Mohon tunggu...
Rufman I. Akbar
Rufman I. Akbar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Tangerang Selatan

Minat di bidang Pendidikan dan Sistem Informasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Doktor, Road Map Menjadi Professor

28 Juli 2024   10:05 Diperbarui: 28 Juli 2024   16:00 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah Program Doktor di Indonesia

Sejarah pendidikan S3 atau program doktor di Indonesia bermula pada masa kolonial Belanda. Pada tahun 1920, pemerintah kolonial mendirikan Technische Hoogeschool te Bandung (TH Bandung), yang kini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). TH Bandung merupakan perguruan tinggi pertama di Indonesia yang menawarkan program doktor, meskipun pada saat itu hanya untuk bidang teknik.

Setelah Indonesia merdeka, perkembangan pendidikan doktor mengalami kemajuan pesat. Pada tahun 1950, Universitas Indonesia (UI) menjadi universitas pertama di Indonesia yang menyelenggarakan program doktor di luar bidang teknik. Program doktor di UI awalnya difokuskan pada ilmu-ilmu sosial dan humaniora.

Pada tahun 1960-an, pemerintah Indonesia mulai mengirimkan mahasiswa-mahasiswa terbaiknya untuk melanjutkan studi doktor di luar negeri, terutama ke Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia dan mempercepat pembangunan nasional.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak perguruan tinggi di Indonesia yang membuka program doktor. Pada tahun 1980-an, beberapa perguruan tinggi negeri terkemuka seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Airlangga (Unair) mulai menyelenggarakan program doktor di berbagai bidang ilmu. Hal ini dilakukan, salah satunya karena masih sedikitnya pengajar dengan gelar doctor di perguruan tinggi di Indonesia.

Pada tahun 1990-an, pemerintah Indonesia meluncurkan program beasiswa unggulan untuk mendorong lebih banyak mahasiswa Indonesia melanjutkan studi doktor di dalam maupun luar negeri. Program beasiswa ini memberikan bantuan finansial penuh kepada mahasiswa berprestasi untuk menempuh pendidikan doktor di perguruan tinggi terkemuka.

Saat ini, pendidikan doktor di Indonesia telah berkembang pesat. Hampir semua perguruan tinggi negeri dan beberapa perguruan tinggi swasta telah memiliki program doktor di berbagai bidang ilmu. Kualitas pendidikan doktor di Indonesia juga semakin diakui secara internasional, dengan banyak lulusan doktor Indonesia yang berhasil berkarier di lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi terkemuka di dunia.

Meskipun demikian, pendidikan doktor di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan, seperti kurangnya jumlah dosen bergelar doktor, keterbatasan fasilitas penelitian, serta biaya pendidikan yang relatif tinggi. Namun, dengan dukungan pemerintah dan komitmen dari perguruan tinggi, diharapkan pendidikan doktor di Indonesia dapat terus berkembang dan menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Doktor, prasyarat untuk menjadi professor.

Gelar doktor, sebuah pencapaian akademik yang prestisius, sering dianggap sebagai batu loncatan menuju puncak karier sebagai profesor. Namun, apakah gelar doktor benar-benar menjadi syarat utama untuk meraih gelar profesor di Indonesia?

Secara formal, jawabannya adalah ya. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 38 Tahun 2023 tentang Pengangkatan Profesor, secara tegas menyatakan bahwa salah satu syarat utama untuk menjadi profesor adalah memiliki ijazah doktor (S3) atau yang sederajat.

Namun, realitanya tidak sesederhana itu. Gelar doktor hanyalah "pintu masuk" menuju perjalanan panjang dan berliku untuk meraih gelar profesor. Selain gelar doktor, seorang calon profesor juga harus memenuhi berbagai persyaratan lain, seperti memiliki pengalaman mengajar minimal sepuluh tahun, menghasilkan karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi, serta menunjukkan kontribusi nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Selain itu, proses penilaian untuk menjadi profesor juga melibatkan berbagai faktor subjektif, seperti reputasi akademik, jaringan profesional, dan dukungan dari kolega. Meskipun memiliki gelar doktor, seorang calon profesor mungkin tidak akan berhasil meraih gelar tersebut jika tidak memenuhi kriteria subjektif ini.

Oleh karena itu, gelar doktor bukanlah jaminan untuk menjadi profesor. Gelar ini hanyalah syarat awal yang harus dipenuhi, sementara perjalanan untuk meraih gelar profesor masih panjang dan penuh tantangan. Dibutuhkan dedikasi, kerja keras, dan kemampuan untuk terus belajar dan berkembang agar dapat mencapai puncak karier akademik ini.

Namun, bagi mereka yang memiliki passion dan komitmen dalam dunia akademik, gelar doktor tetap menjadi langkah penting untuk meraih mimpi menjadi profesor. Dengan bekal ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama menempuh pendidikan doktor, seorang akademisi akan memiliki fondasi yang kuat untuk membangun karier akademik yang sukses dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun