"Harapan saya Poso dapat berubah menjadi kondisi yang kondusif. Sehingga dapat menghapuskan stigma yang negatif," kata pemerhati masalah terorisme, Ary Fahry, Senin (14/6/2021) menanggapi soal travel warning yang dikeluarkan Amerika Serikat kepada warganya agar tidak mengunjungi Indonesia, terutama ke wilayah Sulawesi Tengah dan Papua.
Beberapa waktu lalu, pemerintah Amerika Serikat telah melarang warganya untuk melakukan perjalanan ke Indonesia terutama Sulawesi Tengah dan Papua.
Hal tersebut dikarenakan warga AS yang mengunjungi Indonesia dapat tertular virus Covid-19 dimana kondisi Indonesia masih bahaya dan melonjaknya banyak kasus Covid-19.
Secara khusus, dua wilayah disebut-sebut dalam travel warning tersebut karena ramainya pemberitaan kondisi Poso di Sulawesi Tengah dan Papua terkait sejumlah kekerasan yang terjadi di sana yang berhubungan dengan terorisme.
KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) di Papua melakukan tindak kekerasan terhadap sejumlah warga. Mereka melakukan pembunuhan kepada warga yang tidak bersalah terutama di wilayah-wilayah Mamba, Titigi, Hitadipa, Sugapa, dan Intan Jaya.
Karena wilayah tersebut memang rawan konflik.
"Sangat miris. Kita dicap negatif oleh AS," kata Ary.
Ary menilai apa yang disebutkan Sulawesi Tengah tidak jauh-jauh dari kondisi yang terjadi di Kabupaten Poso.
Menurutnya, warga di Poso tertekan secara psikologis oleh sejumlah tindakan terorisme.
Sebagai contoh, beberapa waktu lalu, telah terjadi pembunuhan yang diduga dilakukan oleh kelompok MIT (Mujahidin Indonesia Timur) kepada empat petani dengan sadisme. Di Desa Kalemago, Kecamatan Lore Timur.
"Pemerintah mengutuk keras atas aksi kekerasan di Poso dan memerintahkan aparat untuk melakukan pengejaran dan penangkapan kepada mereka yang bersalah," ujar Menko Polhukam Machfud MD, dalam sebuah konferensi pers, Rabu (19/5/2021) lalu.
Machfud MD mengatakan pembunuhan pada 11 Mei 2021 itu dilakukan oleh kelompok MIT pimpinan Ali Kalora.
Machfud juga mengatakan sebelumnya telah terjadi baku tembak antara kelompok MIT dengan aparat keamanan pada bulan Maret yang menyebabkan seorang anggota Brimob tewas.
Ary Fahry mengatakan travel advice oleh AS harus dijadikan cambuk bagi pemerintah untuk segera membenahi dengan serius kondisi yang ada.
Ary sangat miris, kondisi di Poso bukan terjadi pada tahun ini saja, tapi sudah bertahun-tahun lamanya.
"Masa mengejar sipil bersenjata saja tak kunjung selesai," katanya.
Sayang sekali, jika Poso dilewatkan oleh para wisatawan terkait dengan keindahan alam, atau pun berbagai situs-situs bersejarah lainnya. Para wisatawan itu seharusnya menjadi saksi bahwa Poso itu indah.
Ary juga menyatakan masalah keamanan ini sudah menjadi tanda tanya besar di kalangan masyarakat setempat. Mengapa kejadian yang meresahkan itu belum juga dapat diselesaikan hingga kini.
Travel advice yang dikeluarkan oleh AS tentu harus dijawab dengan nyata, yaitu mengembalikan kondisi Poso seperti sedia kala.
Dalam sebuah aksi unjuk rasa yang digelar oleh sejumlah orang yang menamakan dirinya Aliansi Pemuda Poso pada akhir Mei lalu di Kota Tentena, Kabupaten Poso, aliansi itu mendesak aparat keamanan dan pemerintah segera menuntaskan masalah terorisme di wilayah itu.
Aliansi tersebut mengingatkan, bahwa pada awal 2015 ada operasi Maleo, 2016 operasi Tinombala, sekarang menjadi Operasi Madago Raya. Mereka pun mempertanyakan kasus yang terakhir dimana empat petani dibunuh dengan keji.
"Belum tuntas bicara masalah terorisme di Poso ini," kata salah seorang demonstran yang bernama Dendrik.
Belakangan, kondisi di Papua semakin memanas setelah KKB menembak mati Kabinda Papua Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Karya Nugraha. Â Serangkaian kontrak senjata pun tak terhindarkan antara aparat dengan kelompok-kelompok bersenjata di wilayah paling timur Indonesia ini.
AKBP Arief Fajar Satria, Wakasatgas Humas Operasi Nemamgkawi, mengklaim dalam satu bulan terakhir (Mei sampai Juni) pihaknya telah membuat lumpuh 15 orang teroris, 4 orang tewas, dan 11 pengacau keamanan lainnya luka-luka di wilayah Puncak Papua.
"Untuk menciptakan keamanan," katanya.
Yang terakhir aparat juga menyatakan telah berhasil menangkap buronan yang sudah diburu sejak 2017 lalu.
"Dia (Miron Tabuni) pentolan kasus-kasus seperti penembakan TNI/Polri maupun masyarakat sipil, pembakaran kios-kios, dan sejumlah kasus teror di Tembagapura," katanya, Minggu (13/6/2021).
Miron Tambuni diciduk di wilayah Mimika, Bumi Cendrawasih, pada Kamis (10/6/2021) lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H