Terakhir kolaborasi dan sinergi ekosistem, yang meliputi kegiatan membangun kemitraan dengan perusahaan teknologi, startup, dan lembaga terkait untuk mengakses inovasi dan sumber daya yang dibutuhkan, berbagi praktik terbaik dan pembelajaran dengan perguruan tinggi lain yang telah berhasil menerapkan smart classroom, serta melibatkan pemangku kepentingan, seperti pemerintah, industri, dan masyarakat, untuk mendukung inisiatif smart classroom.
Dengan persiapan yang komprehensif dan kolaboratif, perguruan tinggi di Indonesia dapat mewujudkan smart classroom sebagai pusat pembelajaran yang modern, efektif, dan adaptif, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang siap bersaing di era digital.
Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi dalam penerapan smart classroom di Indonesia:
Infrastruktur Teknologi yang Belum Merata. Hal ini tercermin dalam hal keterbatasan akses internet berkecepatan tinggi di beberapa wilayah, terutama di daerah terpencil, kesenjangan kepemilikan perangkat digital di kalangan mahasiswa, terutama di perguruan tinggi dengan latar belakang sosio-ekonomi yang beragam, serta ketersediaan listrik yang stabil dan memadai di seluruh kampus.
Biaya investasi yang signifikan. Dapat dilihat dalam pengadaan perangkat keras dan infrastruktur digital yang mahal, terutama untuk perguruan tinggi dengan anggaran terbatas, pemeliharaan dan pembaruan sistem teknologi yang membutuhkan biaya operasional berkelanjutan, serta kebutuhan akan sumber daya manusia terampil untuk mengelola dan mendukung sistem smart classroom.
Hal lain yang menjadi tantantan adalah kesiapan dan resistensi budaya. Kurangnya literasi digital di kalangan dosen senior yang lebih terbiasa dengan metode pengajaran tradisional, keengganan sebagian dosen untuk beradaptasi dengan teknologi baru dan mengubah gaya pengajaran mereka, serta persepsi mahasiswa yang belum terbiasa dengan format pembelajaran digital dan interaktif.
Masalah yang tidak kalah peting adalah keamanan dan privasi data. Isu keamanan dan perlindungan data pribadi mahasiswa, termasuk catatan akademik dan informasi sensitif, kerentanan sistem teknologi terhadap ancaman siber, seperti serangan malware, peretasan, dan kebocoran data serta keepatuhan terhadap peraturan dan undang-undang terkait keamanan data dan privasi.
Terakhir adalah dukungan kebijakan dan manajemen yang belum optimal. Kurangnya panduan dan standar nasional untuk pengembangan smart classroom di perguruan tinggi, koordinasi yang belum efektif antara pihak manajemen, IT, dan akademik dalam mengimplementasikan smart classroom, serta keterbatasan alokasi anggaran untuk program transformasi digital di perguruan tinggi.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan upaya komprehensif yang melibatkan dukungan pemerintah, kerja sama dengan industri, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, dan manajemen perubahan yang baik di masing-masing perguruan tinggi. Hanya dengan pendekatan yang holistik, smart classroom dapat diwujudkan secara efektif di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H