya dengan perancang-perancang profesional lainya. Cara mengajar dan kondisi peserta didik akan menentukan efektif atau tidaknya rancangan pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran dikelas. Untuk merancang pembelajaran yang efektif seorang guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

  • Guru harus mendekati masalah sebagai pemula. Seorang guru akan membiarkan dirinya belajar dan bereksperimen dalam memecahkan sebuah masalah yang ada.
  • Guru harus berkolaborasi dengan orang lain. Dengan berkolaborasi seorang guru akan menemukan peluang untuk mencari solusi dari permasalahan akan semakin besar.
  • Guru harus keluar dari zona nyaman. Guru harus selalu update pengetahuan sesuai perkembangan zaman karena perubahan terjadi begitu cepat, begitupula dengan tuntutan kebutuhan belajar murid.
  • Guru harus optimis dan imajinatif melihat permasalahan dimulai dengan "bagaimana jika" bukan "apa yang salah".

         Tantangan seorang guru adalah untuk tetap memberi penghargaan tanpa menyalahkan atau membuat putus asa siswa. Merancang pembelajaran yang baik adalah kunci untuk menghindari pemahaman yang salah, jadi kita perlu merancang tidak hanya ide-ide besar tetapi juga kemungkinan ide tersebut akan salah pemahaman, sehingga kita harus berfikir dengan penilaian kita sendiri terhadap konsep yang sudah kita siapkan sebelum bertindak lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun