Mohon tunggu...
Ruhuldy M. Marsaoly Ruh
Ruhuldy M. Marsaoly Ruh Mohon Tunggu... -

menjalani kehidupan dengan berpikir dan merenung. itu saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekerasan Vs Keadilan

16 Desember 2012   06:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:34 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi telah mengelabui kita dalam banyak hal, sala-satunya adalah; kriminalisasi. Warna kriminal dalam bangsa ini telah menjadi sebuah tampilan walpaper di hadapan masyarakat; selayaknya sebuah gambar yang terpampang di hadapan komputer. Dengan itu, kehidupan sosial yang begitu merekah ini, kini menjadi layu, hal itu dikarenakan, dinamisnya kekerasan dan penindasan yang  begitu marak terdengar dan terlihat secara kenyatan oleh setiap  individu maupun masyarakat bangsa ini. Semua itu membuat kita seakan-akan hidup untuk saling musuh-memusuhi dan saling menindas-nindasi, membunuh-membunuhi hingga sampai perang memerang.

Kendati globalisasi, sesungguhnya kekerasan itu tetap ada dan malah bertambah para. Fakta sejarah, bahwa mereka yang memperjuangkan keadilan itu, ternyata di kejar-kejar, di ancam dan kemudian di bunuh. Sehingga, terkesan orang-orang yang memperjuangkan keadilan bagaikan penduduk yang di kucilkan dalam keterlibatanya dari ruang publik. Dalamnya lagi para perwakilan masyarakat yang mengatas namakan diri-nya sebagai pemimpin hanyalah menyibukan diri mereka pada persoalan partai demi memaksimalkan kebutuhan hidupnya secara pribadi. Sikap acu keacuan mereka, meletakkan nilai-nilai moralitas di bawa sepatu dinas merekah dan perabot rumah mereka. Sehingga peristiwa keriminalisasi dan sebagai-nya menurut mereka tidaklah begitu penting.

Kriminalisasi sebagai sebuah perbuatan tak lain adalah sikap kejahilian yang jauh dari kemanusian, kedamaian sosial, kedalaman spritualitas, dan sikap yang jauh dari moralitas. Artinya bahwa, prioritas hidup mereka selalu dan senantiasa menciptakan problematisasi dan pertikaian terhadap sesama. Dan bukan untuk menciptakan keharmonisan hidup serta kedamaian sosial. Maka tidaklah selayak ketika perbuatan seperti itu dapat di sebut sebagai pejuang kebenaran.

Oleh sebab itu,  dapat di kata bahwa, sebagian dari mereka yang memperjuangkan keadilan dan melawan kriminalisasi adalah orang-orang yang menginginkan kedamaian sosial dan keharmonisan dalam berbangsa dan bernegara.

Orang-orang yang kebalikan dari sikap kemanusian dan adil adalah orang-orang yang baik, namun berkat keterbatasan imajinatifnya dalam memahami relasi sosialnya dengan sempurna, sehingga hal itu dapat berimplikasi pada sikapnya dalam pengambilan keputusan.

Alhasil, penentangan terhadap sebuah perbuatan kriminalisasi adalah sebuah sikap dalam memperjuangkan keadilan. Sementara sikap bagi mereka yang sebaliknya adalah semata-mata untuk memperjuangkan kriminalisasi dan tidaklah sebenarnya bagi mereka untuk memperjuangkan keadilan. Bila mana, mereka bermaksudkan adalah untuk memperjuangkan kebenaran, maka itu adalah sebuah sikap yang kontoversi. Karena konsepsi memperjuangkan kebenaran mereka dengan perbuatan amural yang melampawi batas kemanusian. Yang pada mestinya memperjuankan kebenaran haruslah dengan kebenaran(keadilan).

Memperjuangkan kebenaran dengan keadilan

Keadilan dan mati syahid

Bagi mereka yang merasakan Hiruk-piku dalam melewati perjalanan hidup demi memperjuangkan keadilan, tampaknya menangkap mahkota kesucian yang ada pada para pejuang itu. Mereka percaya bahwa mereka-mereka yang mati karena keadilan itu akan terus hadir di antara kita yang hidup, bukan hanya karena ia di kenang terus oleh mereka yang melanjutkan perjuanganya, tapi karena transendensi “ilmu” yang mengajarkan kepada kita, bahwa kehancuran jasmani tidaklah berarti akhir kehidupan manusia.

Sesudah kematianlah, kita memperoleh kemerdekaan sempurna. Sedangkan kemerdekaan temporal tak pernah sempurna. kemerdekaan itu hanya bernilai bilamana perjuangan di dunia ini memantulkan kerajaan Allah.

Keadilan di dunia ini adalah cermin kesemempurnaan Allah. Maka siapa yang mewujudkan keadilan di dunia, ia juga mewujudkan kesempurnaan Allah. Mereka pantas di sebut suci, apalagi jika kesucian itu di peroleh lewat kematian fisiknya karena memperjuangkan keadilan. Semogah..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun