Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Chelsea, Final Liga Champions dengan Satu Tradisi dan Hantu Deja Vu

7 Mei 2021   10:05 Diperbarui: 7 Mei 2021   10:15 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chelsea (cbsssport.com)


Luar biasa Inggris. Dua klub Inggris mengulangi pencapaian mereka yang pernah diraih pada musim 2018/2019. 

Pada saat itu, bukan saja terjadi sesama Inggris di Liga Champions, tetapi juga di Liga Eropa.

Pada saat itu kasta tertinggi Eropa mempertemukan Liverpool dan Tottenham Hotspur, sedangkan kasta dibawahnya mempertemukan Chelsea dan Arsenal.

Duo Inggris Chelsea dan Manchester City akan bertemu di partai puncak Piala Si Kuping Lebar 2020/2021 pada 29 Mei 2021 nanti di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul, Turki.

Pada leg kedua semifinal yang digelar di Stamford Bridge, Kamis (6/5/2021) "Si Biru" mengalahkan Real Madrid dengan skor 2-0. Maka dengan demikian tim asuhan Thomas Tuchel itulah yang lolos ke final Liga Champions 2020/2021.

Agregat dengan demikian Si Biru unggul dengan 3-1, lantaran leg pertama imbang 1-1.

Di menit ke 18 Chelsea sempat membobol gawang Real Madrid yang dikawal Thibaut Courtois. Namun dianulir karena offside.

Gol pertama akhirnya tercipta di menit ke 28 oleh Kai Havertz hasil kiriman dari N'Golo Kante. Skor 1-0 menghiasi jeda babak pertama.

Mason Mount membubuhkan namanya sebagai pencetak gol kedua Chelsea di menit ke 85 dengan memanfaatkan assist dari Christian Pulisic.

Tidak ada gol tercipta, wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir skor 2-0 tetap bertahan milik Si Biru. Dengan demikian hancur lebur lah Real Madrid.

Dengan demikian statistik menjadi berubah, ini adalah kali ketiga The Blues melangkah hingga ke partai puncak Liga Champions Eropa.

Sebelumnya mereka pernah melakukannya pada musim 2007/2008 dan 2011/2012. Pada kesempatan yang pertama The Blues keok. Pada kesempatan yang kedua barulah Piala Si Kuping Lebar diboyong ke London.

Terlepas dari hasil akhir, apakah di final itu Chelsea berhasil atau gagal, namun ada benang merah yang bisa ditarik. Yaitu yang menyangkut soal manajer mereka.

Benang merah yang dimaksud adalah Chelsea selalu berhasil ke partai puncak setelah mengadakan pergantian manajernya.

Pada musim 2007/2008 Si Biru ke final bersama manajer asal Israel Avram Grant yang menggantikan Jose Mourinho yang dipecat pada September 2007. Pada musim 2011/2012 Chelsea ke partai puncak setelah ditangani Roberto di Matteo yang menggantikan posisi Andre Villas-Boas pada 4 Maret 2012.

Nah, yang sekarang, musim 2020/2021?

Pada 26 Januari 2021 Frank Lampard didepak dan tempatnya digantikan Thomas Tuchel asal Jerman. Dan ternyata ke final lagi! Thomas Tuchel sebelumnya menganggur sebulan karena dipecat Paris Saint-Germain.

Benang merah yang kedua adalah Si Biru ke partai puncak tidak dalam statusnya sebagai juara kompetisi Liga Inggris. Pada dua musim sebelumnya ketika berhasil ke final Liga Champions, Chelsea finis di tempat kedua Liga Inggris. Sedangkan pada musim ini, Chelsea berada di peringkat keempat klasemen akhir.

Pertanyaan sekarang apakah hantu kegagalan atau deja vu pada akhirnya dapat dihapus oleh Thomas Tuchel?

Pasalnya tim yang kini dihadapi adalah tim sesama Liga Inggris, yaitu Manchester City.

Pada 2007/2008 Chelsea akhirnya harus kalah menyakitkan lewat drama adu penalti melawan Manchester United. 

Dua algojo Chelsea saat itu gagal menjalankan tugasnya, sedangkan dari Manchester United hanya satu yang gagal.

Para suporter Chelsea saat itu sudah berdebar-debar karena nyaris menang setelah Cristiano Ronaldo sebagai penendang ketiga tembakannya melenceng.

Namun apa mau dikata, John Terry sebagai penendang kelima terpeleset sehingga si kulit bundar malah melambung ke atas mistar gawang. Nicolas Anelka pun gagal menaklukkan gawang Manchester United yang dikawal Edwin Van Der Sar. 

Maka gagal lah Si Biru di tangan rekan sesama Inggrisnya.

Deja vu lainnya yang menghantui para supporter Chelsea adalah kelelahan.

Faktor kelelahan itu sangat dirasakan Chelsea ketika menghadapi Bayern Munchen di final 2011/2012. Namun, Chelsea sangat beruntung saat itu. 

Kendati sangat lelah setelah melalui waktu normal 90 menit ditambah extra time 30 menit, namun pasukan Roberto di Matteo menang dramatis dalam adu penalti atas Bayern Muenchen.

Mampukah kini Thomas Tuchel menghapus hantu deja vu itu? Kita nantikan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun