Ide untuk membangun kawasan seperti Silicon Valley itu datangnya dari Ketua Umum gerakan Inovator 4.0 sekaligus politisi, Budiman Sudjatmiko.
Budiman Sudjatmiko mengatakan dia sudah mempunyai gagasan untuk membangun "Silicon Valley" itu sejak tahun 2018 lalu.
Pada saat itu Sudjatmiko melihat banyak tenaga ahli Indonesia yang mempunyai pengalaman di berbagai perusahaan riset top dunia, tetapi sepulangnya ke tanah air mereka "sepi" karena tidak memiliki wadah yang kondusif.
"Mayoritas mereka yang kembali ke Indonesia itu bekerja di pekerjaan yang bersifat administratif. Ilmu yang mereka dapatkan atau gelar doktor dari perguruan-perguruan tinggi ternama dan dibiayai oleh negara menjadi tak terpakai," kata Sudjatmiko.
Itulah cikal bakal timbulnya ide dari Budiman Sudjatmiko untuk membangun Silicon Valley guna menampung para ahli tersebut menjadi sebuah wadah yang saling berkumpul dan berkolaborasi yang mana nantinya diharapkan menghasilkan beragam inovasi.
Dibangun di atas lahan seluas 888 hektar tahap pertama pembangunannya akan menelan biaya sebesar Rp 18 triliun. Dana itu tidak diambil dari APBN, tetapi dari para investor swasta.
Sedangkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pembangunan Mega Proyek itu jangan hanya sekedar gimmick-branding saja.
Ridwan Kamil mengatakan kawasan teknologi Bukit Algoritma yang berada di wilayahnya itu harus memiliki 3 poin yang penting.
Ketiganya adalah adanya perguruan tinggi untuk riset, industri yang bergerak di bidang riset untuk menghasilkan barang, dan adanya pembiayaan (atau investor).
Itu pendapat Ridwan Kamil untuk mencapai suksesnya Pusat Teknologi Bukit Algoritma itu.
Maksud Ridwan Kamil adalah kelompok universitas, kelompok industri, dan kelompok finansial harus saling berdekatan dan hadir dalam satu titik.