Mohon tunggu...
Dunia Pendidik Modern
Dunia Pendidik Modern Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan Pendidik

Saya adalah seorang pendidik yang fakir ilmu. Saya akan sangat senang mempelajari hal baru di dunia pendidikan untuk membuat murid-murid Indonesia merdeka dengan ilmunya. Murid Indonesia akan percaya diri dengan menginisiasi perubahan baik untuk negeri ini. Dan saya ingin berbagi banyak hal yang bisaa jadi dapat menginspirasi pendidik lain, bisa jadi untuk di tiru oleh pendidik lain, atau bisa jadi untuk diberikan kritik dan saran oleh pendidik lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Harus Berubah - Topik 2 Platform Merdeka Mengajar

14 Maret 2023   06:06 Diperbarui: 14 Maret 2023   07:14 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang

Seperti ungkapan Ki Hajar Dewantara

"Pendidikan adalah menuntun segala kekuatana kodrat yang ada pada anakanak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun sebagai anggota masyarakat.

Setelah dua tahun mengalami pandemi COVID-19 yang mengharuskan institusi Pendidikan melakukan Tindakan cepat tanggap dengan menggunakan kurikulum Darurat COVID-19 dengan menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh. Beberapa kurun waktu ini dunia Pendidikan Kembali ramai dengan berita perubahan kurikulum. Seperti yang sudah-sudah, perubahan kurikulum selalu saja menarik perhatian publik. Guru-guru mulai bertanya-tanya ap aitu Kurikulum Merdeka. Yang diikuti dengan banyaknya webinar dari berbagai kelompok praktisi silih berganti mengulik dan mengupas tentang Kurikulum Merdeka.

Perubahan kurikulum di tingkat Nasional menuntuk banyak penyesuaian di lapangan. Dalam dua puluh tahun terakhir, Indonesia sudah tiga kali mengganti kurikulum nasional. Yaitu pada 2004, 2006, 2013, dan Kurikulum Merdeka akan menjadi pergantian ke-empat ketika pada 2024 nanti ditetapkan sebagai kurikulum nasional.

Tentunya berbagai perubahan kurikulum ini bukanlah tanpa sebab. Indonesia yang sudah aktif mengikuti PISA (studi internasional yang dilakukan setiap tiga tahun sekali untuk mengukur penguasaan literasi membaca, matematika, dan sains murid berusia 15 tahun) sejak tahun 2000 sampai tahun 2018, dalam kurun waktu tersebut skor rata-rata Indonesia tidak beranjak dari sekitar angka 370 sampai dengan 400-an. Dengan skor tersebut dapat terlihat bahwa hanya 30% murid kelas 9-10 yang memiliki kecakapan minimum dalam hal memahami bacaan dan bernalar secara matematika. Dengan kata lain, seseungguhnya Indonesia dengan mengalami krisis belajar atau yang sekarang akrab di telinga kita dengan istilah learning loss. Apalagi setelah pandemic COVID-19 melanda berkepanjangan, tentu memperparah krisis tersebut.

Krisis belajar ini merupakan problem multidimensi yang tentunya butuh perubahan secara sistemik. Melalui asesmen nasional yang berubah menjadi berorientasikan kualitas pembelajaran, kapasitas guru dan kepala sekolah yang di kuatkan melalui berbagai program seperti: Guru Penggerak, Organisasi Penggerak, serta Sekolah Penggerak, serta kurikulum yang juga harus berubah.

Kurikulum sebgai pelengkap program untuk menghindari parahnya learning loss. Kurikulum mempengaruhi apa yang diajarkan guru dan bagaimana materi itu diajarkan. Kurikulum yang baik menjadi esensial disini.

Alasan Kurikulum Merdeka

  • Pentingnya melakukan penyederhanaan materi
  • Penggunaan asesmen diagnostik
  • Pemberian umpan balik
  • Pembelajaran berpusat pada murid
  • Dimensi pilar pelajar Pancasila
  • Kurikulum merdeka dirancang untuk memudahkan guru berfokus pada pembelajaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun