Mohon tunggu...
Ruhi Adilah
Ruhi Adilah Mohon Tunggu... Desainer - Hallo!! Selamat datang di halaman Kompasiana ku.

Jika aku tak bisa berkata, maka izinkanlah aku untuk menulis Temukan saya di Instagram @ruhifna__

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya Pengarahan yang Tepat untuk Anak terhadap Budaya Baru

20 September 2019   01:43 Diperbarui: 21 September 2019   11:55 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muslimobsession.com

Kita ketahui bahwa budaya nenek moyang kita sekarang kurang diminati oleh anak. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena kurangnya pengenalan dan penerapan budaya nasional terhadap anak.

Kebanyakan anak zaman sekarang lebih memilih mengenal budaya baru sesuai zamannya (tren). Apalagi dengan adanya budaya asing ini. Korean pop (Korean Wave) kini menjadi fenomena globalisasi versi Asia yang booming dalam decade terakhir ini, kemudian mempengaruhi berbagai negara salah satunya di Indonesia. 

Suguhan produk berbau Korea Selatan perlahan mengubah selera dan paradigma remaja sekarang tentang sebuah tren yang dulu sempat dibawa oleh budaya Westren. Bukan hanya remaja, namun kini juga terjadi pada anak usia dini.

Bagaimana hal itu terjadi pada anak usia dini? Kebanyakan anak usia dini mengetahui budaya asing seperti Korean pop ini melalui gadget dan pengaruh lingkungan mereka. 

Anak usia dini akan menirukan apa yang ia lihat dan apa yang ia dengarkan. Sehingga, dengan mudahnya budaya baru itu akan masuk kedalam otak dan anak akan menirukan dan menerapkannya. Jika hal ini terus menerus dilakukan tanpa adanya pengenalan budaya nasional pada anak. Maka budaya nenek moyang kita akan musnah.

Berkembangnya budaya Korean pop (hallyu) di negara-negara Asia Timur dan beberapa Asia Tenggara termasuk Indonesia, menunjukkan adanya transformasi budaya asing ke negara lain. 

Berkembangnya budaya Korean pop di Indonesia dibuktikan dengan munculnya "Asian Fans Club" (AFC) yaitu Blog Indonesia yang berisi tentang berita dunia hiburan Korea. AFC didirikan pada 1 Agustus 2009 oleh seorang remaja perempuan bernama Santi Ela Sari.

Jika dilihat dari statistic jumlah pengunjung, sampai 3 Juni 2012, Asian Fans Club telah dikunjungi sebanyak 42.811.744 pengunjung. Hal tersebut berarti setiap harinya ada rata-rata 58.646 orang yang mengunjungi Asian Fans Club. Jumlah postingan  yang diunggah dari Juni 2009 sampai Juni 2012 sudah mencapai 16.974 post dengan grafik yang terus meningkat setiap bulan. 

Pada bulan Juni 2009 tercatat berita pada postingan sejumlah 49 berita dalam satu bulan. Setahun kemudian yaitu pada tahun 2010 jumlah post mengalami peningkatan yang pesat hingga mencapai 629 dalam satu bulan dan terus meningkat sampai 1.542 postingan dalam bulan mei 2013. (sumber). Data tersebut menunjukkan bahwa budaya Korean pop di Indonesia berkembang sangat pesat.

Jika berkembangnya Korean pop di Indonesia merupakan perwujudan globalisasi dalam dimensi dan budaya. Maka dikhawatirkan ekstensi kebudayaan nasional bergeser nilainya menjadi budaya pinggiran jika tidak disertai dengan apresiasi terhadap kebudayaan nasional.

Jika anak usia dini hingga anak remaja sudah tidak mengenal kebudayaannya sendiri, maka kebudayaan nasional dapat mengalami kepunahan dan berganti dengan kebudayaan baru yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kepribadian nenek moyang negara kita, dan tidak mencerminkan negara Indonesia yang merupakan negara berasas Islam dengan Ketuhanan yang Maha Esa.

Lalu, bagaimana cara agar budaya nenek moyang kita tidak punah dan bisa diterapkan atau diperkenalkan pada anak usia dini?

Pola asuh orang tua. Mengapa demikian? Karena orang tua sangat dibutuhkan untuk menjaga dan mengawasi perilaku anak, apalagi dengan adanya gadget, maka diharapkan orang tua untuk tetap senantiasa mengawasi dan membatasi penggunaan gadget pada anak. 

Kemudian orang tua juga diharapkan dapat mengenalkan budaya nasional terhadap anak. Mengenalkan budaya pada anak bisa dilakukan melalui metode bercerita. 

Dengan bercerita anak akan lebih terkesan dengan Bahasa-bahasa anak, alat peraga yang menarik dan anak dilibatkan langsung baik untuk proses penyiapannya maupun proses penyampaian ceritanya.

Kemudian menanamkan rasa kecintaan kepada Negeri pada anak. sebuah simbol "Aku Cinta Indonesia" memiliki arti adat istiadat yang diturunkan nenek moyang merupakan benar adanya dan bisa memberikan manfaat yang baik pada masa sekarang dan masa depan yang bisa menghasilkan macam-macam sifat manusia yang baik. untuk itu, 

Kita sebagai orang tua maupun pendidik sebaiknya mengajarkan kepada anak agar tidak mudah terbawa arus budaya asing yang bisa memberikan dampak negatif terhadap anak. selain itu juga, menanamkan dan mengamalkan nilai pancasila kepada anak usia dini juga sangat diperlukan.

Nah, sebenarnya memang ada dampak positif dan negatifnya dari Korean pop ini, namun sebaiknya kita sebagai orang tua maupun pendidik harus mampu menyikapi mana yang terbaik untuk anak dan mampu mengarahkan agar anak tidak selalu masuk kedalam sisi negatif dari Korean pop.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun