Kemajuan teknologi sudah melesat sedemikian jauh di berbagai bidang dan penemuan. Di setiap jam, kita dapat mendengar atau membaca tentang penemuan-penemuan baru yang mencengangkan.
Kini manusia sudah memasuki era yang dinamakan dengan dengan Teknologi 4.0. Adapun salah satu ciri 4.0 ini adalah adanya kendaraan yang dapat berjalan sendiri kendati tidak ada orang yang mengemudikannya.
Jika sekarang ini, di Jakarta, kita mengenal adanya angkutan umum berupa bus Transjakarta atau Angkot, maka itu kita sudah meloncat sedemikian jauh.
Di film Si Doel Anak Sekolahan, disitu kita dapat melihat Si Doel menjadi supir oplet untuk mengangkut penumpang yang membutuhkannya. Sedangkan Mandra menjadi kernet dengan meneriakkan "Gandul...! Gandul... ! Gandul Mpok...!"
Jika melihat kilas balik sejarah hadirnya angkutan umum oplet ini, tak pelak ada sebagian orang yang timbul rasa nostalgia mereka atas keunikan kendaraan ini.
Untuk itu tidak salahnya bagi kita untuk sekedar mengetahui apakah dan bagaimana asal muasal nya oplet ini?
Sejumlah sumber menyebutkan oplet yang adalah buatan Inggris dan mereknya Austin itu sudah hadir di jalan-jalan ibukota semenjak tahun 1930. Walaupun pengoperasiannya masih sangat terbatas, yaitu di wilayah Jakarta Timur.
Selain ostin (beberapa orang menyebut Austin), ada juga oplet yang bermerek Morris Minor, namun sama-sama Made in Inggris.
Satu buah oplet dapat memuat 6-8 orang sekali angkut.Â
Sejarawan Mona Lohanda mengatakan oplet menjadi lebih luas pengoperasiannya setelah resmi mendapatkan ijin trayek dari Pemda DKI.
Selain di Jakarta, kota-kota besar lainnya seperti Surabaya, atau Malang juga menggunakan sarana oplet untuk memenuhi kebutuhan transportasi nya.
Di masa Perang Dunia ke II dimana Jepang datang ke Indonesia, maka Jepang melarang pengoperasian angkutan ini.
Namun setelah berakhirnya PD ini, dimana Dai Nippon dihancur leburkan Amerika Serikat, Jepang kembali ke negaranya.
Maka setelah itu, oplet kembali hadir di jalanan ibukota.
Oplet pada masa itu, untuk menjalankannya maka bagian depannya harus diengkel dulu beberapa kali putaran agar panas dan mulai bisa berjalan.
Ruangan depan kendaraan ini bisa diduduki oleh dua orang, satu untuk pengemudi, dan satu orang lagi di sampingnya.
Sedangkan di belakang, untuk para penumpang.
Lantai kendaraan terbuat dari kayu. Sedangkan atapnya dari seng dan rangka kayu.
Sejatinya ada sarana angkutan umum lainnya pada saat itu, yaitu trem. Tetapi karena ongkos trem lebih mahal daripada oplet, maka masyarakat lebih memilih untuk menggunakan oplet ini.
Kurun waktu 1960-1970 an merupakan booming angkutan umum oplet ini. Itu disebabkan di Jakarta sangat jarang ditemukan angkutan umum yang lebih besar, seperti bus.
Cikal bakal adanya angkutan umum seperti yang kita kenal sekarang ini umpamanya apa yang disebut KWK (Koperasi Wahana Kalpika), Metro Mini, atau Mikrolet adalah atas kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Tjokropranolo.
Alasan Tjokropranolo melarang penggunaan oplet pada tahun 1980 itu karena oplet dianggap semakin tua yang tidak layak lagi untuk dioperasikan.
Sekarang oplet sudah tidak terlihat lagi di jalanan, kalau pun ada hanya satu dua saja dan sudah menjadi barang rongsokan.
Jika Anda mau bernostalgia dengan melihat oplet ini, maka Anda dapat menemuinya di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI