Sejatinya Indonesia nyaris lolos untuk pertama kalinya ke putaran final Piala Dunia, namun karena politik, Timnas Indonesia yang saat itu diperkuat Rusli Ramang dkk membuang kesempatan emas tersebut.
Ini terjadi pada babak kualifikasi Piala Dunia 1958 di Swedia.
"Indonesia membuang kesempatan lolos ke Piala Dunia 1958 karena menolak berhadapan dengan Israel" tulis Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid di Twitternya, Jum'at (14/5/2021).
Setelah menang agregat 5-4 atas Cina, Indonesia kini harus menghadapi Israel yang menjadi juara wilayah Asia barat.
FIFA memang memasukkan Israel ke dalam zona Asia sejak negara itu bergabung dan menjadi anggota FIFA sejak 1929.
Kemenangan Rusli Ramang dkk atas Cina itu masing-masing didapatkan ketika menang 2-0 di leg pertama yang digelar di Stadion Ikada, Jakarta. Indonesia bertindak sebagai tuan rumah. Kedua gol diborong oleh Ramang pada menit ke 47 dan 80. 12 Mei 1957.
Namun giliran Indonesia bertandang ke Cina, Rusli Ramang dkk kalah 3-4.Â
Karena sistemnya saat itu seperti Piala Menpora 2021, maka diadakan pertandingan satu kali lagi di tempat netral, yaitu di Myanmar. Hasilnya tidak ada gol, alias skornya 0-0. Maka dengan demikian Indonesia yang lolos.
Timnas Merah-putih saat itu ditangani oleh Toni Pogacnik.
Sebagai penenang atas Cina, Indonesia saat itu bergabung dengan zona Asia-Afrika dengan negara-negara yang terdiri dari Israel (Asia), Mesir (Afrika), dan Sudan (Afrika).
Indonesia sempat mengirimkan surat kepada FIFA agar laga melawan Israel digelar di tempat netral, Rusli Ramang dkk tidak ingin main di kandang Israel. Namun permohonan Indonesia itu ditolak.
Kiprah Timnas Indonesia harus kandas oleh kebijakan politik yang diambil oleh pemerintah saat itu.
Akhirnya Indonesia pun mengundurkan diri dari kelanjutannya. "Bertanding dengan Israel sama saja mengakui kedaulatan mereka," kata kiper Indonesia Maulwi Saelan.
Sikap Indonesia memang tetap mendukung Palestina sejak proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dicanangkan Presiden Soekarno yang mendukung perjuangan Palestina.
Setelah mengundurkan diri, maka hanya ada tiga negara saja yang saling berhadapan di zona Asia-Afrika seperti yang sudah disebutkan di atas, yaitu Israel, Mesir, dan Sudan.
Dari laga-laga yang digelar secara home and away itu akhirnya Sudan dan Israel lolos ke final.
Pada saat itu Liga Arab memboikot negara Bintang Daud itu. Tak pelak sikap politik negara-negara Arab itu mempengaruhi juga sikap Sudan. Sudan pun akhirnya memilih mundur dan tidak mau bertanding dengan Israel di partai puncak.
Alhasil maka dengan demikian Israel lah yang otomatis lolos ke Swedia.
Jika Anda bertanya-tanya mengapa Israel yang bertemu dengan Indonesia?
Patut diketahui, sejak bergabung dengan FIFA pada tahun 1929 Israel memang masuk wilayah Asia.
Namun mayoritas negara-negara Asia memusuhi negara zionis itu, maka akhirnya FIFA memutuskan Israel masuk ke wilayah Eropa sejak tahun 1994.
Di zona Asia, Israel pernah mencatat prestasi sebagai juara Piala Asia 1964 yang dihelat di sarang sendiri.
Pada perhelatan Asian Games 1962 yang digelar di Jakarta, Indonesia, Presiden Soekarno juga tidak memberikan visa kepada rombongan Israel dengan alasan Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan negara zionis itu.
Sebelumnya negara Bintang Daud ini juga ditolak oleh Soekarno kehadirannya di Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.
Soekarno memang teguh pada sikapnya yang mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk merebut kembali hak-haknya yang dirampas Israel.
Akibat penolakan terhadap Israel di Asian Games itu, Indonesia mendapatkan sanksi. Yaitu dicabutnya keanggotaan Indonesia dari IOC (International Olympic Committee).
Soekarno menyikapi keputusan itu dengan membentuk multievent olahraga Ganefo (Games of the Emerging Forces) yang diikuti oleh 48 negara.
Beberapa waktu setelah proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Israel lewat Menteri Luar Negeri nya saat itu Moshe Sharett pernah mengucapkan selamat.
Namun ucapan itu dibiarkan saja bahkan dilirik pun tidak oleh Soekarno.
Pada bentrokan yang terakhir, kembali #Save Palestine bergema di seluruh dunia yang menghimbau agar semua pihak menentang sikap agresif negara Yahudi itu.
Lebih dari 100 orang tewas dan 700 orang Palestina lainnya luka-luka dalam serangan Israel atas jalur Gaza dan agresi terhadap Masjid Al Aqsa dimana orang-orang Palestina tengah berjamaah dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H