Mohon tunggu...
Masrufah_ihsan
Masrufah_ihsan Mohon Tunggu... Administrasi - bermanfaat bagi sesama tak perlu harus menunggu waktu yang tepat, selalulah bermanfaat bagi yang lain

الطلبة قسم تعليم اللغة العربية

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

mengatasi "Traumatik"pelecehan seksual Anak dengan Bimbingan dan Konseling

29 November 2018   00:02 Diperbarui: 30 November 2018   06:11 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

dewasa ini, kasus pelecehan seksual terus dan terus tersebar diberbagai daerah, kebanyakan korban dari pelecehan seksual ini adalah anak berumur 13tahun dan paling termuda 2 tahun, jelas ketum Komnas PA indonesia,  maka dari pernyataan itu, yang paling rawan terjadi pelecehan seksual pada anak yang masih duduk di bangku SD dan anak SMP, 

Berikut ini contoh kasus pelecehan seksual yang di alami oleh pelajar:

  • Seorang siswi di klaten di klaten diperkosa dan digilir enam remaja , 16 mei 2016
  • Pelecehan seksual terhadap 4 siswa sekolah dasar riau, 14 september 2017
  • Pelecehan seksual guru terhadap 13 siswa nya, di depok  08 juni 2018
  • Pelecehan seksual terhadap anak SMA, 25 april 2018
  • Lima pria perkosa siswi SMP sulawesi selatan, ( publis dari CNN 22 november 2018)
  • oknum guru SD di suka bumi cabuli 8 siswanya , 27 november 2018

kasus di atas hanya sebagian saja yang di cantumkan, Dari berbagai berita yang telah penulis dengar mayoritas pelaku melakukan pelecehan terhadap korban dengan cara mengiming-imingi hadiah, mengancam, dan mengambil kesempatan di waktu sepi. Tiga hal ini perlu di waspadai dan di hindari oleh pelajar putri untuk lebih berhati-hati agar tidak sampai terjadi tindak pelecehan.

tentunya dengan banyaknya kasus pelecehan seksual ini sangat mengancam keamanan dan meresahkan pelajar putri, khususnya bagi korban pelecehan dimana kejadian ini akan merusak biologis serta psikologis siswa dimana siswa akan sering merasa takut dan merasa terancam setiap kali ia teringat sosok/ ciri-ciri orang  yang pernah melakukan tindakan tak senonoh padanya, sehingga pada akhirnya akan membuat siswa mengalami Traumatik.

Terdapat beberapa ciri-ciri anak/pelajar yang mengalami tindakan pelecehan seksual, diantaranya adalah:

  • Anak biasanya sering bermimpi buruk, sulit tidur, sering mengigau saat tidur.
  • Seing mengasingkan diri
  • Muka selalu murung, dan susah di ajak bicara
  • Sering merasa tak aman, atau merasa ketakutan
  • Trauma terhadap ciri-ciri dan barang tertentu

Dari ciri-ciri pelajar/anak yang mengalami pelecehan ini, hendaknya orang tua dan tentunya guru dimana keduanya adalah orang yang sangat berperan terhadap korban, sangatlah perlu memahami akan perubahan sikap yang dicirikan di atas. Agar masalah yang di alami pelajar tidak terus mendalam dan membahyakan kondisi pelajar tersebut.

Kasus Traumatik yang dialami pelajar di sebabkan pelecehan ini sangatlah disayangkan dimana hal ini akan membahayakan kondisi psikologis yang akan merusak fungsi ketahanan mental individu secara menyeluruh.

Maka agar Traumatik pada pelajar tidak berkelanjutan, bukan hanya orang tua yang berusaha untuk menghilangkan trauma dari anak nya, tapi peran orang sekitar, sepertihalnya guru yang selalu mendampingi pelajar yang menjadi korban sangatlah diharapkan dapat juga membantu pelajar untuk keluar dari dunia traumanya, kasus trauma pada siswa bisa di atasi oleh guru Bimbingan dan konseling.

 guru Bimbingan Konseling, yang memang memiliki kewajiban khusus dalam menangni kasus-kasus yang seperti ini diharapkan dapat bekerja sama dengan pihak-pihak yang yang berkaitan dengan korban agar trauma yang menimpanya tidak berlanjut.

Tindakan pencegahan atau penyembuhan kasus traumatik ini bisa dilakukan dengan cara:

1.konseling individual

Dalam konseling individual ini konselor berupaya klien (pelajar) untuk berbicara dengan lebih mengutamakan hubungan emosional, sehingga pelajar akan lebih merasa nyaman dan percaya terhadap konselor dan membuat klien memahami diri sendiri sehubungan dengan trauma yang sedang di alami dan juga berusaha untuk mengatasi trauma itu sebaik mungkin.

2. konseling kelompok

Dalam konseling kelompok ini konselor memberi kesempatan pada klien untuk berpartisipasi dalam diskusi bersama kelompok atau masyarakat dengan tujuan agar pelajar yang mengalami traumatik ini dapat berani berbicara denga orang banyak, membuat ia percaya diri, dan hidup normal seperti biasannya.

3. pelayanan konsultasi keluarga

Konsultasi dengan keluarga sangatlah penting dalam upaya penanganan kasus traumatik pelajar, mengingat kebersamaan pelajar dengan orang tua sangatlah panjang, disini konselor sebagai jembatan dalam upaya pemulihan klien, mengkonsultasikan, dengan memfokuskan pembicaraan terhadap pelajar dalam nuansa yang akrab dan relax, sehingga keluarga dan orang terdekat dapat memahami upaya yang konselor usahakan , serta memahami keadaan pelajar dan berusaha bersama agar traumatik pelajar perlahan menghilang, dan dapat hidup normal seperti biasanya.

Dari upaya-upaya di atas tang telah penulis coba jelaskan akan membantu siswa yang mengalami traumatik  pulih, jika diterapkan dengan rasa sungguh-sungguh, dimana dalam mengentaskan masalah ini sangat diperlukan kolaborasi oleh orang-orang terdekat klien , seperti keluarga pada umumnya, teman dekat bahkan masyarakat sekitar, dengan upaya dan kerjasama ini maka pengentasan masalah traumatik ini akan terlaksana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun