"Barang sampai di grosir, jadinya asal jual saja, yang penting memenuhi cash flow. Biar resiko dijual dengan harga modal supaya ada perputaran," katanya.
Namun Eko menambahkan tidak semua jenis sepeda yang diturunkan harganya. Sejumlah pabrikan mulai bersiasat dengan menggunakan spare part yang lebih murah untuk mengejar harga Rp 2 juta.
Harga sebesar itu menurut Eko asalnya Rp 3-4 juta.
Jika pada saat booming harga sepeda lipat jenis tertentu Rp 6-7 juta, maka sekarang jenis itu terlihat sekarang di situs jual beli online menjadi Rp 4-5 juta.
Menurunnya tren gowes itu salah satu faktor penyebab anjloknya harga sepeda, karena pemerintah kini sudah tidak lagi menerapkan apa yang disebut dengan istilah new normal.
Masa-masa itu sepertinya mulai dilupakan orang. Pemerintah kini beralih dengan menerapkan dan menggencarkan aturan protokol kesehatan yang dikenal dengan 3M, 3T, dan vaksinasi. Kondisi kini sudah mulai dilonggarkan.
Lockdown sudah lewat. Itulah sebabnya gowes sudah jauh berkurang.
Eko menjelaskan pada tahun lalu angka penjualan sepeda mencapai 7 juta unit. Namun pada awal tahun ini hanya 4-5 juta unit saja.
"Itu pun paling banyak," kata Eko.
Masih lekat dalam ingatan kita betapa sepeda lipat buatan Inggris Brompton menjadi trending baik di luar maupun di dalam negeri.
Hanya orang-orang berduit saja, para pejabat atau artis yang mampu membeli Brompton yang harganya bisa mencapai 60 juta per unit itu.