Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Sejumlah Idiom Bahasa Indonesia Ini Berasal dari Bahasa Belanda, Apa Saja?

17 Juni 2021   10:05 Diperbarui: 17 Juni 2021   10:04 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Masa kolonialisme Hindia-Belanda atas Indonesia yang begitu lama, yaitu 350 tahun, sudah meninggalkan jejak-jejak pengaruh negeri kincir angin tersebut didalam berbagai macam sendi kehidupan, salah satunya adanya kata-kata atau idiom yang mirip dan berasal dari bahasa Belanda.

Jika ditelusuri lebih dalam, siapa menyangka jika kata-kata ini: baskom, asbak, kamar, handuk, kado, bak, bioskop, atau (satu lagi) bistik.

Baskom berasal dari bahasa Belanda waskom. Asbak berasal dari kata asbak. Kamar (kamer). Handuk (handdoek. Kado (cadeu). Bak (berbunyi sama: bak). Bioskop berasal dari bioscoop. Atau bistik adalah dari kata biefstuk.

Dan siapa menyangka juga sejumlah idiom yang indah didengar juga sebenarnya berasal dari bahasa Belanda?

Idiom seperti hitam di atas putih, yang berarti sesuatu keyakinan bahwa sesuatu yang bakal terjadi seratus persen bakal menjadi kenyataan.

Tenyata kata hitam di atas putih ini berasal dari iets zwart op wit zetten. Zwart berarti hitam, wit adalah putih, dan zetten adalah meletakkan.

Hitam di atas putih, Kevin/Marcus akan memenangkan laga itu. Contoh pemakaiannya.

Benang merah yang berarti makna yang paling utama dari suatu peristiwa. Ini juga berasal dari Belanda de rode draad (rood=merah, draad=benang).

Idiom itu jelas bukan dari bahasa Inggris. Jika diterjemahkan, maka idiom itu menjadi red tape. Sedangkan idiom Inggris red tape itu artinya birokrasi yang berbelit-belit.

Isapan jempol yang bermakna hanya angan-angan dan tidak menjadi kenyataan. Dalam Belanda adalah iets uit zijn duim zuigen. (Duim=jempol, zuigen=mengisap).

Atau penumpang gelap, pemutihan, atau berdarah biru, itu adalah Idiom Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Belanda.

Itulah sejumlah kata-kata atau idiom yang berasal dari bahasa Belanda. Karena mereka lama berdiam di Indonesia ini.

Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan bahasa daerah yang tersebar di Nusantara ini dipersatukan dalam pergaulan antar mereka dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

Dalam ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 itu, menghasilkan salah satunya bahwa mereka yang mewakili daerahnya masing-masing menyatakan Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang menyatukan mereka.

Akar muasal Bahasa Indonesia ini adalah dulunya bahasa Melayu yang juga digunakan di sejumlah wilayah Asia Tenggara.

Dalam banyak prasasti yang diketemukan membuktikan hal tersebut. Bahwa bahasa Melayu ini digunakan di sejumlah wilayah Asia Tenggara, sejak abad ke 7 Masehi.

Prasasti-prasasti tersebut di antaranya adalah Karang Birahi (Jambi-688 Masehi), Talang Tuwo (Palembang-684 M), dan sebagainya.

Prasasti itu bukan saja ditemukan di Sumatera, di pulau Jawa juga ada. Seperti prasasti Gandasuli di Jawa Tengah, atau di Bogor, Jawa Barat.

Dari semuanya itu tercermin jika bahasa Melayu ini dituturkan sebagai penghubung antar suku yang ada di Nusantara dalam berbagai aktivitas, terutama dalam perdagangan.

Dalam sejarah, kita mengenal ada seorang intelektual asal Cina yang bernama I Ching yang pernah kuliah di sebuah perguruan tinggi di Kerajaan Sriwijaya untuk belajar agama Buddha.

I Ching mencatat bahwa di Sriwijaya dikenal adanya bahasa Koen Louen. Koen Louen yang dimaksud itu adalah bahasa Melayu sebagai bahasa perhubungan seluruh Nusantara.

Bahasa Melayu semakin berkembang terutama sejak munculnya kerajaan-kerajaan Islam, seiring pula dengan munculnya sejumlah pujangga sastra yang memakai bahasa Melayu.

Dengan demikian maka bahasa Koen Louen ini semakin kokoh keberadaannya.

Karena dipengaruhi oleh perkembangan sosial budaya di antaranya dengan berdatangannya bangsa-bangsa dari luar, seperti Arab, Cina, India, atau Eropa, maka setidaknya hal tersebut menjadikan bahasa Melayu menggunakan serapan dalam bahasa orang-orang dari luar itu.

Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang ada di Nusantara yang dipengaruhi bahasa Sansekerta, menjadikan bahasa Melayu juga menyerap bahasa Sansekerta itu.

Dan dengan sendirinya, bangsa Belanda yang menjadi kolonial di Nusantara juga memengaruhi bahasa Melayu atau kini menjadi Bahasa Indonesia yang dikukuhkan oleh Kongres Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 itu.

Juga dicantumkannya Bahasa Indonesia dalam UUD 1945 sebagai Bahasa Nasional.

Itulah sebabnya mengapa bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia dan dipengaruhi oleh berbagai peristiwa sosial budaya, termasuk di antaranya dari bahasa Belanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun