Para ahli kesehatan mengatakan penyebab kematian Markis Kido disebut dengan henti jantung atau cardiac arrest.
Henti jantung dan serangan jantung sama-sama menyerang jantung, namun proses kejadiannya berbeda.
Pada hari yang sama meninggalnya Markis Kido, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang berpraktek di Rumah Sakit Soetarto Yogyakarta, Furqon Satria, membahas soal cardiac arrest yang menyebabkan kematian Markis Kido tersebut, Senin (14/6/2021).
Seperti diketahui, peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 yang berpasangan dengan Hendra Setiawan itu mendadak tersungkur ke depan dan tak sadarkan diri saat bermain bulutangkis di salah satu GOR di Tangerang, pada Senin, 14 Juni 2021.
Di tengah-tengah permainan (ketika kedudukan 15-8) tiba-tiba tubuh Markis Kido ambruk ke depan dan langsung tak sadarkan diri.
Markis Kido langsung dilarikan ke RS Omni Tangerang, namun nyawanya tidak tertolong lagi. Markis Kido meninggal dalam usia 36 tahun.
Furqon Satria menyebutkan hanya sekitar 10 persen saja pasien yang mengalami cardiac arrest diluar Rumah Sakit yang selamat.
Henti jantung ini disebabkan karena adanya gangguan listrik jantung yang tidak berfungsi dengan semestinya yang mana kondisi tersebut menyebabkan terhentinya pompa jantung.
Awam mengatakan kondisi seperti yang dialami Markis Kido itu sebagai serangan jantung. Namun dunia medis mengandung arti yang berbeda antara henti jantung dan serangan jantung.
Dunia medis mendefinisikan cardiac arrest adalah terhentinya organ jantung yang disebabkan karena jantung tidak berdenyut untuk memompa darah, tapi hanya bergetar saja. Itulah sebabnya, jantung berhenti secara mendadak.
Sedangkan serangan jantung, atau heart attack, adalah kondisi dimana jantung tidak menerima aliran darah. Tidak adanya aliran darah itu menyebabkan jantung tidak menerima cukup oksigen.
Dalam kondisi orang sehat, umumnya orang menerima aliran darah yang mengandung oksigen. Inilah kondisi normalnya.
Tidak mengalirnya darah ke jantung itu disebabkan karena adanya penyumbatan di pembuluh darah arteri.
Jika pada kondisi itu, dimana jantung tidak menerima aliran darah dalam hitungan jam, maka hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung yang berakibat fatal, dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan segera.
Dalam istilahnya, henti jantung itu mengalami kondisi yang disebut dengan aritmia (jantung tidak dapat berdenyut dengan normal).Â
Maka dengan demikian distribusi darah ke seluruh tubuh juga mengalami keadaan tidak normal. Kematian dapat terjadi dalam hitungan menit, salah satunya karena otak tidak kebagian darah yang cukup.
Cardiac arrest ini lebih berisiko terhadap orang-orang dalam kondisi tertentu seperti (mereka yang telah memiliki penyakit jantung sebelumnya), misalnya sindrom Marfan, penyakit jantung bawaan, gangguan katup jantung, dan penyakit jantung koroner.
Mengutip dari Mayo Clinic, gejala-gejala orang yang mengalami henti jantung dan serangan jantung juga berbeda.
Mereka yang mengalami cardiac arrest (mirip seperti yang dialami Markis Kido) adalah.
Badan ambruk serta hilang kesadaran.
Tidak adanya denyut nadi dan juga tidak bernafas.
Kondisi orang yang mengalami henti jantung perlu penanganan dengan segera, karena menurut Furqon dapat menyebabkan kerusakan otak bahkan kematian.
Furqon menyebutkan apa yang harus dilakukan untuk pertolongan pertama pada orang yang henti jantung, yaitu dengan melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation)Â
CPR ini dalam istilah Indonesia nya adalah apa yang disebut dengan kejut jantung, atau RJP (Resusitasi Jantung Paru).
"Setiap menit berlalu tanpa CPR/defibrilasi, maka survival menurun 7-10 persen," tulis Furqon di di akun Twitter nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H