Mohon tunggu...
Rugaya Abubakar
Rugaya Abubakar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fisika

Seorang pendidik, peneliti dan Ibu. Sebagai Ibu tak terlepas dari pengamatan Fenomena sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Contoh Aksi People Power

7 Mei 2019   15:30 Diperbarui: 7 Mei 2019   15:46 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah kesedihan keluarga yg berkorelasi dengan keadaan bangsa saat ini. Kutulis untuk mengobati rasa sakit akan kepulangan sepupu ibuku Hajjah Haidinita Binti Idrus Husni dan belajar mengerti tentang people power untuk bangsaku Indonesia. AlFatihah

Perhitungan kalender Hijriah diawali pada waktu maghrib. Tanggal 5 Mei 2019 kira Kira satu setengah jam sebelum azan, tiba tiba anak anakku tergopoh gopoh menjumpaiku yang sedang mengatur ulang ruangan kedai untuk tempat usaha kami. Wak Ita yang di Tebing Tinggi meninggal dunia ma, Kata mereka. Aku menutup wajah ku tanpa mengucap sepatah katapun dan seketika kami diam tanpa berfikir apa apa kecuali Menyadari tanteku yang telah lama sakit akhir kembali kepada Allah. Aku meminta si bungsu mengambilkan Hp dan kucari berita di group keluarga kami dan sebaris berita yang sama ada disitu. Artinya info yang disampaikan 2 dari ketiga anakku ini betul adanya. Aku pun menuliskan inna lillahi wa inna ilaihi roji'un tanpa kalimat apapun menyambungnya dan lalu beberapa anggota group menulis kan hal yang sama. Aku pun segera mengatur Mobil supaya dapat digunakan untuk perjalanan besok Mengingat malam ini ketiga anak anak yang masih tanggung kedewasaannya ini harus dipersiapkan untuk puasa. 

Sambil menghubungi keluarga yang lain, seorang anggota group menuliskan berita baru. Bahwa telah dipasangkan Alat ke tubuh familiku ini dan jantungnya bekerja kembali. Artinya berita kembalinya tanteku kepada sang Maha pemilik harus dianulir sebab ada upaya tambahan dan kelihatannya berhasil. Tidak ada anggota keluarga di group itu yang protes dan teriak hoaks. Tidak ada. Sekalipun tanteku yang dipanggil wak Ita oleh anak anakku telah terkendala berjalan Sejak operasi kaki tahun 2011 dan mengalami stroke Sejak dua tahun lalu dan kesulitan berkomunikasi Tapi kami masih merasakan kehadirannya dan sekali waktu mengunjunginya. Walau tak mengerti kalimat kalimat nya Tapi kami merasa kan Semangatnya. 

Nyatanya semua anggota keluarga langsung mengerti tentang adanya dua berita yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Nyatanya juga kekuatan orang tertentu membuat upaya dilakukan secara maksimal terhadap kesembuhan wak Ita. Aku ingin mengungkapkan bagaimana pengertian tentang hoaks dan people power sedang terjadi dalam konteks ini. Para dokter dan paramedis bergerak secara optimal atas permintaan Suami dan anak anaknya. Sementara wak Ita hanya memasrahkan diri Pada orang orang terkasih yang telah diberikan Allah kepadanya. 

Malam itu sekitar pukul 20.31 wak Ita dinyatakan meninggal dunia. My uncle yang dipanggil Om Adi sudah pasrah akan upaya maksimal ini serta sejumlah kalimat yang meminta do'a atas Istrinya di sejumlah wa  group. Tiga Putra dan Seorang putrinya yang semuanya telah menghadirkan Cucu kepada mereka harus merelakan ini. 

Saya ingin menuliskan disini bagaimana People Power itu mengambil momentnya sendiri dan Menuntut kebijaksanaan dari people lainnya. 

Setelah mengabarkan berita duka dan mengajak pergi bersama Akhirnya kami tiba di rumah duka. Tidak biasa bagiku membuka selendang penutup wajah mayit Tapi tidak kali ini. Kedua anakku yang langsung mau mengambil tempat duduk di barisan bani Adam kucegah agar bisa melihat wajah wak Ita mereka terakhir kali. Saya pun mengambil tempat duduk yang agak aman untuk menghadiahkan satu juz dalam khataman yang jadi tradisi masyarakat. Walau beberapa kali ikut kegiatan khataman Tapi bergabung dengan Ibu Ibu perwiritan bukanlah hal yang biasa untuk ku. Kumpulan Ibu perwiritan ini mulai meminta ahli keluarga membaca ayat ayat Pada juz 30 untuk membacanya dan ku lihat umi Nong guru Iqra anakku yang mengawalinya. 

Semua Ibu Ibu perwiritan memantau dengan seksama bacaan tersebut sekalipun banyak diantara kami mengetahui bahwa  umi Nong adalah guru mengaji. Begitu juga ketika cik Yun mengambil bagian membaca, sang kakak yaitu cik Rat mengoreksi bacaannya. Cik Rat yangmengoreksi bacaan cik Yun juga mengalami pemantauan yang sama begitu juga ketika giliranku tiba. Ada bagian yang tak terdengar olehku koreksi an itu Tapi aku Menyadari kesalahan membaca maka aku langsung memperbaikinya sendiri. Bagian itu adalah sambungan yang harus kubaca tebal Tapi tipis pula terucapkan. Tapi ada juga bagian yang seharusnya berhenti dan people power ini memberi kode Tapi aku malah terbaca terus. Namun mereka tak bersuara keras.

People Power  dalam kejadian berikutnya adalah ketika dua orang Ibu yang membaca Pada surat yang salah. Dua orang Ibu secara berurutan melakukan kesalahan yang sama yaitu melompati satu buah surat. Artinya jika kesalahan mereka dibiarkan akan ada dua surat yang tak terbaca. Ibu Ibu perwiritan itu berteriak bersama sama dengan intonasi lembut menyatakan bahwa suratnya terlompati tanpa ada yang mengomandoi. Adapun Ibu yang dikritik langsung memperbaiki bacaan nya. Aku merasa atmosfer Demokrasi dan pencerdasan terjadi disini. Tetap lembut dan santun dan masih mengabaikan hal hal yang di rasa masih bisa ditolerir. 

Walau di rumah duka dan jenazah tanteku masih dihadapanku, aku terbayang keadaan bangsa Indonesia saat ini.  Ibu Ibu yang mengoreksi bacaan dan langsung diperbaiki ke keadaan sebenarnya. Seakan analogi dengan keadaan sejumlah kaum yang berteriak perubahan dan andai yang diteriaki mengerti untuk memberikan keadaan yang diinginkan. Tentu keadaan Damai dan tidak dirasa mencekam seperti saat ini.  Sebagaimana Ibu Ibu perwiritan yang bisa mentolerir ketika bacaan peserta ada yang salah atau ketika aku tak berhenti ketika ada tanda itu di ayat yang kubaca begitu juga bilangan kaum yang telah berteriak Sejak setahun yang lalu. Ah... Apakah maksudku ini bisa dimengerti. Tak Bisakah Pimpinan merasa rasakan keinginan rakyat yang santun menunggu mekanisme yang berlaku yang mempercayai lembaga yang telah ada Walau Akhirnya mengecewakan dan mereka berteriak kembali untuk membetulkan. 

Sebenarnya ada satu bagian lagi dari proses pemakaman my anti kemaren yang berkaitan dengan people power dan menahan diri. Tapi dua contoh di atas sudah mewakili tentang makna Kata Arif dan memahami situasi. Bahwa keinginan hati dan upaya itu bisa dilaksanakan Tapi Allah yang menentukan waktu perjalanan Seorang manusia di dunia ini. Bahwa tiap orang bisa saling merasa kan dan saling ambil bagian agar tiap bagian berjalan dengan baik Dan bukan memenangkan diri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun