"Jujur saja merasa sangat kehilangan, setahu saya Pak Harmoko sudah sakit sejak beberapa tahun lalu," kata Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang turut berdukacita atas wafatnya mantan Menteri Penerangan era Soeharto.
Bapak Harmoko memang sangat identik dengan dunia pers. Sepanjang hidup dan kariernya sejak muda, pria kelahiran Kecamatan Patianrowo, 7 Pebruari 1939 itu tidak lepas dari dunia "kuli tinta".
Sila disimak, lulus dari SMA tahun 1960an, beliau langsung berprofesi sebagai wartawan dimulai di Harian Merdeka, Angkatan Bersenjata, API, Merdiko, Mimbar Kita.
Dan sebelum diangkat "derajatnya" oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Penerangan, Harmoko menjadi pemimpin Harian Pos Kota.
Sepertinya pemimpin Orde Baru sangat kepincut dengan beberapa program yang digelar oleh "wartawan" Harmoko. Harmoko dikenal sebagai pencetus berdirinya kelompencapir (kelompok pendengar, pembaca, dan pirsawan).
Kelompencapir itu dimaksudkan untuk mendukung program pemerintah dalam pembangunan kecerdasan masyarakatnya.
Beliau juga dikenal sebagai yang mengeluarkan ide "Safari Ramadhan" yang mempengaruhi hasil pemilu.
Terjun ke politik, kendaraan yang ditumpanginya adalah Golkar. Semasa menjabat ketua partai berlambang pohon beringin itu (1993-1998) beliau juga menelurkan istilah "Temu Kader" yang hingga saat ini masih populer.
Barangkali kondisi berikut itu yang menyebabkan Harmoko lantas diangkat menjadi Menteri Penerangan oleh Soeharto (masa jabatan 14 tahun, 1983-1997).
Dan peristiwa berikut inilah yang paling saya kenang pada sosok seorang Harmoko.
Sewaktu menjabat sebagai Ketua DPR/MPR RI (kurun 1997-1999), DPR/MPR mengangkat kembali Jenderal Soeharto sebagai orang nomor satu di republik ini.
Uniknya, dua bulan kemudian, Harmoko jugalah yang meminta Soeharto untuk lengser dari jabatannya. Hal tersebut dikarenakan adanya desakan dari rakyat dan mahasiswa yang sudah tidak terkendali.
Namun sosok fenomenal itu kini telah tiada. Harmoko telah dipanggil pulang Yang Maha Kuasa pada hari Minggu (4/7/2021) pukul 20.24 di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Dalam usianya yang ke 82 tahun.
Tidak diperoleh sumber apakah sang wartawan sejati ini mempunyai putra atau putri. Namun istri beliau, Sri Romadhyati sudah mendahuluinya.
Selamat jalan bapak Harmoko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H