Namun konon kata puasa ini juga berhubungan dengan Bahasa Jawa "pasa". Dalam Bahasa Indonesia "pasa" ini berarti menahan atau mengekang sesuatu.
Sangat sesuai dengan makna puasa lainnya yang sering kita dengar pada umumnya, menahan nafsu amarah, dendam, dan kebencian.
Tradisi puasa di Indonesia ini konon juga sudah dikenal sebelum masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara.
Sejumlah orang menyebut puasa itu juga dengan kata shaum yang berasal dari Bahasa Arab. Sampai saat ini masih banyak mereka yang menyebutnya demikian.
"Shaum teu?" Itu salah satu contohnya dalam Bahasa Sunda, yang artinya "puasa nggak?".
Terutama para biksu, puasa bagi agama Buddha merupakan kewajiban seumur hidup. Namun bagi awam, puasa dilaksanakan dalam waktu beberapa kali umpamanya dalam sebulan.
Umumnya, sebagian kalangan cuma mengetahui jika di agama Buddha ini ada acara "puasa daging". Puasa daging ini umat dilarang makan makanan yang berasal dari daging hewan-hewan, dalam artian hanya boleh makan sayur-sayuran saja.
Dalam agama Kristen juga dikenal adanya puasa ini. Bahkan dalam Kitab Injil ada disebutkan jika Yesus berpuasa 40 hari dan 40 malam.
Ketika murid-muridNya menanyakan soal puasa ini kepada Yesus, Yesus menjawab: "Tetapi jika kamu berpuasa, basuhlah mukamu dan minyakilah kepalamu".
Sebelum Islam berkembang, puasa dimaknai melalui doa-doa yang dipanjatkan dapat menyadarkan umat manusia bahwa rejeki yang halal berupa makanan dan minuman yang mereka nikmati disertai dengan kedekatannya kepada Tuhan.
Dengan melakukan segala kemaksiatan seperti berhubungan seksual, marah, dendam, membenci, serta makan dan minum maka perbuatan itu cenderung menjauhkan diri dari Tuhan.