Omine Original Picture pada tahun 2016 merilis film pendek berjudul "Selaras" melalui akun Youtube itsHAB play. Film pendek ini merupakan film pendek yang menjuarai LA LIGHT SHORT MOVIE FESTIVAL SMD 2014 dengan predikat The Best Cinematografi & The Most Favorite Film.
FIlm ini diakui sebagai film yang terinspirasi dari kisah nyata. Pengambilan gambar yang ciamik, serta pewarnaan gambar di dalam film membuat film ini memiliki "rasa" yang cukup mendalam ketika disaksikan.
Film "Selaras" mengangkat isu perbedaan agama, yang terbilang cukup sensitif di Indonesia. Isu SARA, merupakan sebuah isu yang sangat sering terjadi di beberapa negara, termasuk di Indonesia. SARA adalah segala isu mengenai suku, ras, agama dan antargolongan (Erdianto, 2020).
screenshot-135-5fabf69bd541df0efe1c6bf4.png
Bercerita tentang sebuah keluarga yang memiliki perbedaan agama, yaitu Katholik dan Islam. Keluarga ini terdiri dari seorang ibu dan dua anak laki-laki. Ibu rini dan anak keduanya, Nata, beragama Katholik, sedangkan Daud, anak pertama, merupakan seorang muslim.
screenshot-133-5fabf669282766614f76cf02.png
screenshot-134-5fabf6898ede484070456422.png
Diawal cerita, perbedaan agama ini digambarkan dengan sangat tertera ketika Daud diingatkan oleh ibunya ketika akan pergi, yaitu dengan kalimat "Astaghfirulah". Selain itu, ketika akan berangkat, Daud mengucapkan salam dalam agama Islam. Pada adegan pembuka, konflik sudah cukup terlihat karena ibu Rini tidak menjawab salam Daud pada saat ia akan pergi, namun adik Duad, yaitu Nata, yang menjawab salamnya.
screenshot-136-5fabf6c42827666fe34b8932.png
screenshot-137-5fabf6d52827666fe75dbd02.png
Konflik dalam film ini terfokus pada ketidakterimaan seorang ibu yang anaknya mualaf. Ibu Rini di sini memiliki ekspresi serta dialog yang sangat ingin anaknya kembali ke Katholik, dan beribadah bersama di gereja.
screenshot-139-5fabf7a328276619fd42fdb2.png
Selain itu, ada juga adegan yang sangat nyata, ketika orang lingkungan ketholik menanyakan tentang apa yang sudah dilakukan Daud, yaitu mualaf. Realistis, Indonesia sangat sensitif dengan hal ini. Karakter lingkungan yang kolektivis membuat segala sesuatu menjadi masalah bersama. Bahkan teman gereja Daud yang dahulu mempertanyakan keimanan dan keputusan Daud, yang mana seharusnya hal tersebut adalah hal yang personal.
screenshot-140-5fabf7ead541df694a4aa002.png
Tidak hanya Daud, ibunya pun ditanyakan perihal perpindahan Daud menjadi seorang muslim. Bahkan, orang yang menanyakan hal itu juga men-judge, dengan kalimat "Ya, semoga saja Tuhan menghindarkan saya dan anak saya dari perilaku seperti itu". kalimat yang sangat tajam untuk menyudutkan dan "menajiskan" perilaku mualaf Daud.
screenshot-141-5fabf8708ede481a0e74ba42.png
screenshot-142-5fabf87e8ede481a6c29e9e2.png
screenshot-143-5fabf8a4d541df15a715c9a2.png
Fase konflik ini lebih panas lagi ketika adegan di ruang makan, saat akan makan malam, Daud yang pulang dari masjid ditanyakan oleh Nata tentang apa yang dilakukan di masjid. Ketika Daud menjawab pertanyaan adiknya, ibunya selalu memotong dan terlihat marah.
Hingga pada puncak konflik ini, ibu Rini membahas harapan dan kekecewaannya akan Daud yang seharusnya menjadi kepala keluarga menggantikan suaminya, akan tetapi Daud menjadi mualaf berbeda agama sendiri dalam keluarga tersebut.
screenshot-145-5fabf90ad541df15a715c9a4.png
screenshot-146-5fabf9052827666c076f59d4.png
Pada akhirnya, semua menjadi surut, dan membaik ketika Daud dan ibu Rini mempertanyakan diri mereka kepada orang lain. Mempertanyakan bagaimana tentang perilaku mereka. Akhir cerita, mereka saling mendoakan dan menerima perbedaan agama yang ada dalam keluarga. Menjadi selaras dan toleransi sesama.
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya