Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Warga AS Boleh Lepas Masker Setelah Divaksinasi, Bagaimana dengan Indonesia?

16 Mei 2021   10:05 Diperbarui: 16 Mei 2021   10:12 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menggunakan masker (merdeka.com)


"Kita semua merindukan hal seperti ini, kembali ke kondisi normal," ucap Direktur CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) negeri Paman Sam, dr. Rochelle Walensky, Sabtu (15)5/2021).

"Kondisi sudah tiba bagi mereka yang sudah divaksin," lanjut Walensky kepada NBC News.

Pernyataan Walensky yang membolehkan rakyat Amerika Serikat untuk melepaskan protokol kesehatan itu juga mendapatkan dukungan dari Presiden Joe Biden.

Joe Biden menyebut langkah ini sebagai sebuah kejutan dan "tonggak sejarah yang hebat".

Tindakan tersebut diambil mengaca kepada menurunnya kasus Covid-19 di Amerika Serikat, data ilmiah tentang bagaimana cara kerja vaksin dan pemahaman tentang bagaimana virus Covid-19 menyebar.

Sebagian besar warga Amerika Serikat menilai keputusan itu sebagai kabar gembira karena mereka tidak terikat lagi dengan regulasi protokol kesehatan seperti memakai masker, atau menjaga jarak.

Sampai saat ini sudah tercatat 35% (117 juta) penduduk AS telah divaksin.

Langkah CDC ini bahkan mendapatkan sambutan gembira dari para pakar.

"Inilah yang harus kita lakukan sekarang. Itu mengikuti ilmu terbaik," kata Michael Osterholm, Direktur Pusat Riset dan Kebijakan Penyakit Menular di University of Minnesota.

Dr. Amesh Adalja dari John Hopkins Center for Health Security mengatakan tindakan tersebut dengan "sudah lama tertunda".

Sedangkan Presiden Yayasan Robert Wood Johnson, Dr. Richard Besser mengatakan bahwa itu adalah titik balik sesungguhnya. Setelah divaksin, "Anda baik untuk bepergian. Itu hal yang benar,", katanya.

Bagaimana dengan Indonesia?

Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan kebijakan negara Paman Sam itu dipengaruhi salah satunya oleh penelitian jenis vaksin yang dipakai di sana.

"AS merekomendasikan itu berdasarkan penelitian terhadap jenis vaksin yang digunakan di sana yaitu Johnson & Johnson, Moderna, dan Pfizer," kata Aditama.

Sedangkan vaksin yang dipakai di Indonesia adalah Sinipharm, AstraZaneca, dan Sinovac berdasarkan ijin yang dikeluarkan oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) RI.

Menurut Aditama berdasarkan keputusan SK Menkes No 84 Tahun 2020 tidak tertutup kemungkinan Indonesia juga menggunakan vaksin yang dipakai di AS itu.

Kementerian Kesehatan RI saat ini sedang mengkaji jenis vaksin yang akan digunakan di Indonesia.

"Rencananya sebagian vaksin yang dipakai di AS akan digunakan di Indonesia, kita tunggu saja keputusan Kementerian Kesehatan" kata Aditama kepada Antara.

Sementara itu Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan kebijakan vaksinasi adalah salah satu pelapis dari tiga lapis utama perlindungan masyarakat agar tidak tertular Covid-19.

Yang dimaksud tiga lapis utama perlindungan masyarakat seperti yang disebutkan Wiku itu adalah 3M, 3T, dan vaksinasi.

3M lebih dikenal masyarakat, yaitu Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Sedangkan 3T adalah tracing, testing, dan treatment.

Selama belum adanya bukti ilmiah bahwa setelah divaksinasi aman, maka tiga pelapis utama itu masih tetap diberlakukan bersamaan untuk melindungi dan keamanan masyarakat agar produktif dari Covid-19.

Sementara itu, menanggapi keputusan CDC itu, Badan Kesehatan Dunia WHO mengatakan agar tetap menggunakan masker kendati sudah divaksin penuh.

"Vaksin memang menyelamatkan, namun dia tidak bekerja sendiri," kata WHO lewat email kepada AFP, Jum'at (14/5/2021).

Sembari mengingatkan mereka yang berada di zona merah masih tetap harus menggunakan masker walaupun sudah divaksin.

Maria Van Kerkhov, ketua riset WHO mengingatkan bahwa kini ada bahaya varian baru Covid-19.

"Vaksinasi tidak 100 persen efektif mencegah infeksi. Orang yang sudah divaksinasi masih bisa menularkan kepada orang lain," kata Ketua Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan.

Kendati kemungkinan itu tipis, Soumya mengatakan itu bisa saja terjadi. Itulah alasannya kita masih membutuhkan perlindungan 3M.

Soumya mengatakan masih sedikit negara yang sudah mencapai titik itu dimana mereka sudah bisa melupakan langkah-langkah pencegahan.

Direktur Gawat Darurat WHO, Michael Ryan, berpendapat senada dengan Soumya bahwa keputusan untuk tidak memakai masker lagi setelah divaksinasi harus dibarengi dengan sejumlah pertimbangan yang kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun