Terlalu mencintai kesempurnaan-bukan keutuhan hingga tak bahagia, sehingga sulit menerima kekurangan diri dan orang lain, tidak siap menerima perubahan sesuatu yang kita anggap sempurna, dan selalu ingin mempertahankan kesempurnaan itu.
Pada dasarnya, semua hal yang membuat kita tidak bahagia sebenarnya bersumber dari diri kita masing-masing. Dominasi persepsi dan cara pandang yang keliru seringkali menguasai diri daripada kata hati.Â
Seperti pernyataan yang saya tulis sebelumnya, bahwa kamu bisa menciptakan kebahagiaan dengan kesabaran dan ketulusan hati. Mensyukuri atas apa yang telah diberi, dan sabar menerima segala sesuatu yang terjadi.
Kesabaran dan ketulusan akan melahirkan bahagia di hati kita. Sabar menghadapi ketidaksesuaian antara keinginan dengan kenyataan dan mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan merupakan strategi untuk mengubah kegelisahan menjadi ketenangan, mengambil hikmah dari setiap musibah, mereduksi kesedihan menjadi kebahagiaan, mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan, serta merevolusikan hati menjadi lebih indah.
Kesabarab, ketulusan dan rasa syukur akan menimbulkan keajaiban berupa tumbuhnya perasaan-perasaan positif yang dapat menentramkan hati seperti kejujuran, keterbukaan hati dan pikiran, kerelaan untuk memeberi dan berbagi, pemahaman atas jati diri dan kesadaran untuk memiliki tujuan hidup, sehingga dapat merasakan nikmatnya hidup.Â
Sifat hati seperti itulah yang dapat membantu menciptakan kebahagaiaan. Oleh sebab itu, mulailah saat ini untuk berubah menyadarkan diri, memahami hati, membuka pikiran dan menciptakan kebahagiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H