Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Kisah Tantowi Ahmad dan Lilyana Natsir yang Menjadi PNS Berkat Membawa Pulang Medali Emas Olimpiade 2016

15 Juli 2021   09:04 Diperbarui: 15 Juli 2021   09:28 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tantowi Ahmad/Lilyana Natsir (citraindonesia.com)


Tidak mudah untuk menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil). 

Beruntunglah mereka yang lolos tes untuk itu. Menjadi PNS sangat membahagiakan dan membanggakan, salah satunya karena dapat mengabdi untuk negara dan masyarakat.

Untuk itu, maka beruntunglah Tantowi Ahmad dan Lilyana Natsir yang mendapatkan hadiah menjadi PNS lewat jalur khusus.

Hadiah itu diberikan karena Tantowi Ahmad/Lilyana Natsir sudah mengharumkan nama bangsa, dengan merebut medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Tantowi dan Lilyana menjadi dua di antara 137 atlet berprestasi lainnya yang telah mengharumkan nama bangsa di kancah internasional dan diangkat menjadi PNS lewat jalur khusus pada 2017 silam.

Upacara penetapan mereka sebagai PNS itu dilakukan di Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Menpan RB Asman Abnur dan Menpora Imam Nahrawi pada saat itu mengatakan pengangkatan atlet menjadi PNS itu berdasarkan prestasi mereka di tingkat dunia maupun ASEAN.

Dalam sambutannya Asman Abnur mengatakan, pengangkatan atlet berprestasi itu adalah sebagai motivasi agar para atlet tidak usah memikirkan masa depannya.

"Jadi dengan adanya jalur khusus PNS, maka atlet berprestasi ada kepastian masa depannya," kata Asman Abnur.

Formasi khusus itu berbeda jalur umum yang harus memakai tes, akan tetapi ada proses seperti pra-jabatan dan sebagainya hingga penempatannya setelah pra-jabatan, suntikan motivasi untuk olahragawan.

Nama-nama lain yang diangkat menjadi PNS melalui formasi khusus itu antara Eko Yuli Irawan (peraih medali perak Angkat Besi Olimpiade 2016), Sri Wahyuni Agustiani (peraih medali perak Angkat Besi Olimpiade 2016), I Gede Siman Sudartawa (peraih emas renang SEA Games 2017), Lindswell Kwok (peraih emas Wushu SEA Games 2015, 2017, dan Asian Games 2018).

Di Rio de Janeiro 2016, dimana Tantowi/Lilyana mengantongi medali emas, menyelesaikan keseluruhan (6) laganya dengan kemenangan, dan dengan dua set langsung!

Bergabung di Grup C babak penyisihan pada waktu itu, Tantowi/Lilyana menenangkan kesemua 3 laga, masing-masing melawan ganda Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Yang dengan dua set.

Wakil Thailand Bodin Isara/Savitree Amitrapai dua set, dan ganda Australia Robin Middleton/Leanne Choo juga dengan dua set langsung.

Di babak selanjutnya, perdelapanfinal, Owi/Butet terpaksa "perang saudara" melawan Praveen Jordan/Debby Susanto.

Owi/Butet menang dua set, 21-16 dan 21-11.

Di semifinal, langkah Owi/Butet dihadang oleh ganda campuran terbaik dunia asal Cina, Zhang Nan/Zhao Yunlei. Namun Owi/Butet dapat mengalahkan mereka dengan dua set juga, 21-16 dan 21-15.

Di final, Owi/Butet kembali bertemu pasangan Malaysia yang dikalahkan di fase grup. Ganda campuran ranking ketiga dunia itu kembali ditaklukkan Owi/Butet dengan straight set, 21-14 dan 21-12.

Kendati pada saat itu, bulutangkis Indonesia hanya membawa pulang satu medali saja, yaitu emas dari ganda campuran Tantowi/Lilyana, namun setidaknya itu dapat dikatakan meneruskan tradisi membawa pulang medali Olimpiade dari bulutangkis.

Tidak ada lagi pebulutangkis Indonesia yang merebut medali, baik perak atau perunggu di Rio de Janeiro 2016. Hanya Tantowi/Lilyana satu-satunya.

Sejak olahraga tepak bulu ini menjadi cabang olahraga resmi yang dipertandingkan dimulai di Olimpiade Barcelona 1992. Indonesia selalu membawa pulang medali, terkecuali di Olimpiade London 2012.

Di Olimpiade London, bulutangkis pulang dengan tangan hampa, tidak satu pun medali, baik perunggu, perak, atau emas yang dibawa pulang.

Olimpiade Barcelona merupakan Olimpiade yang paling banyak menghasilkan medali buat bulutangkis Indonesia. Pada saat itu Susy Susanti dkk mengantongi 5 medali.

Dua emas dari tunggal putra dan tunggal putri, dua perak, dan 1 perunggu.

Sejak saat itu, perolehan medali bulutangkis mengalami penurunan.

Di Atlanta 1996, membawa 4 medali (emas, perak, perunggu). Sidney 2000 3 medali (emas dan perak).

Athena 2004 3 medali (emas dan perak).

Beijing 2008 3 medali (emas, perak, dan perunggu).

Kini, di Olimpiade Tokyo 2020, mampukah Kevin Sanjaya dkk menyumbangkan medali lagi?

Di Olimpiade Tokyo yang akan digelar pada 23 Juli-8 Agustus 2021 ini Indonesia mengikutsertakan 28 atletnya (16 putra dan 12 putri). Bulutangkis menjadi yang terbanyak dengan 11 wakil yang berlaga di nomor.

Kita nantikan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun