Mohon tunggu...
R Iman
R Iman Mohon Tunggu... Guru - Penulis picisan

Lewat kata kudapati makna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Syahdu

9 Februari 2023   17:36 Diperbarui: 9 Februari 2023   19:01 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mobil melaju pelan. Diliriknya lagi rumah bercat salem pinggir jalan itu. Mobil menyisi di depannya.
"Kenapa, berhenti di sini, Pah?" Suara itu mengagetkannya.
"Eh, anu ... ini rumah adem kelihatannya... kita istirahat dulu di sini, Mah." Tiba-tiba saja punya ide jawaban.

Pintu depan rumah agak terbuka. Lengang. Tak ada siapa pun di teras. Kecuali seekor kucing yang sedang asyik menjilati kaki-kakinya. Lamat-lamat suara perkutut dari sangkar yang menggantung di atap depan sebelah kiri. Ramdani menarik napas lalu mengeluarkannya pelan.

Tak berselang lama seorang perempuan keluar. Ramdani menahan napas beberapa jenak. Berusaha melawan kegaduhan dalam dadanya.

Perempuan itu tampak sedang mencari sesuatu di halaman rumah. Sesekali perempuan itu membetulkan posisi kerudungnya. Ramdani mengusap keningnya yang berkeringat. Padahal, AC mobil tak dimatikan.

Dia berusaha tersenyum. Anak dan istrinya memperhatikan sekitar rumah yang dipenuhi pepohonan rindang. Rumah bermodel klasik dengan beberapa pilar yang besar. Berpagar tinggi renggang dengan lahan yang cukup luas di sekelilingnya.

"Rumah menak kayaknya ..." salah seorang penumpang kecil ikut berkomentar.
"Sok, tahu...!" Penumpang kecil lainnya menukas.

Ramdani bergeming. Pikirannya secepat kilat menayangkan kejadian belasan tahun lalu. Satu persatu kejadian tergambar laksana acara kaleidoskop di televisi. Sukmanya kembali ke masa lalu.

"Tertarik, Pah, dengan rumah itu? Pah...!"
"Iya, iya ... Mah... nyaman kayaknya," Ramdani gagap; segera menyembunyikan perasaan cemasnya.

Perempuan itu mendekati gerbang. Air mukanya tenang menyiratkan kesejukkan bagai suasana rumah itu.

"Tuh, Pah, yang punya rumah keluar," istrinya menunjuk ke gerbang pagar. Ramdani hanya mengangguk. Dia meneguk air mineral.
"Beli aja, Pah!" Kembali penumpang kecil ikut nimbrung.
"Emang, mau dijual?"
"Sirik aja, Kakak! Siapa tahu...."
Sunyi sebentar.

Perempuan tadi tak terlalu memperhatikan mobil itu. Bukan kali ini saja ada mobil yang sengaja berhenti di depan rumahnya. Tak berselang lama dia masuk kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun